Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Bupati Merasa Diabaikan

Sukabumi terasa sempit dan perlu perkembangan pemekaran kota. Bupati merasa diabaikan karena belum ada konsultasi tapi sudah ada keputusan. (kt)

12 Mei 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KOTA Sukabumi berusia 65 tahun 1 April silam. Tapi kota seluas 12,15 kmÿFD yang ditinggali 105 ribu penduduk itu kian terasa sempit dan semrawut. Sampah bertebaran. Sado sebagai kendaraan tradisionil perlahan didesak becak yang mengalir dari Jakarta. Isyarat rawan ini sudah ditangkap balaikota. Namun untuk mengembangkan diri perluasan tidak mudah. Pernah terjadi karena tanah sulit didapat balaikota terpaksa membeli tanah rakyat yang bersebelahan dengan wilayah Kabupaten Sukabumi untuk SD Inpres. Rp 17 juta dikeluarkan untuk menanggulangi kesulitan tanah semacam itu tahun lalu. Untuk mengembangkan kawasannya Walikota Sukabumi, Suyud, menginginkan Kecamatan Sukaraja dan Cisaat, wilayah Kabupaten Sukabuni, pindah induk ke balaikota. Hasrat yang sudah muncul sejak 1957 ini, sampai kini masih berupa keinginan. Sebab setelah sejak lama balaikota dan kabupaten tidak akur, 2 kecamatan sebagai penghasil uang terbesar, enggan dilepaskan bupati. Ditawari wilayah kecamatan lain Walikota Suyud menolak. Entah kenapa, ia lalu mengemukakan kesulitannya pada sejumlah anggota DPR RI yang berkunjung. Tak Mungkin Tapi tiba-tiba pekan lalu Ketua DPRD Kota Sukabumi Mayor TNI Mahfud, sebagai dibenarkan Suyud menyebut soal pemekaran, "hanya tinggal menunggu realisasi dari Menteri Dalam Negeri." Tentu saja Bupati drs. MA Zainuddin kaget, seperti halnya Ketua DP RD Kabupaten Sukabumi Adang Bachruddin. Kedua pejabat ini merasa soal pemekaran belum pernah diomongkan. "Bagaimana bisa diputuskan kalau dengan kami saja belum konsultasi," sebut Adang "tanpa sepengetahuan kami, pemekaran itu tidak mungkin." Namun rupanya balaikota lebih suka main pingpong dengan gubernur dan menteri dalam negeri. Sebab Mahfud katanya telah "menyerahkan urusan itu kepada Gubernur Kunaefi. "Beres, dan tampaknya akan berhasil. Ulah balaikota ini tentu menjengkelkan kabupaten. "Kita seperti diabaikan," sahut Bupati Zainuddin dengan agak geram.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus