Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Depok - "Maah," jerit Alesa saat jarum suntik untuk imunisasi difteri yaitu DPT (difteri, pertusis, tetanus) menusuk lengan kirinya. Alesa berusia tiga tahun ditemani ibunya, Yuni saat mendatangi Posyandu Mawar RW 13 Kelurahan Depok Jaya, Senin pagi.
Yuni membawa anaknya untuk imunisasi setelah mengetahui difteri menjadi kejadian luar biasa di Depok dan menewaskan seorang balita. "Ini diiming-imingi balon baru Alesa mau disuntik," kata Yuni kepada Tempo saat ditemui di Posyandu Mawar, Kelurahan Depok Jaya, Senin, 11 Desember 2017.
Strategi Yuni berhasil. Meski menjerit, Alesa tidak menangis ketika disuntik. Menurut Yuni, program imunisasi ini bagus karena meningkatkan kekebalan tubuh anak terhadap infeksi kuman difteri. "Khawatir juga pas sudah tahu ada korban meninggal akibat difteri," tuturnya.
Baca: Imunisasi Difteri di SMA 33, Siswa Histeris hingga Nyaris Pingsan
Eka, salah satu orang tua balita yang melakukan imunisasi DPT juga membelikan balon berbentuk tokoh BoBoiBoy biar anaknya, Rava, mau disuntik. "Senang tadi Rava pas dapat balon makanya pas disuntik tidak menjerit," katanya.
Kepala Posyandu Mawar RW 13 Kelurahan Depok Jaya, Sri Mulat mengatakan bahwa Dinas Kesehatan Kota Depok melakukan Outbreak Response Immunization (ORI) untuk pencegahan penyebaran difteri dengan tahap awal ke anak usia di bawah lima tahun. Tahap awal ini dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan rutin Posyandu diberbagai wilayah di Depok.
"Untuk RW 13 Kelurahan ini ditargetkan 70 anak yang diimunisasi,"
kata Sri saat ditemui Tempo di Posyandu Mawar, Depok Jaya.
Menurut Sri, syarat khusus anak yang diimunisasi vaksin difteri, pertusis dan tetanus dalam keadaan sehat. Sebelum dilakukan imunisasi akan dilakukan dulu pemeriksaan kesehatan. "Kalau anaknya lagi demam mungkin imunisasinya ditunda dulu," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini