Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Berita Tempo Plus

Desa yang Pantang Berperang

Setelah sekian lama, akhirnya Wae Rebo kembali memiliki tujuh mbaru niang akhir Juni lalu. Rumah adat berbentuk kerucut terbuat dari kayu worok, bambu, alang-alang, dan rotan itu tidak hanya sebagai tempat tinggal, tapi juga pusat tatanan dan pemersatu. Cerita tentang tradisi yang sudah bertahan selama lebih dari 19 generasi itu direportasekan wartawan Tempo, Sorta Tobing, yang berkunjung ke Wae Rebo, di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, awal Juni lalu.

11 Juli 2011 | 00.00 WIB

Desa yang Pantang Berperang
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Martinus Anggo, 42 tahun, tersenyum lebar mengawali akhir pekan pertama pada Juni 2011. Mimpinya tinggal dalam mbaru niang terwujud. ”Saya merasa benar-benar jadi orang Wae Rebo,” katanya. Perayaan pemberkatan rumah baru itu secara adat berlangsung malam sebelumnya. Keesokannya, ia bersiap mengikuti misa ucapan syukur secara Katolik.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus