Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Sarana dan prasarana di RPTRA banyak yang rusak.
Pemerintah tahun ini tidak mengalokasikan anggaran untuk pembenahan RPTRA.
Ruang publik sangat dibutuhkan oleh penduduk yang tinggal di kawasan permukiman padat.
JAKARTA – Sampah terserak hampir di setiap sudut Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Tanah Tinggi, Jakarta Pusat, kemarin. Dari dedaunan kering hingga kemasan bekas bungkus makanan dan minuman. Tanah lapang seukuran lapangan tenis di tempat itu pun terlihat tampak kusam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Puluhan anak yang bermain sepak bola tidak mempedulikan kondisi lingkungan yang kotor itu. Mereka sibuk berebut bola untuk dimasukkan ke gawang kecil yang ditempatkan di dua ujung lapangan. Tidak jarang kaki mereka menyapu sampah yang bertebaran di sana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di sudut lain, tiga ayunan terlihat lusuh. Dua di antaranya sudah tidak bisa digunakan lagi. Papan ayunan telah raib, hanya menyisakan tali yang menjuntai. "Sebelum masa pandemi, (ayunan) sudah rusak," kata Putra, bocah berusia 12 tahun yang tinggal di Rumah Susun Tanah Tinggi.
Eko, warga setempat, mengatakan kondisi RPTRA itu sudah beberapa kali dilaporkan ke kelurahan. Namun hingga saat ini belum ada perbaikan. "Tapi, untuk kebersihan, setiap hari ada petugas yang menyapu taman," kata pria berusia 35 tahun tersebut.
Kondisi serupa terlihat juga di RPTRA Amir Hamzah, Kelurahan Pegangsaan, Jakarta Pusat. Jalan setapak menuju tempat itu dipenuhi lubang. Dengan demikian, pengunjung yang tidak awas bisa tersandung dan jatuh.
Warga memanfaatkan RPTRA Cengkareng Utama untuk bermain, Jakarta, 30 Mei 2022. Tempo/Febri Angga Palguna
Alat olahraga dan permainan anak di taman tersebut masih dalam kondisi bagus. Hanya, bangunan permainan anak yang berbentuk kubah agak rusak. Beberapa besi yang dipakai untuk pijakan juga sudah patah. Begitu pula dengan jembatan gantung yang patah pada kaki-kakinya. Karena tak bisa dipakai, fasilitas permainan itu dibiarkan teronggok di pinggir taman, bersandar pada pohon.
Saat Tempo berkunjung, RPTRA Amir Hamzah sepi. Tak ada anak yang bermain di tempat itu. Hanya beberapa orang dewasa duduk-duduk di pinggir taman sembari menikmati jajanan.
RPTRA Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat, tak jauh berbeda. Hampir semua wahana permainan di sana telah berkarat. Ada beberapa yang tidak bisa digunakan lagi. Meski begitu, kondisi lapangan cukup terawat. Cat hijau, putih, dan merah masih tampak jelas serta bersih. "Lapangannya enak, sepi lagi. Kami sering bermain di sini," kata Rafi, bocah berusia 10 tahun, yang sedang beristirahat setelah bermain sepak bola bersama teman-temannya.
Rafi mengaku tinggal di Cikini Kramat, Pegangsaan. Ia dan teman-temannya datang ke sana hanya untuk bermain sepak bola. Jadi, mereka tidak mempedulikan sejumlah fasilitas permainan yang tidak terawat. "Yang penting lapangan bolanya masih bisa dipakai," kata dia.
Anak-anak bermain di RPTRA Serasi, Cengkareng Barat, Jakarta, 30 Mei 2022. Tempo/Febri Angga Palguna
Kepala Dinas Pemberdayaan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk DKI Jakarta, Tuty Kusumawati, mengatakan sudah mendapat laporan tentang berbagai fasilitas di RPTRA yang rusak. Namun pemerintah belum memiliki anggaran untuk membenahinya. "Sejak 2021 belum tersedia anggaran perbaikan,” katanya. “Selama ini anggaran diprioritaskan untuk penanganan Covid-19."
Menurut Tuty, perbaikan belum bisa dikerjakan tahun ini karena pemerintah mengalokasikan anggaran untuk 2023. Namun dia tidak menyebutkan berapa besar anggaran yang dialokasikan.
Pakar tata kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga, menyebutkan RPTRA sejatinya punya peran penting di Jakarta, khususnya di kawasan permukiman padat. Ruang publik ini bisa menjadi lokasi anak bermain hingga orang dewasa berinteraksi. “Di permukiman padat, penghuninya tak bebas bergerak,” kata dia. “RPTRA memiliki fungsi sosial sangat diperlukan."
Nirwono khawatir pemerintah Jakarta saat ini tak serius mengelola RPTRA. Sebab, RPTRA merupakan produk dari gubernur sebelumnya, Basuki Tjahaja Purnama. Adapun Gubernur Anies Baswedan memiliki program pertamanan dan ruang publik, yakni taman maju bersama. "Sekarang RPTRA tidak dilanjutkan, kemungkinan program taman maju bersama juga tidak dilanjutkan setelah era Anies," katanya.
Nirwono berharap sebaiknya pemerintah Jakarta lebih berfokus menambah porsi ruang terbuka hijau hingga 30 persen. Adapun saat ini angka ruang terbuka hijau di Ibu Kota hanya 9,98 persen. "Caranya, regenerasi sungai, kolong jalan layang. Revitalisasi situ, danau, embung, atau waduk. Lalu restorasi pesisir atau hutan mangrove," kata dia.
Selain itu, Pemerintah Provinsi DKI diharapkan bisa memanfaatkan 9,98 persen ruang terbuka hijau yang dimiliki saat ini. Misalnya, dengan memanfaatkan seluruh ruang terbuka hijau, termasuk RPTRA, sebagai daerah resapan air. Perlu juga untuk memperbanyak tanaman agar dapat mengatasi polusi udara.
INDRA WIJAYA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo