Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Batu Sandungan Mayor Andika di Papua

Nama Andika Perkasa pernah disebut dalam kasus pembunuhan tokoh Papua, Theys Eluay, pada 2001. Pemerintah dan DPR diminta memverifikasi tudingan tersebut.

4 November 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Calon Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa memiliki catatan hitam di Papua.

  • Namanya disebut dalam kematian Theys Eluay, tokoh Papua Merdeka, yang tewas di tangan sekelompok anggota Kopassus.

  • Aktivis menilai penunjukan Andika menandakan ketidakseriusan Presiden Jokowi dalam menangani pelanggaran HAM berat.

JAKARTA – Koalisi Masyarakat Sipil untuk Reformasi bersama aktivis hak asasi manusia (HAM) mengkritik keputusan Presiden Joko Widodo menunjuk Jenderal Andika Perkasa sebagai calon Panglima TNI. Penunjukan tersebut dinilai bermasalah, mengingat Andika pernah dituding terlibat dalam pembunuhan tokoh pergerakan Papua, Dortheys Hiyo Eluay.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Imparsial, organisasi yang tergabung bersama Koalisi Masyarakat Sipil untuk Reformasi, menyatakan Presiden dan parlemen harus memverifikasi rekam jejak Andika sebelum melantiknya. “Presiden harus betul-betul memastikan calon Panglima TNI yang diusulkannya tidak memiliki catatan buruk, khususnya terkait dengan pelanggaran HAM,” kata Ardimanto Adiputra, Koordinator Program Imparsial, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Koordinator Program Imparsial, Ardimanto Adiputra. TEMPO/M. Taufan Rengganis

Ardimanto menyoroti pembunuhan Dortheys Eluay. Theys diculik dan ditemukan terbunuh sehari setelah menghadiri upacara Hari Pahlawan pada 2001 di Markas Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat di Jayapura. Penyelidikan oleh Kepolisian Daerah Papua menyebutkan pembunuhan itu dilakukan tujuh anggota Kopassus. Indonesia mendapat kecaman internasional akibat kasus ini.

Nama Andika, yang saat itu bertugas di Kopassus, muncul dalam surat yang dikirim ayah seorang terdakwa ke Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu. Kepada ayahnya, anggota Kopassus tersebut mengatakan dipaksa oleh Mayor Andika untuk mengakui pembunuhan Theys. Imbalannya adalah karier di Badan Intelijen Negara, yang saat itu dipimpin A.M. Hendropriyono, mertua Andika. “Tuduhan tersebut harus ditanggapi serius,” kata Ardimanto.

Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Fatia Maulidiyanti, turut menyoroti lembaran hitam Andika di Papua. Pembunuhan Theys ditutup dengan pengadilan yang menyeret empat perwira dan tiga prajurit Kopassus. “Namun Andika tak pernah diperiksa,” ujarnya. Menurut Fatia, pencalonan Andika sebagai Panglima TNI mengindikasikan menciutnya peluang penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat di masa lalu.

Kontras juga menilai Andika, yang memimpin Angkatan Darat sejak November 2018, belum berhasil menekan frekuensi kekerasan yang dilakukan para prajuritnya terhadap warga sipil. Jika Andika menjadi panglima, Fatia berharap dia dapat menghentikan kekerasan itu sekaligus memutus rantai impunitas di kalangan TNI.

Theys Hiyo Eluay. Dok. TEMPO/Rully Kesuma

Dari Papua, Direktur Eksekutif Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua, Theo Hesegem, khawatir penunjukan Andika akan memperburuk kondisi hak asasi di Bumi Cenderawasih. Kekhawatirannya mengacu pada dugaan keterlibatan Andika dalam pembunuhan Theys. “Tak ada jaminan keselamatan di Papua,” kata Theo.

Dia menilai penunjukan Andika sebagai Panglima TNI menandakan ketidakseriusan Presiden Jokowi dalam menuntaskan kasus pelanggaran HAM di Papua. Padahal itu merupakan akar konflik berkepanjangan di sana.

Adapun Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Asfinawati, mengatakan Andika punya "pekerjaan rumah" untuk menjauhkan anggota TNI dari konflik agraria. Dalam banyak sengketa pertanahan, YLBHI menemukan keterlibatan TNI yang mengakibatkan diskriminasi bagi masyarakat. “Satu modusnya, TNI datang melakukan latihan tempur di tempat-tempat yang sedang terjadi konflik agraria,” kata dia.

Jenderal Andika Perkasa belum berkomentar soal pencalonan sebagai Panglima TNI tersebut. Ihwal pembunuhan Theys Eluay, Andika pernah menyatakan tidak terlibat. Dia juga mempersilakan semua pihak menyelidiki dugaan keterlibatannya. “Monggo, enggak ada alasan bagi saya untuk melarang itu,” ujarnya pada 2018.

AVIT HIDAYAT | EGI ADYATAMA
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Reza Maulana

Reza Maulana

Bergabung dengan Tempo sejak 2005 setelah lulus dari Hubungan Internasional FISIP UI. Saat ini memimpin desk Urban di Koran Tempo. Salah satu tulisan editorialnya di Koran Tempo meraih PWI Jaya Award 2019. Menikmati PlayStation di waktu senggang.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus