Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Jumlah suku cadang sepeda motor listrik buatan lokal belum banyak.
Kebijakan insentif bisa menekan pasar sepeda motor bensin.
Pabrikan Jepang belum terlibat dalam pengembangan sepeda motor listrik.
JAKARTA – Produsen sepeda motor listrik bersiap menyambut regulasi anyar mengenai insentif sepeda motor listrik. Dalam regulasi terbaru yang sedang disusun tersebut, pemerintah memperluas kriteria masyarakat yang berhak menerima insentif pembelian sepeda motor listrik.
"Hari ini, kami bergerak cepat. Setelah berdiskusi dengan Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi, kami akan berdiskusi dengan Kementerian Perindustrian terkait dengan teknis. Pasti ada revisi peraturan," ujar Ketua Asosiasi Sepeda Motor Listrik Indonesia, Budi Setiyadi, kepada Tempo, kemarin.
Pemerintah berencana memperluas penerima insentif sepeda motor listrik dari yang saat ini dibatasi empat kriteria, yaitu penerima Kredit Usaha Rakyat, bantuan presiden usaha mikro, bantuan subsidi upah, dan penerima subsidi listrik di bawah 900 VA. Sasaran penerima direvisi karena realisasi penyaluran insentif sejak Maret lalu tidak lebih dari 1 persen dari target 200 ribu unit.
Dengan perluasan penerima tersebut, Budi optimistis hambatan dalam penyaluran insentif bisa hilang sehingga permintaan sepeda motor listrik meningkat. Ia mengimbuhkan, agen pemegang merek (APM) telah bersiap mengantisipasi lonjakan angka penjualan.
Budi mengatakan saat ini jumlah APM sepeda motor listrik yang telah memenuhi tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) 40 persen berjumlah 13 perusahaan. Ia yakin kapasitas produksi yang tersedia di 13 perusahaan itu mampu memenuhi kenaikan permintaan. "Kapasitas produksi APM bervariasi. Ada yang 10 ribu unit per bulan, ada yang 5.000 unit per bulan. Kami optimistis bisa memenuhi permintaan," kata dia.
Baca juga: Minat Bergeliat Setelah Insentif Berlaku
Persoalan Suku Cadang
Sistem penggerak kendaraan listrik roda dua dalam pameran Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2023 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, 17 Mei 2023. TEMPO/Tony Hartawan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hanya, ada pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan produsen, yaitu menggenjot penyediaan suku cadang di dalam negeri. Musababnya, jumlah suku cadang sepeda motor listrik yang tersedia di Indonesia belum cukup banyak. Karena itu, APM perlu segera mengimpor suku cadang yang tidak bisa dipenuhi dari dalam negeri. "Yang akan didorong 13 APM adalah rantai pasok yang selama ini masih bergantung pada suku cadang impor. Ini perlu bantuan (pemerintah)," ujar Budi.
Direktur Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, yakin permintaan sepeda motor listrik via jalur insentif bakal meningkat setelah berbagai syarat dihapus dan sasarannya diperluas. Tak hanya produsen sepeda motor listrik, perusahaan-perusahaan ekosistem kendaraan listrik pun menyambut peluang kenaikan permintaan sepeda motor listrik.
Ketua Asosiasi Ekosistem Mobilitas Listrik, Dannif Danusaputro, menuturkan perusahaan-perusahaan ekosistem mobilitas listrik telah mengantisipasi kemungkinan lonjakan angka permintaan sepeda motor listrik, khususnya penyedia stasiun penukaran baterai. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat jumlah stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum mencapai 1.346 unit pada Juni 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca juga: Kami Tak Ingin Bergantung pada Insentif Kendaraan Listrik
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian, Taufiek Bawazier, juga optimistis industri siap menyambut lonjakan permintaan sepeda motor listrik. "Kita punya 47 pabrik dengan kapasitas 1,47 juta unit per tahun, tapi yang memenuhi TKDN baru 13 perusahaan dengan kapasitas produksi di atas 200 ribu per tahun," ujar dia.
Menurut dia, jumlah penyedia sepeda motor listrik yang mendapat insentif bisa bertambah jika ada perusahaan lain yang memenuhi ketentuan TKDN 40 persen. Perubahan daftar perusahaan ini nantinya dimungkinkan untuk masuk dalam revisi peraturan Menteri Perindustrian mengenai penyaluran insentif tersebut.
Ihwal rantai pasok suku cadang, ia berharap perusahaan memutar otak untuk memenuhi suku cadang dari dalam negeri. "Biar industri berpikir cara memenuhi TKDN 40 persen. Kalau TKDN terpenuhi, berarti rantai pasok di dalam negeri terbentuk, nilai tambahnya di situ," ujarTaufiek.
Kurang Berdampak ke Perekonomian
Mekanik tengah menggabungkan baterai untuk sepeda motor yang dikonversi menjadi sepeda motor listrik di Bekasi, Jawa Barat. TEMPO/Tony Hartawan
Analis senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution, Ronny P. Sasmita, berpendapat, kendati perluasan insentif sepeda motor listrik bisa berdampak baik pada transisi energi dan pengurangan emisi, dampak penggandanya masih minim lantaran sedikitnya tingkat kandungan lokal. "Saat ini memang muncul beberapa merek lokal yang produknya beredar di pasaran. Namun jumlahnya belum terlalu banyak," ujarnya.
Ia menilai pelaku industri sepeda motor konvensional dari merek-merek Jepang yang banyak menggunakan komponen lokal masih belum mengindikasikan bakal turut memproduksi sepeda motor listrik. Karena itu, Ronny menyebutkan ada potensi kebijakan insentif ini akan menekan pasar sepeda motor bensin yang sudah banyak menyerap komponen lokal. "Kebijakan ini berpeluang menjadikan masyarakat Indonesia hanya sebagai konsumen produk-produk yang justru kurang memiliki efek berganda pada perekonomian karena tak melibatkan mitra lokal," kata Ronny.
Belajar dari berbagai negara yang lebih dulu menerapkan kebijakan kendaraan listrik, ia mengimbuhkan, pemerintah harus mewujudkan tingkat persaingan yang setara bagi para pelaku industri otomotif lokal. Di samping itu, pemerintah mesti menyiapkan infrastruktur kendaraan listrik sebelum memberikan subsidi langsung kepada konsumen.
Baca juga: Gotong Royong Perbanyak Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik
Direktur Center of Economic and Law Studies, Bhima Yudhistira, pun menilai saat ini pemain sepeda motor listrik yang mengikuti kebijakan insentif sebagian besar merek Cina. Padahal pangsa pasar otomotif Indonesia dikuasai pabrikan Jepang. Hal ini bisa menjadi tantangan dalam pengembangan ekosistem sepeda motor listrik. "Sebanyak 73,8 persen pangsa sepeda motor dikuasai Honda dan 23,2 persen Yamaha. Kedua pemain dominan ini seharusnya diajak mengembangkan sepeda motor listrik," ujarnya.
CAESAR AKBAR
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo