Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pertamina memastikan tak membatasi penyaluran Pertalite.
Beberapa terminal BBM beroperasi hingga dinihari untuk menjamin penyaluran Pertalite.
Disparitas harga berpotensi membuat pengguna Pertamax beralih ke BBM yang harganya lebih murah.
JAKARTA — Pertamina memastikan tak membatasi penyaluran Pertalite. Penjabat sementara Sekretaris Perusahaan Pertamina, Patra Niaga Irto Ginting, menyatakan bahwa bahan bakar minyak khusus penugasan ini bakal diupayakan selalu tersedia di stasiun pengisian bahan bakar minyak (BBM).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Irto menyatakan seluruh kebutuhan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) atas Pertalite bakal dipenuhi. Perusahaan telah mengoperasikan beberapa terminal BBM hingga dinihari untuk menjamin penyalurannya lancar. "Memang 3-4 hari belakangan trafik luar biasa padat, tapi kami tetap berkomitmen untuk menyalurkan ke SPBU hingga malam dan dinihari," kata dia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada 10 Maret lalu, pemerintah menetapkan Pertalite sebagai BBM khusus penugasan menggantikan Premium. Artinya, BBM RON 90 ini akan disalurkan ke daerah tertentu dengan volume terbatas, yaitu 23,05 juta kiloliter, sepanjang 2022. Harganya pun ditentukan negara sebesar Rp 7.650 per liter. Selisih antara harga jual dan biaya produksinya bakal ditanggung oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Setelah menjadi barang bersubsidi, Pertalite dirasa semakin sulit didapat para pengemudi angkutan kota jalur Passo di Kota Ambon. Setiap Ahad, contohnya, SPBU Pertamina di Kota Ambon tidak menjual Pertalite. "Masak hari Ahad harus isi Pertamax," kata Ketua Pengemudi Angkot Jalur Passo, Isak Pelamonia, saat mengadu ke DPRD Kota Ambon, 1 April lalu. Perpindahan ke Pertamax menambah beban pengemudi karena harganya terpaut hingga Rp 5.000 per liter dengan Pertalite.
Harga Pertamax ditetapkan naik pada 1 April lalu. BBM RON 92 itu dijual mulai Rp 12.500 per liter untuk daerah dengan besaran pajak bahan bakar kendaraan bermotor 5 persen. Sebelumnya, harganya dipatok Rp 9.000 per liter.
Harga Pertalite dan Pertamax di SPBU Pertamina di Kuningan, Jakarta, 1 April 2022. TEMPO/Tony Hartawan
Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menuturkan bahwa disparitas harga tersebut berpotensi membuat pengguna Pertamax beralih ke Pertalite. Pertamina disarankan tidak membatasi penyaluran Pertalite demi menghindari dampak besar pada ekonomi. Sebab, jika Pertalite langka, konsumen terpaksa menggunakan Pertamax dan mengeluarkan biaya lebih tinggi untuk transportasi. Masyarakat berpotensi mengurangi konsumsi barang lain dan harga barang kebutuhan lain meningkat. Kondisinya bakal memberatkan konsumen yang juga dihadapkan pada kenaikan pajak pertambahan nilai.
"Pemerintah dan Pertamina harus mengetahui konsumen Pertamax di mana supaya bisa memetakan perpindahan dan mengetahui berapa banyak tambahan kuota Pertalite yang diperlukan agar tidak terjadi kelangkaan," kata Eko. Terlebih, momen Lebaran yang identik dengan kenaikan permintaan BBM sudah di depan mata.
Sejumlah kendaraan antre mengisi bahan bakar di SPBU Pertamina di Kuningan, Jakarta, 1 April 2022. TEMPO/Tony Hartawan
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati memastikan kebutuhan SPBU di berbagai daerah di dalam negeri bakal terpenuhi. Menurut dia, stok saat ini dalam kondisi aman. Selain itu, perusahaan telah membentuk satuan tugas untuk memastikan kelancaran penyaluran BBM menjelang Idul Fitri. Di berbagai wilayah, layanan-layanan tambahan, seperti mobil tangki tambahan dan sepeda motor pengangkut BBM, sudah disiapkan.
Nicke bersama direksi lainnya juga memeriksa langsung persiapan di SPBU dan terminal BBM di beberapa wilayah. Dia sendiri memantau kawasan Jambi dan Sumatera Selatan pada 2 April lalu. "Kami memastikan suplai BBM berjalan dengan baik menjelang Ramadan," tutur Nicke. Selain Sumatera, Pertamina memastikan suplai di kawasan lain terjaga. Tempo mengamati stok Pertalite di Jawa Barat relatif normal.
Dia berharap BBM bersubsidi yang tersedia saat ini dapat disalurkan secara tepat sasaran. "Maka, bersama dengan semua pemangku kepentingan, kami memantau pendistribusian BBM agar bisa sampai dan terealisasi dengan baik," ujar Nicke.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | AHMAD FIKRI (BANDUNG) | VINDRY FLORENTIN
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo