BEBAGAI lelucon, hubungan celana dalam wanita dan bakso itu
terbilang kuno, memang. Namun masih sempat bikin repot polisi
dan tentara, setelah mengguncang nasib Hadi, 30 tahun - penjual
bakso di Taman Maerakaca, Purbalingga, Jawa Tengah.
Hadi bekas buruh kecil, setahun setelah menikah (1981), membuka
warung bakso di bawah pohon rindang di taman itu. Ia dibantu
tiga pelayan laki-laki. Sehari dari warung itu biasanya 12 kilo
bakso meluncur ke perut langganannya. Harganya Rp 150 semangkuk
dan ditaksir omsetnya sekitar Rp 50 ribu sehari. Singkatnya
laris.
Kesibukan itu berjalan mulus. Sampai Februari lalu, ada yang
melansir 'rahasia penglaris' Hadi yang dikatakan menggunakan
celana dalam wanita di dasar periuk baksonya. Karuan saja Hadi
bagai disambar geledek ketika seminggu kemudian mendengar isu
itu. "Saya jadi bingung," uJarnya. Tapi ia bertekad akan tetap
berjualan bakso. "Toh isu itu hilang juga nanti," tambahnya,
meski ia kecewa juga. Sebab kini baksonya merosot jadi 6 kilo
saja sehari.
Hadi terhibur juga ketika ada seorang anggota Kodim 0702
Purbalingga menjanjikan akan melacak siapa pengedar isu itu.
Juga Danres 911 Purbalingga, Letkol Pol. Suyoto Hendrosiswoyo,
tertarik. Menurut Suyoto, bakso Hadi laris, sebab tempatnya
memang strategis dan harganya pun ringan saja - karena itu
banyak yang iri.
Gara-gara celana dalam wanita, bakso Hadi diam-diam jadi kian
beken. Sampai ada langganannya yang sengaja minta: "Jajalinyong
pesen baksone sing jare nganggo katok kolor." Maksudnya, kasih
baksonya yang pakai celana dalam . . . Sayang belum diumumkan
hasil pelacakan terhadap pembuat isu itu.