Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Berkeringat Tanda Sehat, tapi Kenapa Bisa Berbau?

Ketika mengeluarkan keringat, itulah tanda tubuh yang sehat. Masalahnya, keringat sering berbau tak sedap.

13 Februari 2018 | 20.43 WIB

Ilustrasi wanita berkeringat. shutterstock.com
Perbesar
Ilustrasi wanita berkeringat. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kita suka merasa malu bila baju basah oleh keringat padahal tidak sedang berolahraga. Kenapa harus malu? Keringat adalah salah satu fungsi penting tubuh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Berkeringat, atau kurang berkeringat, juga bisa menjadi penanda adanya masalah pada tubuh. Berkeringat adalah dilepasnya cairan garam oleh kelenjar keringat. Cairan itu mempunyai satu tugas utama, saat menguap membantu menyejukkan tubuh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Keluarnya keringat diatur oleh sistem otonomik, simpatik, atau saraf. Sinyal, yang menggunakan asetilkolin transmiter saraf, dikirim ke kelenjar keringat.

Keringat pun kemudian dikirim ke permukaan kulit lewat pori-pori. Menurut National Library of Medicine, seseorang memiliki 2-4 juta kelenjar keringat, dan yang paling banyak di telapak tangan dan tumit kaki.

“Dari bayi sampai dewasa, jumlah kelenjar keringat tak pernah berubah. Karena itulah bayi memiliki kelenjar keringat yang lebih banyak per centimeter persegi, 8-10 kali lipat dari orang dewasa,” jelas Dr. Eugene Bauer, mantan Dekan Sekolah Kedokteran Universitas Stanford di Amerika Serikat, kepada Live Science.

Keringat tidak berbau dan tidak berwarna. Bakteri di kulit yang bercampur dengan keringat lah yang kemudian menyebabkan bau. Bau dan warna juga disebabkan oleh kelenjar keringat apokrin.

“Warna kuning yang muncul di ketiak disebabkan oleh kelenjar apokrin, yang mengandung protein dan asam lemak dan kemudian membuat kotoran di ketiak menjadi kental dan pekat,” jelas Dr. Niket Sonpal dari Touro College jurusan Pengobatan Osteopati di New York, Amerika Serikat.

Kotoran itu juga menarik bakteri dari kulit, yang kemudian menghancurkan kotoran itu dan menyebabkan bau tak sedap. Jumlah keringat yang keluar dari tubuh masing-masing orang juga tidak sama.

“Ada orang yang cuma berkeringat setengah liter setelah satu jam beraktivitas berat, ada pula yang berkeringat 3-4 liter, dan semuanya masih dalam batas normal,” tutur Dr. Robert Sallis dari Pusat Medis Kaiser Permanente Fontana di Amerika Serikat.

Ukuran tubuh dan jenis kelamin juga berperan dalam produksi keringat dan di mana pusatnya. Orang yang berat badannya kurang biasanya berkeringat di bagian tengah tubuh, seperti dada atau punggung. Yang tubuhnya lebih besar cenderung berkeringat di seluruh tubuh. Wanita biasanya berkeringat lebih sedikit dibanding laki-laki.

YAYUK

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus