Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Sejumlah wilayah pertanian mengalami gangguan produksi karena serangan hama dan penyakit.
Produksi padi diperkirakan turun hingga 10 persen akibat hama dan kekeringan.
Pemerintah menyiapkan strategi untuk menghadapi El Nino.
KENDATI belum memasuki periode puncak El Nino yang menyebabkan kekeringan, sebagian lahan pertanian di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, telah mengalami penurunan hasil panen. Penyebabnya adalah hama jamur oncom menyerang lahan pertanian mereka sejak Juni hingga awal Juli ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Biasanya per 1.400 meter persegi lahan bisa menghasilkan 9 kuintal hingga 1 ton gabah, tapi pada masa panen kedua ini hanya 7-9 kuintal,” kata Irwan Budiyanto, pendamping petani dari Komunitas Petani Milenial Madiun, saat dihubungi Tempo, Kamis, 20 Juli 2023.
Irwan mengatakan, jamur tersebut menempel pada bulir padi siap panen atau berusia sepuluh pekan lebih. Adapun ciri-cirinya, bulir padi menjadi berwarna kuning hingga kehitaman. “Ada bercak-bercak di daun dan gabahnya hitam,” ucap Irwan. Karena itu, kata dia, jumlah gabah yang dipanen turun.
Serangan hama jamur itu terjadi di lahan persawahan milik petani yang menjadi dampingan Irwan, yakni wilayah Kecamatan Geger, Pilangkenceng, dan Kebonsari. Menurut dia, kondisi itu berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya pada musim kemarau. Biasanya, jamur tidak muncul saat masa tanam musim kemarau. "Mungkin karena beberapa waktu terakhir ini cuacanya panas-dingin yang bisa menyebabkan jamur.”
Bukan hanya padi, kata Irwan, serangan penyakit juga terjadi pada tanaman hortikultura. Untuk cabai rawit, misalnya, terserang hama Thrips (Thrips parvispinus karny) dan penyakit bulai atau Gemini virus. Penyakit itu menyebabkan tanaman menjadi kecil dan daunnya menjadi kuning, sebelum akhirnya mati.
Serangan hama penyakit itu diprediksi meningkat seiring masa puncak anomali cuaca akibat El Nino beberapa bulan mendatang. “Pemerintah sudah memberi tahu tentang prakiraan itu. Pemupukan diharapkan berimbang dan tidak terlalu banyak (menggunakan) pupuk kimia,” ucap dia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca juga: Ketar-ketir Menjelang Musim Kering
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya memperkirakan El Nino akan mencapai kondisi puncak pada Agustus hingga September 2023. Pada saat itu, suhu muka laut di kawasan Samudra Pasifik tengah akan berada di atas kondisi normal. Kondisi itu akan meningkatkan potensi pertumbuhan awan di kawasan tersebut dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia. Hal tersebut dapat menyebabkan sebagian wilayah kekeringan, tapi ada pula daerah yang mengalami banjir.
Kombinasi Kekeringan dan Serangan Hama
Warga melihat kondisi sawahnya yang mengering di Kandanghaur, Indramayu, Jawa Barat, 15 Juni 2023. ANTARA/Dedhez Anggara
Sekretaris Jenderal Aliansi Petani Indonesia, Muhammad Nuruddin, menuturkan, kekeringan bukan menjadi masalah utama yang dikhawatirkan para petani karena sebagian besar dari mereka sudah mengantisipasinya. Yaitu dengan jalan menanam palawija pada lahan yang kekurangan pasokan air. Sedangkan lahan dengan irigasi teknis dan memiliki pasokan air akan tetap ditanami padi.
Para petani justru khawatir dengan adanya ledakan hama dan penyakit tanaman selama musim kering tersebut. Wilayah yang rentan serangan hama antara lain di pesisir utara dan selatan Jawa. Wilayah tersebut kerap diserang hama tikus yang mengganggu tanaman para petani. "Jadi, El Nino ini kekhawatirannya bukan karena kekurangan air, melainkan karena hama dan penyakit," kata dia.
Nuruddin menuturkan, produksi tanaman para petani akan sangat bergantung pada seberapa cepat antisipasi terhadap gangguan hama ini. Apabila tidak diantisipasi dengan baik, ia memperkirakan kombinasi kekeringan dan serangan hama akan mengakibatkan turunnya produksi sebesar 10-15 persen pada musim tanam ketiga tahun ini.
"Jadi, antisipasi harus ditingkatkan pemerintah dari sisi mitigasi hama penyakit karena masih kurang arahan penyuluh. Sekarang pemerintah masih berfokus ke infrastruktur dan fisik saja, penyuluhan belum," kata dia.
Ketua Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI), Dwi Andreas Santosa, mengatakan, selama ini produksi tanaman pangan, khususnya padi, sangat bergantung pada dua faktor: pengendalian hama dan pengairan. Menurut dia, anjloknya produksi sering kali disebabkan oleh kekeringan, serangan hama dan penyakit, atau kombinasi keduanya.
Berdasarkan laporan dari anggota Asosiasi, ia mengatakan, serangan hama yang meluas di lahan persawahan antara lain wereng cokelat dan kerdil rumput. Serangan hama ini diperkirakan lebih besar ketimbang tahun lalu. Ia memperkirakan produksi bisa turun 5-10 persen pada masa El Nino kali ini. "Pemerintah harus mengaktifkan lagi jejaring dengan petani untuk pemantauan dan pengendalian hama terpadu," kata Dwi.
Memetakan Lokasi Terdampak Kekeringan
Tempo telah menanyakan langkah mitigasi serangan hama tersebut kepada Sekretaris Direktorat Jenderal Pangan Kementerian Pertanian, Bambang Pamuji. Namun, hingga laporan ini ditulis, pesan Tempo hanya dibaca dan tidak berbalas. Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo telah mewanti-wanti bahwa El Nino berpotensi mengakibatkan kebakaran hutan dan lahan pertanian, gagal panen, kekurangan air bersih, kekeringan, dan meningkatkan intensitas serangan hama.
"Untuk itu, perlu dilakukan antisipasi dan adaptasi dalam upaya mengurangi dampak El Nino pada penurunan kapasitas produksi pangan," kata dia.
Syahrul menyebutkan, beberapa upaya yang dilakukan Kementerian Pertanian dalam mengantisipasi dampak El Nino antara lain mengidentifikasi dan memetakan lokasi yang terkena dampak kekeringan, serta mengelompokkan daerah-daerah tersebut menjadi beberapa kategori untuk menentukan langkah yang akan diambil.
Upaya yang juga dilakukan pemerintah dalam menyambut musim kering ini antara lain mempercepat masa tanam untuk mengejar sisa hujan serta meningkatkan ketersediaan alat dan mesin pertanian untuk mendukung percepatan tanam. Pemerintah juga telah membangun atau memperbaiki embung, dam parit, sumur dalam, sumur resapan, rehabilitasi jaringan irigasi tersier, dan pompanisasi.
Adapun Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Madiun, Sumanto, mendorong para petani lebih banyak menggunakan pupuk organik. Alasannya, pasokan pupuk kimia bersubsidi berkurang. “Juga karena mayoritas lahan (pertanian di Kabupaten Madiun) kurang organik,” kata dia.
Baca juga: Terpukul Lonjakan Harga Pupuk
Koordinator Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan, Ayip Said Abdullah, mengatakan bahwa pemerintah harus menanggapi dengan serius ancaman ledakan hama ini, terutama pada wilayah yang saat ini masih belum panen pada musim tanam kedua. Apalagi ia melihat di beberapa wilayah terjadi fenomena menarik, yakni adanya serangan hama wereng pada akhir Juni, padahal sudah musim kemarau. Menurut Said, wereng biasanya menyerang apabila masih ada hujan. Selain itu, serangan tikus akan meluas pada musim kering.
"Pemerintah perlu tetap waspada, terutama terhadap tikus. Caranya dengan mendorong penanggulangan serangan tikus, mendorong gropyokan (berburu tikus) di tingkat petani, hingga menyediakan alat pengemposan atau perangkap," tutur Said.
CAESAR AKBAR | NOFIKA DIAN NUGROHO (MADIUN) | ANTARA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo