Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Begal Suranenggala Dan Srengseng

Beberapa Desa Di Jalur Pantura Tak Aman Bagi Pelintas. Keangkerannya Membuat Sebagian Orang Bahkan Takut Membicarakannya.

25 Mei 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JARANG ada orang yang berani melintas sendirian pada malam hari di jalan raya Desa Suranenggala Kulon, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Bagi orang asing, pada saat gelap, daerah itu amat mencekam. Sering terjadi perampokan sepeda motor di sana. "Kalau terpaksa melewati desa itu harus mematikan lampu motor agar dikira warga setempat," kata seorang penduduk Cirebon, Rabu dua pekan lalu.

Dulu kawasan itu dikenal sebagai Desa Bedulan. Dalam bahasa Cirebon, bedulan berarti bandel. Letaknya hanya sekitar satu kilometer dari Jalan Raya Pantai Utara. Tapi tak banyak yang berani menyebut desa itu Bedulan. "Kalau sembarangan ngomong tentang Bedulan bisa kena gorok," kata Bambang, seorang penduduk desa tetangga.

Seperti desa lain, kawasan Bedulan dipadati rumah, ramai, dan tampak normal saat siang. Meski demikian, penduduknya dikenal "keras" sejak dulu. Di sana banyak lahir centeng dan jawara kampung. Zaqy Komarudin, pengelola Orkes Musik Nada Ayu di Cirebon, bercerita mereka harus bekerja ekstra-keras mengamankan orkes bila tampil di desa itu. Ia sudah biasa menghadapi todongan pisau. "Kami lebih sering mengalah supaya acaranya lancar," katanya.

Suranenggala Kulon bukan satu-satunya desa begal di sepanjang Jalur Pantura. Di Kabupaten Indramayu, ada desa serupa yang bernama Desa Srengseng, Kecamatan Karangampel. Dibanding Bedulan, Srengseng lebih dikenal sebagai kampung begal di Jalur Pantura. Tahun lalu belasan warga Srengseng ditangkap dan ditembak polisi karena mencuri puluhan sepeda motor di desa tetangga.

Begal asal Srengseng dikenal beringas. Pada Maret tahun lalu, misalnya, mereka tak segan melawan polisi yang hendak menangkap dua pemuda desa itu karena diduga merampok 19 sepeda motor. Salah satu begal sempat mencoba merampas pistol di pinggang seorang reserse sebelum akhirnya dibekuk.

Malah, pada 28 Februari lalu, warga desa nekat membakar sepeda motor milik dua tentara. Mereka marah lantaran ada razia kendaraan bermotor. "Padahal razia itu bertujuan mengurangi angka kejahatan di sana," kata Kepala Kepolisian Resor Indramayu Ajun Komisaris Besar Wijanarko, kala itu.

Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Jawa Barat Komisaris Besar Sulistyo Pudjo Hartono mengatakan angka kriminalitas di Suranenggala Kulon dan di Srengseng memang tinggi. "Di sana tanahnya kering. Mereka terpaksa begitu demi urusan perut," katanya.

Lebih ke timur, ada Alas Roban. Kawasan hutan jati di tepi Kabupaten Batang itu sejak zaman dulu dikenal tak aman. Truk yang lewat daerah itu sering disatroni "bajing loncat", yang melompat ke bak truk korban dan memindahkan barang jarahan selagi truk berjalan.

Menurut Boy, sopir truk yang ditemui saat tengah mengaso di Alas Roban, bajing loncat memanfaatkan kondisi jalan yang sepi dan menanjak. "Biasanya saat mendaki truk melambat. Itu kesempatan mereka nyolong muatan truk," kata Boy.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus