Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sunan Kalijaga
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sunan Kalijaga dikenal sebagai pencetus surjan lurik. Surjan adalah model busana adat Jawa, khususnya Jawa Tengah dan Yogyakarta, yang umumnya dipakai oleh laki-laki. Sunan Kalijaga mengembangkan surjan lurik, bermotif garis-garis vertikal, yang belakangan disebut sebagai pakaian takwa. Pemakaian surjan biasanya dipadukan dengan blangkon dan kain jarik. Sang Sunan juga memberikan torehan motif burung pada batik. Dalam bahasa Kawi, burung disebut "kukila", yang dalam bahasa Arab merupakan rangkaian kata quu dan qiilla yang berarti peliharalah ucapanmu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sunan Gunung Jati
Salah satu murid Sunan Gunung Jati yang mengajarkan seni membatik kepada masyarakat Cirebon adalah Ki Buyut Trusmi. Ki Buyut Trusmi mengajarkan seni membatik sembari menyebarkan agama Islam pada 1448-1568. Belakangan dikenal dengan nama batik Trusmi, sesuai pula dengan nama desanya. Motif yang menjadi ciri khas selain Mega Mendung adalah motif keratonan yang diambil dari arsitektur dan interior Keraton Kanoman Cirebon yang dibangun sang Sunan. Motif lainnya adalah motif pesisiran, yang menggambarkan kehidupan masyarakat pesisiran.
Sunan Drajat
Di daerah Lamongan, ada museum khusus Sunan Drajat yang didirikan untuk menghormati jasa Sunan Drajat sebagai wali penyebar agama Islam. Salah satu isinya adalah batik Drajat, yang bermotif bunga teratai, burung garuda, singa, mahkota, dan kubah masjid. Motif-motif ini melambangkan kebijaksanaan untuk menangkal watak dan perilaku jahat, lebih mementingkan negara di atas kepentingan pribadi, dan melambangkan kekuasaan Tuhan.
Sunan Gresik
Maulana Malik Ibrahim adalah salah seorang wali senior yang dianggap pertama kali menyebarkan ajaran agama Islam di Pulau Jawa. Belakangan, sang wali dikenal sebagai Sunan Gresik. Daerah yang ditujunya pertama kali adalah Desa Sembalo, yang terletak di Kecamatan Manyar, salah satu kecamatan di Kabupaten Gresik. Kehadirannya direkam dalam motif Mahkota Giri, yang mengangkat napas Islami. Motif ini melambangkan lima rukun Islam, seperti yang diajarkan sang Sunan. Selain itu, motif ini mengandung makna Sunan Giri pernah memimpin Giri Kedaton. Motif lainnya adalah Sekar Pudak, yang bercorak enam kelopak bunga pudak. Motif ini menggambarkan enam rukun iman.
Sunan Kudus dan Sunan Muria
Sunan Kudus dan Sunan Muria menambah kaya motif batik yang dihasilkan perajin batik di Kudus. Corak batik Kudus lebih cenderung condong ke batik pesisiran, dan cenderung mirip dengan batik Pekalongan. Batik Kudus sendiri dikenal juga sebagai batik nyonya atau batik saudagaran karena kehalusan dan kerumitan isen-isennya. Kehadiran kedua wali memperkaya khazanah batik Kudus, terutama Kudus Kulon, dengan motif kaligrafi. Ada juga motif kapal kandas yang terkait dengan sejarah perdebatan Sunan Muria dengan Sam Po Kong.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo