Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta – Kepala Dinas Lingkungan Hidup Isnawa Adji menjelaskan DKI Jakarta tetap akan membutuhkan TPST Bantargebang meskipun unit pengolahan sampah atau Intermediate Treatment Facility (ITF) Sunter, Jakarta Utara selesai dibangun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“ITF Sunter diprediksi dapat mengelola 2.200 ton sampah per hari, Tapi saat ini saja DKI udah 7.000 ton lebih,” ujar Isnawa di Balai Kota, Jakarta Pusat, Senin, 22 Oktober 2018.
Isnawa mengatakan, ITF Sunter menghasilkan 10 persen residu dari sampah yang dikelola dan perlu dibuang ke Bantargebang. Jadi misalnya ITF Sunter mengolah 2.000 ton sampah, maka 200 ton residu yang harus dibuang ke TPST Bantargebang.
Terlebih, kata Isnawa, dua tahun ke depan kuantitas sampah Jakarta akan semakin meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang meningkat. Ia memprediksi jumlahnya bisa mencapai 8.500 atau 9.000 ton.
“Jadi ini hanya mengurangi peran Bantargebang,” kata dia.
Isnawa mengatakan saat ini analisis mengenai dampak lingungan (amdal) ITF Sunter sedang disiapkan. Rencananya pada Desember 2018, groundbreaking ITF Sunter akan dilaksanakan. Ia menjelaskan pembangunan ITF akan memakan waktu sekitar 18 – 24 bulan.
Saat sudah jadi nanti, Isnawa mengatakan ITF Sunter bisa mengelola 2.200 ton sampah dan menghasilkan listrik 35 megawatt.
“Dinas LH ada rapat pembahasan terus, pendampingan, terkait dengan kementerian terkait. Dan sepertinya kota-kota lain di luar Jakarta, bahasanya dalam tanda kutip, menunggu Jakarta (bangun ITF),” kata Isnawa.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta juga menginginkan ITF Sunter segera dibangun. Ia berharap dengan dibangunnya pengelolaan sampah mandiri itu, Jakarta tak perlu lagi terlalu tergantung dengan Bantargebang.