Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pengembang sempat menunda berbagai proyek hunian baru karena ketidakpastian ekonomi.
Penyaluran KPR pada kuartal IV 2020 tumbuh 7,1 persen secara tahunan.
Tekanan daya beli membuat bisnis properti lebih banyak diramaikan konsumen menengah ke atas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Bisnis properti dalam negeri mulai merangkak naik setelah terkena imbas pandemi Covid-19 sepanjang tahun lalu. Ketua Umum Asosiasi Real Estate dan Broker Indonesia, Lukas Bong, mengatakan para pengembang sempat menunda berbagai proyek hunian baru atau properti primer karena ketidakpastian ekonomi. Hal itu tampak dari minimnya peluncuran produk properti pada semester pertama 2020.
"Paling jauh hanya pengembang besar yang berani meluncurkan produk. Akibatnya, penjualan pada saat itu menurun," ujarnya dalam diskusi virtual di Jakarta, kemarin.
Sektor properti, menurut Lukas, kala itu mulai diramaikan penjualan produk properti sekunder. Berbeda dengan properti primer yang penawarannya digeber setelah ataupun ketika sedang dibangun di lahan kosong, properti sekunder merupakan produk hasil pindah tangan dari pemilik pertama. "Investor masuk ke proyek properti sekunder karena banyak yang harganya terkoreksi, sehingga mereka mengambil peluang."
Lambatnya pertumbuhan bisnis properti digambarkan Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono, melalui keterangan tertulis pada 16 Februari lalu. Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) BI, kata dia, menunjukkan harga properti residensial hanya tumbuh terbatas sebesar 1,43 persen pada triwulan IV 2020 secara tahunan. Angka itu lebih rendah daripada pertumbuhan tahunan pada kuartal sebelumnya yang sebesar 1,51 persen.
"Memasuki kuartal pertama 2021, indeks harga properti residensial kembali tumbuh terbatas sebesar 1,17 persen," kata Erwin. Karena anjloknya pembelian semua tipe hunian, ia menambahkan, volume penjualan properti residensial pada triwulan terakhir 2020 tercatat minus 20,59 persen secara tahunan. Namun tingkat penurunan tersebut tidak seburuk kontraksi pada kuartal III 2020 yang mencapai 30,93 persen.
Pembangunan rumah di kawasan perumahan KPR subsidi di Lubuk Buaya, Padang, Sumatera Barat,18 Februari 2021. ANTARA/Iggoy el Fitra.
Deputi Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia, Kurniawan Agung, mengatakan angin segar sektor residensial mulai terlihat dari pertumbuhan kredit pemilikan rumah (KPR), khususnya untuk segmen menengah. "KPR pada kuartal IV 2020 masih tumbuh 7,1 persen secara tahunan. Segmen atas pun kini tertarik untuk berinvestasi di properti," katanya.
Agung menyebutkan bank sentral sudah menelurkan sejumlah pelonggaran untuk mendukung bisnis properti pada tahun ini. Bank Indonesia, kata dia, bakal melonggarkan rasio loan to value dan financing to value untuk kredit properti menjadi maksimal 100 persen mulai Maret hingga Desember 2021. Relaksasi yang berlaku untuk semua jenis hunian ini membuat nasabah bisa mengajukan KPR dan kredit pemilikan apartemen dengan uang muka nol persen.
Chief Executive Officer Indonesia Property Watch, Ali Tranghanda, mengatakan tekanan daya beli membuat bisnis properti lebih banyak menyerap pasar konsumen berpenghasilan menengah ke atas. Namun kemampuan bayar bukanlah gangguan tunggal bagi bisnis hunian. "Ada faktor lain, seperti pembatasan mobilitas yang ketat, sehingga promosi dan transaksi berkurang," tuturnya kepada Tempo.
Adapun Country Manager Rumah123.com, Maria Herawati Manik, mengatakan tren pencarian properti melalui platform daring kian meningkat. Frekuensi kunjungan ke situs perusahaannya, yaitu Rumah123, ataupun platform grup induknya, yakni 99.co, mencapai 29,8 juta pencarian per bulan. "Tingkat permintaan tergambar dari jumlah pengunjung yang masuk ke website dan mendaftarkan namanya yang terus naik selama 2020," ujar dia dalam diskusi virtual, kemarin. Animo tinggi terhadap properti juga terlihat dari tingginya kunjungan pengguna Internet ke media sosial Rumah123.com.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Real Estate Indonesia, Paulus Totok Lusida, mengatakan tren permukiman yang dicari mulai berubah selama masa pandemi. Saat ini, ucap dia, masyarakat membutuhkan hunian yang memiliki banyak ruang terbuka. "Pengembang perlu berpikir kreatif dalam mendesain hunian," kata dia.
CAESAR AKBAR | GHOIDA RAHMAH | YOHANES PASKALIS
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo