Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Sekretaris Umum Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Pauline Suharno mengatakan dampak infeksi global virus 2019-nCoV alias virus corona memicu pembatalan pesanan perjalanan wisata dalam jumlah besar. Kondisi ini diperparah setelah pemerintah membekukan sementara penerbangan dari dan ke Cina mulai Rabu, 5 Januari 2020, pukul 00.00 WIB. "Potensi loss sampai 30 persen, terutama pada agen paket carter (penerbangan sewaan). Rugi besar," ujarnya kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meski belum bisa merinci angka kerugian, Pauline menyebutkan kerugian timbul sekitar 10 persen sejak penutupan rute udara dari Indonesia menuju Kota Wuhan, Hubei, lokasi temuan pertama virus corona, pada 27 Januari lalu. Pelanggan berangsur membatalkan perjalanan yang semula terjadwal pada awal hingga pertengahan bulan ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Peminat rute Cina yang ada kami hentikan penjualan. Tapi kami upayakan mengalihkan ke destinasi favorit lain, seperti Korea atau Thailand," kata Pauline. Pengalihan rute sudah diperbincangkan oleh Kementerian Perhubungan dan para pemangku bisnis penerbangan.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Novie Riyanto mengatakan akan mempermudah pengalihan rute penerbangan dari dan ke Cina ke sejumlah negara. "Maskapai mengajukan pasti segera kami proses," kata dia.
Direktur Utama PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin mengatakan, sejak kasus virus corona merebak, sebanyak 20 slot penerbangan per hari di semua bandara yang dikelola kosong. Jumlah slot reguler untuk sembilan destinasi di Cina belum termasuk rute pesanan maskapai tak berjadwal.
Awaluddin menyarankan pengalihan ke destinasi pengganti di Asia Barat, seperti India; Sri Lanka; Maladewa; dan Timur Tengah, seperti Turki; serta Australia. "Itu yang permintaannya tinggi," katanya. "Agar volume penerbangan tetap terjaga dan tak ada armada maskapai yang menganggur."
Sekretaris Perusahaan PT Angkasa Pura I (Persero) Handy Heryudhitiawan mengatakan terdapat 153 penerbangan langsung ke Cina di tiga bandara yang dikelola. Frekuensi mingguan itu paling banyak menggerus kunjungan ke Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, yang terhubung dengan 22 destinasi di Cina.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio mengatakan akan menggenjot kunjungan wisatawan domestik untuk mengantisipasi penurunan turis dari Cina. Selain itu, ada potensi turis baru dari sejumlah negara yang menutup akses ke Cina. "Kami akan tawarkan kerja sama untuk menjadikan tujuannya ke Indonesia," ucapnya.
Dia mengatakan potensi devisa yang dihasilkan dari kunjungan wisatawan asal Cina sekitar US$ 4 miliar. Asumsi itu merujuk volume kunjungan yang mencapai 2 juta orang dalam setahun, dengan rata-rata pengeluaran per orang (average spending per arrival/ASPA) sekitar US$ 1.400.
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan arus pelancong Cina ke Bali, Bintan, serta Manado merosot hingga hampir nol persen. "Dampaknya very very bad," ujarnya.
Kepala Dinas Pariwisata Bintan Wan Rudi mengungkapkan hunian hotel di wilayahnya sepi seiring dengan penurunan jumlah pelancong asal Cina. Selama ini turis Cina mencapai 35 persen dari total wisatawan asing yang berkunjung ke Bintan.
Konsul Jenderal Republik Rakyat Cina di Denpasar, Bali, Gou Haodong, menyebutkan masih ada sekitar 5.000 wisatawan dari negaranya yang bertahan di Bali. "Jika ingin tinggal lebih lama, akan kami bantu fasilitasi kepada pihak imigrasi," ujarnya kemarin.
Menurut dia, sebelum virus corona merebak, setiap hari ada 6.000 pelancong Cina yang datang ke Bali. Saat ini kunjungan wisatawan Cina menyusut menjadi 1.000 orang per hari. "Dan akan terus berkurang," kata Gao.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Badung I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya mengatakan penurunan jumlah wisatawan asal Cina terlihat di obyek wisata seperti Uluwatu, Kintamani, atau Tanah Lot. FRANSISCA CHRISTY ROSANA | DEWI NURITA | MADE ARGAWA | YOHANES PASKALIS PAE DAE
Tergerus Akibat Wabah
Bisnis Perjalanan dan Pariwisata Merugi Terimbas Virus Corona
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo