Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Meski ada temuan baru soal delapan penumpang positif virus corona, PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) tetap mengusung jurus lama. Pengelola terus mengandalkan physical distancing alias jaga jarak guna menekan laju penyebaran Covid-19 di stasiun dan kereta rel listrik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Vice President Corporate Communications PT Kereta Commuter Indonesia, Erni Sylviane Purba, mengatakan operator KRL itu telah membatasi penumpang yang akan masuk stasiun. "Di stasiun keberangkatan awal dan stasiun yang biasanya padat," kata dia kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejumlah kepala daerah di sekitar Jakarta kembali mengusulkan penghentian operasi KRL kepada Kementerian Perhubungan. Sebab, jumlah penumpang Commuter Line yang diduga terjangkit Covid-19 terus bertambah.
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi menyatakan tiga warganya yang merupakan pengguna KRL terinfeksi corona. Hal itu diketahui melalui tes acak dengan metode polymerase chain reaction (PCR) terhadap 300 orang di Stasiun Bekasi pada Selasa lalu. Sebelumnya, lima penumpang KRL rute Bogor-Jakarta juga terinfeksi Covid-19. Hal tersebut diketahui melalui tes swab yang dilakukan secara acak terhadap 325 penumpang di Stasiun Bogor.
Erni mencontohkan pembatasan penumpang yang ingin masuk stasiun saat pagi hari diterapkan antara lain di Stasiun Bogor, Cilebut, Bojong, Citayam, dan Depok. Adapun pembatasan penumpang sore hari dilakukan di Stasiun Manggarai, Jakarta Kota, dan Juanda. "Di Manggarai yang transit juga diatur," ujar dia.
Mulai Senin lalu, Erni menambahkan, operator tidak akan memberangkatkan rangkaian kereta yang penumpangnya melebihi batas. Jumlah penumpang maksimal ialah 60 orang per gerbong.
Erni menyatakan kereta Commuter Line mendukung penuh upaya pemerintah dalam memerangi Covid-19. Contohnya, operator KRL itu mengizinkan pemerintah daerah menggelar tes swab secara acak di sejumlah stasiun.
Menurut Erni, hasil tes tersebut menunjukkan probabilitas penumpang KRL terjangkit virus corona hanya 1 persen. "Ini membuktikan di mana pun kita bisa kena (Covid-19) karena yang menggunakan KRL masyarakat umum yang bisa berinteraksi di mana pun," ujar dia.
Tempo menumpang Commuter Line dari Stasiun Depok menuju Tanjung Barat, kemarin. Setelah membeli tiket, suhu tubuh tiap penumpang diperiksa. Sejumlah petugas di peron juga mengingatkan agar para penumpang menggunakan masker dan membatasi orang yang menaiki KRL. Di dalam kereta, petugas mondar-mandir dan mengingatkan jika ada penumpang yang duduk di kursi yang seharusnya dikosongkan. Kursi reguler hanya boleh ditempati maksimal empat orang dan kursi prioritas dua orang. Pengeras suara bolak-balik meminta penumpang untuk jaga jarak.
Petugas jaga di KRL, Ahmad Ridho, menjelaskan sempat terjadi kenaikan jumlah penumpang KRL di Stasiun Cilebut. Namun penambahan penumpang itu merupakan penumpang lama yang sudah mulai bekerja. Enggak sepadat dulu, sih. Tapi kadang kami kewalahan jaga dan mengatur mereka," kata dia.
Wakil Wali Kota Bogor Dedie Rachim berkukuh mengusulkan agar operasi KRL dihentikan sementara. Sebagai gantinya, ia meminta perusahaan yang tetap bisa beroperasi selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB) menyediakan asrama bagi pegawainya.
Alternatif lainnya, kata Dedie, perusahaan yang masih beroperasi itu menyediakan kendaraan antar-jemput karyawan. "Bisa juga memanfaatkan pelonggaran aturan dari Kementerian Perhubungan agar bus antarkota bisa digunakan oleh karyawan dengan menerapkan protokol Covid-19," kata dia.
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengatakan lima kepala daerah penyangga DKI kembali menyepakati evaluasi operasi KRL menyusul temuan kasus positif Covid-19. Menurut dia, Wali Kota Bogor Bima Arya yang mewakili tengah menyusun surat kepada Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. "Meminta memperkecil sekecil-kecilnya pergerakan kereta api atau menutup sama sekali 24 jam," kata dia.
Permintaan sejumlah kepala daerah itu sepertinya tidak akan membuahkan hasil. Menteri Budi Karya menegaskan tidak akan menghentikan operasi Commuter Line. "Saat ini KRL harus tetap dijalankan karena yang naik adalah rakyat kecil yang masih harus bekerja dan tidak work from home," ujar dia, Rabu lalu.FRANCISCA CHRISTY ROSANA | ADE RIDWAN (DEPOK) | M.A. MURTADHO (BOGOR)| ADI WARSONO (BEKASI) | GANGSAR PARIKESIT
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo