Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Berita Tempo Plus

Perjamuan Terakhir Sang Presiden Malioboro

Penyair Umbu Landu Paranggi wafat pada Selasa dinihari, 6 April lalu. Pria kelahiran Sumba Timur itu menutup usia di Rumah Sakit Bali Mandara, Sanur, Bali, dalam usia 77 tahun. Kepergiannya meninggalkan duka bagi para murid dan penggemar syair-syair etniknya. Umbu adalah mentor bagi banyak seniman di Jawa dan Bali. Dia pernah "menggelandang" di Yogyakarta dan menghidupkan komunitas seniman Persada Studi Klub yang bermarkas di Malioboro. Setelah pindah ke Bali pun dia teguh menjadi guru puisi bagi penyair-penyair muda yang bernaung di komunitas puisi. Walau menggembleng banyak seniman, Umbu memilih jalan sunyi. Dia menjauhi sorotan dan mengasingkan diri dari hiruk-pikuk dunia seni. 

 

10 April 2021 | 00.00 WIB

Umbu Landu Paranggi di Museum Lukisan Sidik Jari di Denpasar, Bali./Dok. Sahaja Sehati
Perbesar
Umbu Landu Paranggi di Museum Lukisan Sidik Jari di Denpasar, Bali./Dok. Sahaja Sehati

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

MENJELANG sore, Sabtu, 3 April lalu, di kediamannya di Jalan Antasura, kawasan Lembah Pujian, Denpasar, penyair Umbu Landu Paranggi tiba-tiba mengutarakan satu permintaan: dia ingin mengudap buah anggur. Di rumah itu Umbu ditemani anak-anak didiknya dari komunitas Majelis Masyarakat Maiyah Masuisani. Itu bukan permintaan yang biasa. Namun akhirnya Dul, 28 tahun, dan Mamet, 58 tahun, menuruti permintaan Umbu. Keduanya keluar rumah untuk membeli anggur dan diam-diam membeli wine dan bir hitam, kesukaan sang Guru.

Anggur itu jadi juga disantap Umbu. Selagi berbincang dengan sejumlah muridnya, Umbu diingatkan bahwa esoknya adalah Hari Paskah. Lekas saja Umbu meminta orang-orang di rumahnya untuk membersihkan gelas. “Cuci semua gelasnya. Besok akan ada tamu agung,” katanya, seperti ditirukan Dul saat ditemui Tempo di dekat Rumah Sakit Bali Mandara, Kamis, 8 April lalu.

Tak lama setelahnya, Umbu merebahkan tubuh di tempat tidur. Matanya terpejam. Namun tiba-tiba dia teringat wine dan bir hitam yang tadi dibeli Dul dan Mamet. Umbu pun minta minuman itu dituangkan di gelasnya. Permintaan itu mulanya ditepis para murid yang khawatir atas kondisi kesehatan Umbu. Beberapa hari sebelumnya, kesehatan Umbu menurun. Namun lelaki kelahiran Sumba Timur, 77 tahun lalu, itu berkeras.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Isma Savitri

Setelah bergabung di Tempo pada 2010, lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro ini meliput isu hukum selama empat tahun. Berikutnya, ia banyak menulis isu pemberdayaan sosial dan gender di majalah Tempo English, dan kini sebagai Redaktur Seni di majalah Tempo, yang banyak mengulas film dan kesenian. Pemenang Lomba Kritik Film Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2019 dan Lomba Penulisan BPJS Kesehatan 2013.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus