Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Cara Menjelaskan kepada Anak Jika Ayah Ibu Cerai

Apapun penyebab perpisahan suami dan istri, tekankan kepada anak mereka tetap akan menjadi orang tuanya.

17 Juni 2017 | 10.30 WIB

Ilustrasi cerai. shutterstock.com
material-symbols:fullscreenPerbesar
Ilustrasi cerai. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Konselor dan terapis di Biro Konsultasi Psikologi Westaria, Anggia Chrisanti mengatakan penting melibatkan anak untuk mengerti dan memahami secara objektif status pernikahan orang tuanya. Saat mereka sudah tidak lagi bersama karena salah satu meninggal atau karena perceraian.

"Tapi caranya harus disesuaikan dengan usia dan karakter anak-anak," kata Anggia. Dia mencontohkan, anak-anak yang berkarakter terbuka atau ekstrovert mungkin bisa diberitahu secara langsung atau lugas. Jelaskan kepadanya apa yang terjadi, bagaimana kehidupan keluarga selanjutnya, dan sebagainya.

Apapun penyebab perpisahan suami dan istri, tekankan kepada anak bahwa mereka tetap akan menjadi orang tuanya. "Sebab tidak ada istilah bekas ayah atau bekas ibu," ujar Anggia. Beri tahu anak ihwal berbagai kemungkinan yang bisa terjadi, misalnya mesti pindah rumah, menjual beberapa barang, pindah sekolah, atau mungkin anak terpaksa tinggal bersama nenek dan kakeknya.

"Meski anak masih kecil atau balita dan terlihat tidak paham, orang tua wajib menyampaikan apa dan bagaimana ke depannya," ujarnya. Sebab, Anggia melanjutkan, informasi itu pasti masuk ke otak anak dan satu saat nanti dia akan menyikapinya sesuai dengan usia dan karakternya.

Menyampaikan informasi tentang status ayah dan ibu yang sudah berpisah, menurut Anggia, penting dalam menyiapkan mental anak. Dengan begitu, anak juga tidak merasa sebagai objek yang tidak dilibatkan dalam perubahan kehidupannya. "Ingat, perubahan status pernikahan orang tua juga berdampak besar kepada anak-anak," ucap Anggia.

Dia menambahkan, berikan pula anak gambaran juga mungkin akan terjadi pernikahan selanjutnya. Jangan lupa perhatikan sikap atau bahasa tubuh anak saat bicara mengenai apapun. Jika perlu jeda atau berhenti sejenak, dan lanjutkan kembali jika merasa anak masih bingung atau belum menerima. "Ini jauh lebih baik daripada memaksakan menginformasikan secara langsung dan seluruhnya," ujar Anggia.

TABLOIDBINTANG

Berita lainnya:
Mudik Lebaran, Pilih Berangkat di Hari Selasa

Baju Lebaran, Tips Pilih Kaftan Sesuai Bentuk Tubuh
Mudik Lebaran Pakai Mobil Pribadi, Cek Daftar Persiapan Sopir

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rini Kustiani

Rini Kustiani

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus