Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Nidya Larasyunati, 23 tahun, masinis perempuan kereta Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta mengungkapkan kisahnya sampai bisa menjadi supir kereta bawah tanah pertama di Indonesia itu. Nidya mengatakan sebelum menjadi masinis, dirinya terlebih dahulu mengikuti beberapa pendidikan khusus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Ini pertama kalinya saya jadi masinis, sebelumnya saya menempuh pelatihan di Akademi Perkeretaapian Indonesia (API), Madiun, Jawa Timur," kata Nidya saat ditemui Tempo di Stasiun Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Selasa, 12 Maret 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Nidya merupakan lulusan pertama dari pelatihan API dan lulusan Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD). Usai menempuh pendidikan di sana, ia direkrut PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta untuk menjadi masinis.
Pada 18 Desember 2017, PT MRT mengirim Nidya bersama 10 masinis muda lainnya ke Ampang, Kuala Lumpur, Malaysia untuk mengikuti program pelatihan yang diadakan oleh Rapid Rail Academy milik Prasarana Malaysia.
Dalam pelatihan itu, Nidya bersama teman-temannya berkesempatan memperdalam pengetahuan dan keterampilan tentang sistem pengoperasian dan persinyalan kereta. Mulai dari belajar sistem rolling stock, troubleshooting, praktik langsir, merangkai kereta, belajar rule book, hingga mengemudikan kereta di salah satu jalur LRT (Ampang Line), dengan pendampingan instruktur.
Masinis bersiap menjalankan kereta saat uji coba pengoperasian MRT (Mass Rapid Transit) fase I koridor Lebak Bulus - Bundaran HI di Stasiun Bundaran HI, Jakarta, Kamis 28 Februari 2019. Tempo/Tony Hartawan
Di akhir masa pelatihan, kata Nidya, setiap peserta wajib mengikuti tes yang diadakan oleh Kementerian Sumber Daya Manusia Malaysia.
Menurut Nidya, sistem perkeretaapian MRT dan LRT di Malaysia sama persis dengan yang ada di Indonesia. "Jadi kami mengadopsinya memang kereta dari Malaysia," ujarnya.
Soal sensasi mengendarai kereta MRT, Nidya menuturkan sangat berbeda dengan mengendarai kereta Commuter Line. Di kereta MRT, kata dia, seluruh sistem full dikendalikan otomatis. Kehadiran masinis hanya untuk keadaan darurat dan pekerjaan di depo saja.
Saat MRT Fase I beroperasi komersial akhir Maret ini, Nidya bersama 53 orang lainnya akan menjadi masinis muda yang mengendarai 16 kereta MRT Jakarta. Selama mengendarai kereta MRT, Nidya akan didampingi oleh instruktur masinis yang saat ini berjumlah 17 orang.
MRT Jakarta Fase I yang melayani rute Lebak Bulus - Bundaran HI memiliki panjang lintasan 16 kilometer. Dalam Fase I, MRT Jakarta akan memiliki 16 stasiun. Moda transportasi ini ditargetkan dapat beroperasi di antara tanggal 27-31 Maret 2019.