Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Lansia disarankan tinggal di senior living agar kebutuhan dasar terpenuhi.
Senior living harus memiliki klinik geriatri.
Lingkungan senior living harus aman dan bersih.
Senior living kini menjadi alternatif hunian selain panti jompo bagi orang lanjut usia. Dokter spesialis geriatri Nina Kemala Sari mengatakan orang lanjut usia yang sukarela tinggal di senior living merupakan keputusan yang bagus. “Karena lingkungan tersebut disiapkan untuk menjadi age friendly city and community,” kata Nina kepada Tempo, Sabtu, 13 Januari lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nina menjelaskan bahwa senior living diciptakan untuk memberikan kenyamanan dengan fasilitas kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan orang lansia. Pasalnya, Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan, dan Penunjang RSUP Persahabatan ini beberapa kali menemukan kasus orang lansia yang depresi dan kurang gizi bila ikut tinggal bersama anak serta cucunya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kondisi tersebut akhirnya membuat orang lansia mengalami infeksi, sakit berat, dan dirawat di rumah sakit berulang kali. Jadi dosen pendidik klinis di Program Studi Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini menyarankan orang lansia tinggal di senior living apabila kebutuhan dasarnya tidak terpenuhi di rumah atau keluarga.
Kebutuhan dasar itu, antara lain, mencakup dimensi fisik, mental, spiritual, sosial, finansial, dan aktualisasi diri. Pada dimensi spiritual, misalnya, banyak orang lansia yang tidak bisa mengikuti kegiatan keagamaan lantaran tempat tinggalnya jauh atau sang anak tak bisa mengantar. Dengan demikian, kebutuhan spiritual ini kurang terpenuhi.
Dokter spesialis geriatri, Nina Kemala Sari. Dok. Pribadi
Kemudian, pada dimensi sosial, Nina menuturkan, sama dengan anak muda, orang tua juga butuh interaksi sosial. Ia banyak menemukan orang lansia yang kesepian walau tinggal bersama anak dan cucu. Dengan demikian, penting bagi orang lansia memiliki teman bicara, curhat, beraktivitas, hingga bertukar pendapat. “Jangan hanya karena lansia, dia harus tinggal di rumah, enggak diajak ke mana-mana.”
Untuk perawatan bagi orang lansia yang tinggal di senior living, Nina mengatakan tentunya disesuaikan dengan kebutuhan serta pembiayaan. Namun ia menyarankan setidaknya ada sejumlah fasilitas penting yang disediakan senior living sebagai tempat tinggal jangka panjang.
Pertama, memiliki klinik geriatri atau terhubung dengan pusat kesehatan masyarakat terdekat. Bahkan lebih baik lagi apabila lingkungan senior living membuat kegiatan posyandu lansia sendiri. Jadi, selain ada pemeriksaan kesehatan, ada kegiatan-kegiatan pemberdayaan orang lansia.
Fasilitas berikutnya adalah gym khusus lansia agar kesehatan fisik warga senior terjaga. Nina juga menyarankan senior living memiliki minimarket atau pertokoan yang menjual kebutuhan sehari-hari orang lansia. Konsepnya, kata dia, bisa mencontoh wilayah Sugamo Jizo-dori di Jepang, yang sepanjang jalannya berisi pertokoan ramah bagi orang tua.
Warga lansia di sana bisa menemukan kebutuhannya, dari makanan, pakaian, hingga tempat ibadah. “Sehingga warga lansia bisa berkumpul di sana mencari kebutuhannya.”
Istimewanya lagi, kata Nina, sepanjang jalan di Kota Toshima itu tidak memiliki gap antara aspal dan pertokoan. Dengan demikian, kursi roda bisa langsung masuk. Apalagi kendaraan bermotor dilarang lewat. Penjaganya yang muda-muda juga bisa berkomunikasi dengan gerakan bibir yang jelas. Kemudian ada fasilitas perawatan resusitasi jantung yang disiapkan di tengah jalan manakala ada warga lansia yang pingsan.
Seorang caregiver berbincang dengan warga Rukun Senior Living di Sentul, Bogor, 10 Januari 2024. TEMPO/Bintari Rahmanita
Fasilitas lain yang perlu dimiliki senior living adalah kebutuhan aktualisasi diri. Misalnya kegiatan kerajinan tangan, berkebun, atau bertani agar orang lansia lebih produktif. Bisa juga dengan kegiatan memproduksi alat-alat tertentu semacam bengkel kerja agar orang lansia tetap aktif. Selanjutnya rumah ibadah yang mudah dijangkau dan tempat pengurusan fasilitas umum.
Tak kalah penting, Nina menyebutkan, lingkungan senior living perlu memiliki tempat respite care, semacam tempat penitipan orang lansia yang menderita demensia. Tujuannya agar keluarga atau caregiver yang selama ini merawat bisa istirahat sejenak selagi orang lansia dititipkan.
Selain dihuni warga senior, Nina mengatakan, di senior living sebaiknya ada taman kanak-kanak. Sebab, interaksi intergenerasi itu penting. Meski orang lansia membutuhkan teman seusia, mereka juga perlu berinteraksi dengan generasi muda, seperti anak-anak TK. “Bisa dengan dibikin program makan siang bersama,” katanya. Dengan kegiatan itu, orang lansia bisa menyalurkan kasih sayang kepada anak-anak. Pun sebaliknya, anak-anak TK bisa melihat hari tuanya akan seperti apa.
Nina juga berharap pengelola senior living bisa menyediakan lingkungan yang aman. Misalnya tidak rawan pencurian ataupun kejahatan. Lingkungan dan udara yang bersih juga menjadi syarat utama tempat tinggal warga senior. “Karena dengan daya tahan tubuh yang rendah, kalau tinggal di lingkungan dengan polusi tinggi, mereka mudah terinfeksi, jatuh, atau mengalami penyakit.”
Ketua Asosiasi Senior Living Indonesia Herman Kwik menambahkan, sama seperti usaha jasa lainnya, senior living harus memiliki fasilitas dan sarana fisik yang sesuai dengan kebutuhan warga senior, hunian, hingga ragam kegiatan. Selain itu, sumber daya manusia yang kompeten dalam melayani kebutuhan konsumen perlu diperhatikan. “Ini termasuk setiap aspeknya, dari penyediaan makanan, layanan kegiatan, layanan rawat, customer service, dan lainnya,” ujar Herman.
Standar senior living yang layak itu relatif. Namun, kata Herman, selama layanan dan fasilitasnya sesuai dengan kelas senior living tersebut, kelayakan bisa dicapai. Tapi, pada dasarnya, diperlukan sarana yang mendukung keamanan dan kenyamanan warga senior, serta mengakomodasi ragam kebutuhan dan kesukaan kegiatan warga agar dapat menikmati kesehariannya secara optimal.
FRISKI RIANA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo