BANYAK orang hidup susah, memang. Cuma gaya Santoso (bukan nama
sebenarnya), menghadapi kesulitan sehari-hari dengan melenguh,
tak urung bikin keadannya malah kian pahit. Ayah lima anak itu
kini menganggur, padahal pernah kuliah dua tahun di fakultas
hukum sebuah universitas di Surabaya. Istrinya pun mengaku
pernah jadi guru TK, tapi berhenti sejak 1957 atas desakan sang
suami. Kini mereka berdiam di sebuah rumah kontrakan ukuran 3 x
4 meter di sebuah desa, di Kecamatan Wonocolo, Surabaya.
Keadaan sudah begitu coreng-morengnya hingga pintu rumah itu
lebih banyak terkunci rapat karena takut didatangi penagih
utang. Kedua orang tua itu, kata anak bungsunya, "Sering pergi,
entah ke mana, berhari-hari baru pulang". Ternyata Santoso, 45,
yang gagal mendapatkan pekerjaan, sedang getol menawarkan kornea
matanya yang kiri. Dia pasang tarif: Rp 5 juta. "Saya ndak
setuju," kata istrinya, "tapi wong dia nekat menjual
pancainderanya ....."
Meski sudah dijajakannya ke mana-mana, kornea yang lazimnya
jadi bahan sumbangan itu sampai hari ini belum juga laku. Tapi
rupanya ada juga yang tersentuh dengan rencana Santoso
mengkormersialkan korneanya hingga memberi dia sumbangan Rp 115
ribu. "Mudah-mudahan ini bukan banyolan orang melarat untuk
menggedor rasa kasihan orang lain," komentar seorang yang
mendengar cerita itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini