Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kehadiran telepon seluler pintar mulai menggusur keberadaan notebook atau netbook. Itu terjadi belakangan ini, sejak maraknya ponsel BlackBerry, i-Phone, dan sejenisnya. Soalnya, ponsel yang rata-rata berukuran 9 x 5 sentimeter tersebut berperan selayaknya komputer mini. Para eksekutif bisnis tak lagi disandera di meja untuk menatap layar komputer mereka, memeriksa e-mail dan laporan, membuat ringkasan, atau menulis memo bisnis.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia Bidang Produk Dalam Negeri Djoenaidi Handojo mengakui fenomena ini. "Padahal tahun lalu persaingan ini belum terjadi," kata Djoenaidi pekan lalu. Namun Djoenaidi tidak terlalu merisaukan fenomena ini. Sebab, konsumen yang beralih ke ponsel pintar kebanyakan pada kalangan tertentu, seperti eksekutif.
Menurut dia, notebook dan netbook tak bakal kehilangan pangsa pasar. Bahkan kedua jenis komputer jinjing ini, terutama netbook, justru makin dicari peselancar di dunia maya karena ukurannya yang mini. Tahun depan Djoenaidi optimistis penjualan komputer jinjing bisa tumbuh 30-40 persen. Dengan catatan, kondisi ekonomi global membaik tahun depan dan daya beli masyarakat tetap tinggi. Stabilitas nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat juga menentukan.
Hanya, desktop tak seberuntung komputer jinjing. Djoenaidi memperkirakan penjualan tahun depan stagnan, kurang dari 5 persen. Akhir-akhir ini, popularitas komputer meja ini makin turun karena harus bersaing dengan notebook atau netbook yang harganya kian miring. Namun desktop yang ramping, efisien, dan multifungsi juga mulai banyak penggemarnya. Misalnya desktop hybrid, yaitu peranti keras (CPU) yang menyatu dengan monitor.
Tahun depan pertumbuhan komputer jenis konvensional ini bakal tertolong dengan adanya beberapa proyek pemerintah di bidang pendidikan, komunikasi, dan perkantoran. Direktur Telematika Departemen Perindustrian Ramon Bangun mengatakan pengadaan komputer akan mengutamakan buatan domestik untuk proyek-proyek pemerintah. "Ini akan tumbuh," kata Ramon.
Pasar komputer memang makin menjanjikan. Saat ini baru 15 persen penduduk Indonesia yang memiliki komputer. Bandingkan dengan Singapura yang sudah 80 persen. Dengan makin murahnya harga komputer, penetrasi pasar akan naik. Buktinya, pameran komputer Indocomtech yang digelar di Jakarta Convention Center awal November lalu mencatat nilai transaksi Rp 320 miliar, jauh di atas target Rp 180 miliar. Tahun lalu penjualan pameran ini hanya Rp 150 miliar.
Tak mengherankan bila kini makin banyak pemain yang memasuki bisnis ini. Pemain lokal antara lain Relion, Axioo, Ion, Advan, dan Byon. Adapun pemain multinasionalnya antara lain HP, Dell, Toshiba, Acer, dan Lenovo. Saat ini, 80-90 persen pasar notebook dikuasai buatan Taiwan dan Cina. Sisanya dibuat di Tanah Air.
Penjualan Komputer 2008
Segmen | Unit | Pertumbuhan 2007-2008 | Pangsa Pasar |
Desktop | 1.508.000 | 15 persen | 65 persen |
Notebook | 760.000 | 46 persen* | 33 persen |
Server | 34.000 | 36 persen | 2 persen |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo