Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Impian Imron akan game buatannya menembus konsol tertanam sejak awal membuat DreadOut pertama.
Pembeli terbanyak DreadOut yaitu pengguna di Cina, Amerika Serikat, dan Rusia.
DreadOut memiliki keunikan yang mencuri perhatian pemain game mancanegara.
Berita gembira muncul dari pengumuman singkat Digerati. Video game publisher di Austin, Texas, Amerika Serikat, itu menayangkan cuplikan game di akun YouTube pada 22 Juni 2022. Mereka mengabarkan akan merilis video game DreadOut 2 versi konsol.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Game horor Indonesia yang mendunia ini dikembangkan Digital Happiness, studio pengembang permainan di Bandung. Game ini bakal bisa dimainkan di Xbox One, Xbox Series X/S, PlayStation 4, dan PlayStation 5. Kabar baik lainnya diungkapkan pendiri Digital Happiness, Rachmad Imron, bahwa game DreadOut pertama juga akan ke konsol. Namun rencana itu dapat berdampak pada jadwal peluncuran DreadOut 2 versi konsol.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Sampai detik ini, saya cuma bisa bilang, bad news-nya ada kemungkinan game DreadOut 2 ke konsol mundur,” kata Imron, yang ditemui Tempo, Kamis, 28 Juni 2022. Alasannya disebut karena kebijakan bisnis dan dinamika publisher.
Sambil menunggu kejelasan rencana rilis dari publisher itu, Digital Happiness menyiapkan game DreadHaunt yang bisa dimainkan empat orang atau multiplayer. Game yang beberapa waktu lalu telah diuji coba perdana atau alpha itu selanjutnya akan diuji coba lagi pada para pemainnya sekitar Juli-Agustus 2022. Soal harga dan tanggal rilisnya, sejauh ini belum ditentukan. “Kalau harga, seharusnya lebih murah daripada game sebelumnya,” ujarnya.
Game DreadOut 2. digitalhappiness.net
Digital Happiness berharap game DreadOut 2 bisa meluncur secepatnya di platform konsol. Impian itu tertanam sejak awal membuat DreadOut pertama yang dirintis sejak 2012 atau satu dekade silam. Sampai saat ini, DreadOut dan beberapa judul lainnya baru bisa dimainkan terbatas sebagai game komputer.
Masalahnya, kata Imron, mereka selama ini tidak punya software development kit atau SDK. Perangkat lunak itu berfungsi agar produk game yang mereka buat bisa dialihkan atau porting ke beberapa platform permainan, seperti di komputer, konsol, atau mobile game.
Mereka pernah menjalin kerja sama dengan Microsoft untuk mendapatkan SDK itu pada 2016, tapi urung dikirim karena Digital Happiness berada di Indonesia. Selama bertahun-tahun mereka berupaya mendapatkan SDK itu. Imron pun bertanya ke berbagai pihak, termasuk ke pemerintah, soal masalah yang membuat SDK tidak bisa masuk ke Indonesia. “Ada regulasi yang membuat kami enggak bisa porting game secara mandiri.”
SDK itu penting diperoleh untuk alih teknologi, pengembangan game di Indonesia, dan bisa membuka lapangan pekerjaan baru, seperti porting developer. Imron cs menampik alternatif lain, yaitu harus membuat perusahaan di Singapura atau Hong Kong demi mendapatkan SDK.
Hambatan itu kemudian teratasi dengan cara menjalin kerja sama dengan game publisher luar negeri agar karyanya bisa dimainkan di konsol. “Pentingnya SDK itu supaya kita tidak tergantung dengan publisher luar untuk mem-publish game kita sendiri,” tutur Imron.
Namun, menurut Imron, tidak semua karya game memerlukan porting. Sejak awal perencanaan, pengembang telah menentukan produknya untuk meluncur sebagai mobile game, komputer, konsol, atau bisa untuk semua platform.
Dalam kasus game DreadOut 2 yang ingin beralih dari versi komputer ke konsol, pengembang porting memindahkan produk dari engine lama ke baru sesuai dengan platform yang diinginkan dan menyesuaikan perkembangan teknologi pendukungnya. “Salah satu tugas porting adalah mengoptimalkan produk video game di berbagai platform konsol yang ada.”
Game DreadOut 2. digitalhappiness.net
Game DreadOut 2 dirilis pada 21 Februari 2020 dengan platform komputer Microsoft Windows. Harga jual game itu US$ 19 atau sekitar Rp 108 ribu, yang kini sedang diskon 50 persen. Sebelumnya, Digital Happiness meluncurkan DreadOut pada 15 Mei 2014 dengan platform serupa yang dibanderol US$ 15 atau sekitar Rp 95 ribu, yang kini juga sedang dikorting sampai 75 persen.
Selain itu, ada judul lain, yaitu DreadOut: Keepers of the Dark, DreadEye yang berteknologi virtual reality, serta soundtrack. Semua produk itu mereka jual lewat situs layanan distribusi video game Steam. “Dari semua judul game DreadOut yang dibuat, pembelinya sekitar 600 ribu orang,” ujar Imron. Pembeli terbanyak DreadOut yaitu pengguna di Cina, Amerika Serikat, dan Rusia. Sedangkan pembeli game DreadOut 2 yang tertinggi dari Cina, Amerika Serikat, kemudian Indonesia.
Menurut Imron, mereka merancang game DreadOut secara universal agar bisa diterima secara global. Dengan karakter sosok hantu dan suasana lokal yang kental pada ceritanya, DreadOut memiliki keunikan yang mencuri perhatian pemain game mancanegara. “Konsep game DreadOut itu umum. Kami menjual rasa takut,” kata Imron. Mereka sengaja tidak bermain di platform mobile game karena pembuatnya sudah sangat banyak.
DreadOut dirancang sebagai game yang memiliki sensasi horor tinggi dengan cerita linier. Sedangkan pada DreadOut 2, Digital Happiness mengembangkan teknologi yang dikuasai dengan membuat kebaruan pada cerita non-linier. “Kami mengeksplorasi game ke action horror,” kata Imron. Adapun pada versi konsol, mereka menawarkan pengalaman berbeda dan beberapa penyesuaian pada game play bagi para pemain dan penggemarnya.
ANWAR SISWADI (BANDUNG)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo