Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Puncak musim hujan di Jakarta diperkirakan terjadi pada Februari 2021 dengan kategori tinggi karena memiliki intensitas lebih dari 500 milimeter per hari.
Sistem drainase di Jakarta hanya mampu menampung air hujan 100-150 milimeter per hari.
Polisi menyelidiki dugaan sabotase di Rumah Pompa Dukuh Atas.
JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan hujan dengan intensitas tinggi akan mengguyur Ibu Kota hingga 10 hari mendatang. Sedangkan puncak musim hujan di Jakarta diperkirakan terjadi pada Februari mendatang dengan kategori tinggi karena memiliki intensitas lebih dari 500 milimeter per hari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Secara umum, sistem drainase di Jakarta hanya mampu menampung air hujan 100-150 milimeter per hari. Jika curah hujan melebihi angka itu, bisa dipastikan air akan meluap ke jalan dan permukiman. “Mitigasi banjir jika hujan melebihi daya tampung drainase sudah kami upayakan,” kata Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta, Juaini Yusuf, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu upaya tersebut adalah pembuatan sumur resapan. Juaini mengklaim setidaknya ada 5.000 ribu titik sumur resapan yang sudah siap. Selain itu, pemerintah sudah membangun kolam olakan yang memiliki daya tampung lebih besar dibanding sumur resapan. “Pengerukan waduk hingga kedalaman 4 meter juga sudah kami kerjakan melalui program Gerebek Lumpur,” katanya. “Itu bisa memaksimalkan resapan air."
Pemerintah pun menyiapkan 478 unit pompa stasioner di 178 lokasi untuk menyedot air. Belum lagi tambahan 19 pompa mobile dan 65 pompa apung yang dimiliki Dinas SDA. "Kondisi pompa kami cukup bagus dan siap digunakan ketika nanti terjadi hujan yang dibilang ekstrem," ujar Juaini. "Dengan berbagai upaya itu, kami menargetkan banjir bisa surut dalam waktu enam jam setelah hujan reda."
Rumah pompa di Kampung pulo, Jakarta Timur, 23 September 2020. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Untuk memastikan kesiapan Ibu Kota dalam penanganan banjir, Gubernur DKI Anies Baswedan pada Senin lalu mengunjungi sejumlah rumah pompa. Ia menginstruksikan kepada seluruh petugas di rumah pompa untuk bersiap menghadapi hujan ekstrem. "Kami ingin memastikan bahwa semua siap, alatnya siap. Jadi, ketika terjadi hujan, insya Allah, bisa terkendali airnya," katanya.
Saat berada di Rumah Pompa Dukuh Atas, Anies menanyakan tentang instalasi listrik di tempat itu yang sebelumnya dikabarkan rusak. Ia kemudian meminta Kepala Suku Dinas Bina Marga Jakarta Pusat, Rakim Sastranegara, untuk berkoordinasi dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) agar kerusakan tersebut bisa segera diperbaiki.
Kerusakan di Rumah Pompa Dukuh Atas diketahui terjadi pada 14 Januari lalu. Pompa tidak berfungsi akibat kabel listrik terputus. Karena diduga ada sabotase, petugas lantas melaporkan temuan itu ke polisi. “Kabel yang putus itu seperti ditarik secara paksa,” kata Kepala Seksi Jalan Jembatan dan Kelengkapan Jalan Dinas Bina Marga Jakarta Pusat, Yudha Catur Suharnanto. "Kami belum mengetahui tujuannya, mau mencuri kabel atau ada unsur lain."
Kepala Kepolisian Sektor Tanah Abang, Komisaris Singgih Hermawan, mengatakan telah memeriksa sejumlah saksi terkait dengan dugaan sabotase itu. Polisi juga sudah meminta keterangan dari PLN. "Kata PLN, enggak ada yang dicuri," kata Singgih. Tapi, untuk memastikan penyebab kabel yang putus itu, polisi perlu menyelidiki lebih mendalam.
Pemerintah Kota Jakarta Pusat berencana membuat posko bersama di rumah pompa Dukuh Atas untuk mengantisipasi agar kejadian serupa tidak terulang. Posko itu nanti dijaga secara bergiliran oleh petugas dari Suku Dinas Bina Marga Jakarta Pusat, Satpol PP, Kecamatan Tanah Abang, dan Kelurahan Karet Tengsin. "Menghindari potensi kerawanan," ujar pelaksana harian Wali Kota Jakarta Pusat, Irwandi.
Yudha menambahkan, Suku Dinas Bina Marga Jakarta Pusat juga berencana memindahkan instalasi kabel listrik agar mudah diawasi. "Selama ini kabel pengawat meteran listrik ada di luar dan kami putuskan untuk dipindah," katanya. "Kalau sudah di dalam area rumah pompa, bisa lebih terawasi karena tidak sembarang orang boleh masuk zona steril."
INGE KLARA | IMAM HAMDI | LANI DIANA | M. YUSUF MANURUNG
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo