Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Bersiap Hadapi Kondisi Darurat

Laju penyebaran wabah Covid-19 sangat cepat dalam dua pekan terakhir. Pemerintah berupaya secepat mungkin menambah kapasitas ruang perawatan.

17 Juni 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Ruang perawatan intensif (ICU) di RSUD Cengkareng sudah terisi penuh sejak kemarin.

  • Banyak pasien mengalami kondisi berat dan sebagian besar berusia 26-37 tahun.

  • Situasi ini bakal semakin memburuk karena kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan juga sudah jauh menurun.

JAKARTA – Pengelola rumah sakit rujukan pasien Covid-19 tengah beradu cepat dengan laju penularan wabah di Ibu Kota. Jumlah kasus terus bertambah setelah libur Lebaran. Bahkan, dalam sepekan terakhir, nyaris semua ranjang perawatan terisi penuh. Karena itu, rumah sakit perlu menambah daya tampung ruang perawatan agar bisa menangani semua pasien yang datang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng Bambang Suheri mengatakan 62 tempat tidur di ruang perawatan intensif (ICU) sudah terisi penuh sejak kemarin. Sedangkan di bangsal isolasi, dari 320 ranjang yang disediakan, 305 ranjang sudah terisi. "Kami sedang berusaha secepatnya menambah ruang perawatan," kata Bambang, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Bambang, ruang ICU di RSUD Cengkareng masih memungkinkan untuk ditingkatkan kapasitasnya menjadi 74 ranjang. Sedangkan untuk bangsal isolasi, daya tampungnya ditambah menjadi 380 ranjang. “Ditambah secara bertahap mulai hari ini,” kata dia.

Penambahan bangsal perawatan ini, kata Bambang, bisa dimaksimalkan untuk menghadapi kondisi darurat. Manajemen rumah sakit juga sudah bersiap untuk mengubah aula menjadi ruang perawatan jika memang diperlukan. "Masih bisa dimaksimalkan sampai 400-an. Tapi dengan persetujuan Dinas Kesehatan," ujar dia. Sebab, penambahan itu harus diimbangi dengan penambahan tenaga kesehatan dan itu menjadi kewenangan Dinas Kesehatan.

Pekerja melintas di depan mural Covid-19 di RSUD Cengkareng, Jakarta , 6 Januari 2021. TEMPO/Nurdiansah


Bambang berujar bahwa RSUD Cengkareng saat ini kekurangan 164 perawat, 7 dokter umum, 10 pranata laboratorium kesehatan, 3 radiografer, dan 4 tenaga teknik kefarmasian. "Kami masih menunggu penambahan perawat. Karena hari ini sudah mulai mengosongkan satu ruangan untuk dijadikan tempat isolasi tambahan," ucapnya. Untuk ruang ICU, kata dia, prosesnya akan memakan waktu. Sebab, rumah sakit membutuhkan perawat khusus yang bersertifikasi.

Masalah serupa dihadapi RSUD Kalideres. Bahkan sejak pekan lalu ruang ICU di rumah sakit itu sudah penuh karena kapasitasnya hanya untuk tujuh pasien. "Kami sudah tidak bisa lagi tambah bed ruang ICU," kata Direktur RSUD Kalideres Bal'an Kamali. Begitu juga dengan ruang isolasi yang berkapasitas 18 tempat tidur. Rumah sakit di wilayah Jakarta Barat itu tengah berupaya meningkatkan kapasitas ruang isolasi menjadi 41 tempat tidur.

Bal'an mengatakan lonjakan jumlah pasien setelah libur Lebaran sebenarnya sudah diprediksi. Karena itu, sejak dua pekan lalu ia sudah mengajukan permohonan kepada Dinas Kesehatan untuk menambah petugas medis. “Tapi kali ini lonjakannya memang tinggi sekali,” kata dia. Banyak pasien mengalami kondisi berat dan sebagian besar berusia 26-37 tahun. "Sekarang 60 persen usia muda. Padahal sebelumnya usia muda cuma 25 persen dari total pasien yang masuk ICU."

Bal'an menduga lonjakan jumlah kasus kali ini berhubungan dengan tiga varian baru virus corona. Sebab, sebelumnya, kenaikan jumlah pasien tidak pernah secepat ini. Adapun tiga varian baru itu adalah Alfa B.1.1.7, Beta B.1.351, dan Delta B.1.617.

Laju penambahan jumlah pasien Covid-19 yang sangat cepat disampaikan juga oleh Direktur RSUD Pasar Minggu Yudi Amiarno. Menurut dia, peningkatan jumlah pasien mulai terlihat sejak pekan lalu. Di RS Pasar Minggu, dalam dua hari ranjang perawatan sudah bertambah 20 persen. "Minggu kemarin 60 persen, sekarang tingkat keterisiannya sudah 86,7 persen," ujarnya.

Ruang ICU RSUD Pasar Minggu yang memiliki kapasitas 12 ranjang sudah terisi penuh sejak kemarin. Begitu juga dengan ruang isolasi yang berkapasitas 295 ranjang. "Kami sedang menyiapkan penambahan 40 bed isolasi dan empat bed ICU," kata Yudi.

RSUD Pasar Minggu di Jl. TB Simatupang, Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta, 24 Mei 2021. TEMPO/M Taufan Rengganis

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Dwi Oktavia, mengatakan tingkat keterisian bangsal perawatan naik cepat dalam dua pekan terakhir, dari 30 persen menjadi 80 persen.

Menurut Dwi, penambahan ranjang perawatan merupakan solusi jangka pendek yang bisa dilakukan pemerintah. Penambahan tersebut tidak akan banyak membantu jika penularan wabah ini tidak bisa dikendalikan. Apalagi transmisi lokal tiga varian baru virus corona sudah terjadi di Jakarta. Penyebaran wabah hanya bisa dicegah jika masyarakat mematuhi protokol kesehatan. Sedangkan pemerintah menjalankan tugas untuk melacak, memeriksa, dan mengisolasi orang yang terinfeksi. "Tidak bisa pemerintah sendiri,” kata dia. “Apalagi varian baru virus corona memiliki penularan tiga sampai empat kali lipat lebih cepat daripada (virus) yang biasa."

Anggota komisi bidang kesehatan DPRD Jakarta, Ima Mahdiah, mengatakan jumlah ranjang perawatan saat ini memang harus terus ditingkatkan karena laju penambahan pasien yang meningkat cukup tajam. Penambahan ranjang tersebut juga harus didukung dengan tenaga kesehatan yang mencukupi. "Saran kami, Pemprov harus semakin tegas dalam mendisiplinkan masyarakat untuk patuh terhadap protokol kesehatan. Saya lihat itu semakin mengendur sekarang," ujarnya.

Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Pandu Riono, menilai lonjakan jumlah kasus yang terjadi memang sekarang jauh lebih tinggi dibanding periode-periode sebelumnya. "Lonjakan sekarang sudah terlihat jauh lebih cepat karena varian baru dan mobilitas penduduk saat mudik kemarin jauh lebih tinggi daripada libur akhir tahun," ujarnya.

Situasi ini bakal semakin memburuk karena kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan juga sudah jauh menurun. Hal itu terlihat dari diabaikannya larangan mudik yang diterapkan pemerintah. "Mudik dilarang, tapi implementasi di lapangan, pemerintah tidak bisa konsisten. Tempat wisata saja dibuka," ujarnya.

IMAM HAMDI
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus