Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Pemprov DKI belum mengeluarkan kebijakan khusus ihwal hepatitis akut.
Masyarakat diminta tidak khawatir tapi tetap harus berhati-hati.
Orang tua dituntut memberikan perhatian ekstra kepada anak-anak mereka.
JAKARTA – Pemerintah DKI Jakarta belum menetapkan kebijakan khusus untuk mencegah penularan hepatitis akut misterius. Pemerintah masih menunggu hasil pemeriksaan 24 pasien yang memiliki gejala-gejala hepatitis. “Belum dipastikan hepatitis akut. Semua masih berstatus pending classification,” kata Wakil Gubernur DKI Ahmad Riza Patria, kemarin. “Tunggu hasil pemeriksaan hingga beberapa hari ke depan.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Riza mengatakan mayoritas pasien itu berusia di bawah 16 tahun. Masyarakat diminta tidak khawatir tapi tetap berhati-hati. Dinas Kesehatan akan meningkatkan sosialisasi ihwal upaya yang bisa dilakukan untuk menghindari penularan. “Hindari tempat umum yang digunakan bersama, seperti kolam renang,” ujar Riza.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan pengamatan Tempo, sejauh ini aktivitas masyarakat Ibu Kota masih berjalan seperti biasa, termasuk di ruang publik. Paling tidak hal itu terlihat di Tebet Eco Park, Jakarta Selatan. Taman itu ramai dikunjungi anak-anak. Mereka terlihat bergerombol di wahana permainan. Sementara itu, orang tua duduk mengawasi dari bangku-bangku taman, berbagi ruang dengan sekelompok remaja berseragam sekolah.
Di salah satu sudut taman, seorang ibu muda terlihat membacakan cerita untuk putrinya. Perempuan bernama Fatimatul Fitri itu bermaksud menjauhkan anaknya yang berusia 3,5 tahun dari kerumunan. Dia tidak mengizinkan sang buah hati berbagi mainan dengan orang tak dikenal.
Fitri sengaja memisahkan diri untuk memproteksi sang anak dari penyakit menular, termasuk Covid-19 dan hepatitis akut. “Biasanya makan di luar. Beberapa hari ini sudah enggak,” ujar Fitri.
Seorang anak di area taman Tebet, Jakarta, 12 Mei 2022. TEMPO/Febri Angga Palguna
Fany Rachma mengambil sikap yang sama. Perempuan itu berhati-hati saat melepas dua anaknya beraktivitas di tempat umum. Belum adanya kejelasan ihwal penularan hepatitis akut misterius membuat Fany harus pandai-pandai melindungi mereka, yang masing-masing baru berusia 9 tahun dan 22 bulan.
Menurut Fany, kedua anaknya dibiasakan menjalani hidup bersih dan sehat. Misalnya saja dengan rajin membersihkan tangan setelah bermain dan sebelum makan. “Kalau jajan, kami pilih warung makan yang bersih,” ujar Fany.
Fany mengatakan ketidakjelasan ihwal penularan hepatitis akut membuat masyarakat sering berspekulasi. Karena itu, dia berharap pemerintah bergerak cepat untuk mengedukasi masyarakat. “Pemerintah bisa lebih fast response dan tidak meremehkan kasus ini.”
Wakil Ketua Komisi E DPRD DKI Jakarta, Anggara Wicitra Sastramidjojo, mengatakan akan bertemu dengan Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan dalam waktu dekat. Pertemuan ini secara khusus dilakukan untuk mengevaluasi perkembangan kasus hepatitis akut dan langkah pencegahan yang sudah dilakukan.
Anggara akan meminta pemerintah meningkatkan pembatasan interaksi dan kerumunan demi meminimalkan penularan. Opsi menutup tempat publik untuk anak-anak juga perlu dipertimbangkan. “Apakah diperlukan atau tidak, ya, dilihat dari tingkat penularannya,” kata Anggara.
Solikhah, anggota Fraksi PKS, mendesak pemerintah provinsi lebih serius menyiapkan langkah antisipasi untuk mencegah penyebaran hepatitis akut. “Meski belum menemukan titik terang, ini tetap mengkhawatirkan,” katanya. “Terlebih, pembelajaran tatap muka sudah dimulai.”
RIRI RAHAYUNINGSIH
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo