Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Orang tua harus memastikan ruang tidur yang aman untuk bayi setelah menghadapi gempa dan untuk mengantisipasi terjadinya gempa susulan. Gempa bumi berkekuatan 7,0 Skala Richter di Lombok Utara dan sekitarnya pada Minggu, 5 Agustus 2018, meningkatkan kewaspadaan penduduk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pelayanan Kesehatan Masyarakat Penasihat Tidur Aman asal Selandia Baru, Felicity Spencer, mengingatkan orang tua untuk berhati-hati dan menghindari tidur bersama bayi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Artikel lain:
Kiat Melindungi Anak Saat Gempa Bumi
Chrissy Teigen Bawa Anak saat Gempa di Bali, Ini Cara yang Aman
Gempa Lombok, Singapura Terbitkan Travel Advice
Mendagri Singapura Selamat dari Gempa Lombok, Terjebak di Bandara
"Wajar jika Anda ingin menjaga anak-anak agar dekat, terutama pada saat-saat yang tidak nyaman seperti ini. Menggunakan pepi-pod atau wahakura (keranjang bambu), berarti orang tua dapat menjaga ruang tidur yang aman untuk bayi,” tutur Spencer, dikutip dari Stuff New Zealand.
Setiap tahun, hingga 60 keluarga kehilangan bayi karena kematian mendadak yang tidak terduga pada bayi (SUDI), di mana orang tua tidur bersama bayi menjadi penyebab paling umum kematian pada bayi di bawah 12 bulan. Gangguan kondisi hidup dan tidur pascagempa untuk keluarga berarti banyak yang mencoba pengaturan tidur sementara dan harus tidur bersama. Karena itu, harus dipastikan kalau bayi memiliki keranjang dan tidak tidur langsung di tempat tidur yang sama dengan orang tua.
Tidak hanya itu, dikutip dari My Ece, ruang tidur bayi seharusnya tidak memiliki jendela kaca atau benda-benda lain di atas kepala yang bisa jatuh dekat tempat tidur. Pastikan bayi dikelilingi benda-benda yang halus dan ringan untuk menghindari kejatuhan benda-benda tajam, berat, dan berbahaya saat terjadi bencana seperti gempa Lombok.