Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA — Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Rasyid Baswedan masih menjadi tiga sosok favorit sebagai bakal calon presiden dalam pemilihan presiden 2024. Nama ketiganya masih mendominasi dalam survei elektabilitas yang digelar sejumlah lembaga riset dan konsultan politik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kemarin, lembaga survei Charta Politika Indonesia merilis hasil sigi terbarunya. Digelar pada 6-13 September 2022, survei yang melibatkan 1.220 responden di 34 provinsi itu menempatkan Ganjar Pranowo di posisi teratas. Gubernur Jawa Tengah yang juga politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tersebut memperoleh 37,5 persen suara responden seandainya pemilihan digelar pada masa survei. Prabowo Subianto dan Anies Baswedan menyusul di urutan berikutnya, masing-masing 30,5 persen dan 25,2 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejak Desember 2021, elektabilitas ketiga tokoh tersebut tak banyak berubah. Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya, mengatakan ketiga nama tersebut sudah terlalu mengakar kuat pada pemilih Indonesia. "Tiga besar ini memang jauh sekali. Ada papan atas dari calon presiden yang selalu disebutkan dalam setahun terakhir, yang langsung kemudian jaraknya sangat besar dengan peringkat ke-4 dan ke-5," kata Yunarto, dalam pemaparannya, kemarin.
Survei Charta Politika itu dilakukan melalui wawancara tatap muka secara langsung dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Metodologinya adalah acak bertingkat (multistage random sampling), dengan margin of error kurang-lebih 2,82 persen, pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri depan) dan Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani (kanan depan) bertemu di Padepokan Garuda Yaksa, Hambalang, Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, 4 September 2022. TEMPO/M. Taufan Rengganis
Yunarto mengatakan pertarungan pada 2024 merupakan residu dari pertarungan pada 2014 dan 2019. Sosok yang bisa mendapat hati di masyarakat, kata dia, adalah sosok yang dianggap penerus Presiden Joko Widodo atau antitesis Jokowi. Ganjar banyak dianggap sebagai penerus Jokowi. Selain memiliki latar belakang kesukuan yang sama, keduanya pun kader PDI Perjuangan. Sebaliknya, Anies kerap digambarkan sebagai sosok antitesis dari Jokowi.
Adapun Prabowo, yang menjadi lawan Jokowi dalam dua kali pemilihan presiden, berada di antara posisi Ganjar dan Anies. Pasalnya, pada pemerintahan kali ini, Prabowo memutuskan menjadi bagian dari kabinet Jokowi, sebagai Menteri Pertahanan. Posisi yang tak menentu ini membuat elektabilitas Prabowo cenderung stagnan di beberapa survei terakhir. "Walau tingkat pengenalannya sudah tinggi dan memiliki basis massa, kecenderungan elektabilitasnya (Prabowo) stagnan. Bahkan terus termakan oleh Anies," kata Yunarto. "Artinya, di satu sisi, dia tidak mendapat pemilih Jokowi. Di sisi lain, banyak pemilih Prabowo yang kemudian memilih Anies."
Basis Massa Para Calon Presiden
Survei Charta Politika juga menemukan fenomena bahwa pemilih Ganjar kebanyakan berasal dari daerah-daerah yang dalam pemilihan presiden terdahulu mendukung kemenangan Joko Widodo, seperti Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua. Sedangkan Anies unggul di DKI Jakarta, tempat ia menjabat gubernur. Massa pendukung Anies juga banyak dari wilayah Kalimantan dan Sumatera.
"Di Sumatera, kecenderungannya, dari dua kali pemilu, Pak Jokowi rendah di sana. Secara branding, posisi Pak Anies ini dianggap berseberangan dengan simbol penerus Jokowi," kata Yunarto.
Basis suara Anies ini menggerus pemilih yang pada 2014 dan 2019 memilih Prabowo. Sigi Charta Politika menunjukkan basis suara Prabowo saat ini hanya tersisa di Jawa Barat dan sebagian provinsi di Sulawesi. Meski begitu, Jawa Barat merupakan daerah dengan jumlah pemilih terbanyak kedua di Indonesia.
Posisi tiga teratas elektabilitas kandidat calon presiden 2024 tetap ditempati Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Stagnasi elektabilitas ini tak hanya terjadi pada tiga besar bakal calon presiden. Nama-nama lain, seperti Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, Puan Maharani, hingga Agus Harimurti Yudhoyono, juga tak banyak mengalami peningkatan elektabilitas.
Elektabilitas Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memang meningkat cukup drastis dari 4,6 persen dalam survei pada Juni lalu, menjadi 7,2 persen pada September. Ia menggeser Sandiaga Uno ke posisi kelima. Elektabilitas Sandiaga terus turun sejak ditunjuk Jokowi menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada Desember 2021.
Elektabilitas Puan Maharani pun terhitung meningkat tipis dari 1,1 persen menjadi 2,4 persen dalam waktu sembilan bulan. Ia menggeser Agus Harimurti Yudhoyono di posisi keenam. Meski begitu, Yunarto mengatakan perubahan ini tidak signifikan dan besaran elektabilitas mereka masih satu digit saja. "Jadi, kalau kita lihat di sini, memang ada kenaikan 1,5 persen, masih dalam selisih margin of error. Jadi, saya harus menyatakan pertama ini tidak bisa dikatakan sebagai kenaikan secara absolut," kata Yunarto.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu Dewan Pimpinan Pusat PDI Perjuangan, Bambang Wuryanto, tak menanggapi saat dimintai komentar mengenai masih kecilnya elektabilitas Puan. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pun tak menanggapi hasil survei ini saat dimintai konfirmasi. Juru bicara Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak, setali tiga uang.
Adapun Ganjar Pranowo menanggapi singkat soal elektabilitasnya yang masih tertinggi di antara tokoh lain. "Saya lagi berkonsentrasi urus inflasi stok kebutuhan pangan, distribusi BLT dan ketersediaan BBM untuk petani atau nelayan, serta pendataan honorer," kata dia. "Soal survei biar untuk konsumsi publik saja."
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno di kantornya, Jakarta, 6 September 2022. TEMPO/Tony Hartawan
Sandiaga dan Ridwan Kamil Dinilai Favorit Jadi Cawapres
Tingginya suara ketiga calon presiden dinilai tak terlepas dari sudah cukup yakinnya publik dengan ketiga nama itu. Selain itu, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, mengatakan saat ini tak ada manuver atau momen politik besar yang bisa mengubah elektabilitas tersebut.
Adi menilai, di luar tiga tokoh dengan elektabilitas tertinggi, nama-nama lain belum memiliki market dan magnet politik yang besar. Bahkan mereka cenderung dianggap sosok-sosok yang lebih cocok menjadi calon wakil presiden. "Di luar tiga nama itu, style dan fashion-nya itu sebagai cawapres," kata Adi, kemarin.
Dalam survei Charta Politika, kemarin, elektabilitas di bursa calon wakil presiden memang dikuasai oleh Sandiaga Uno dengan 22,3 persen dan Ridwan Kamil 20,8 persen. Di bawahnya masih terpantau jauh, yakni Agus Harimurti Yudhoyono 7,2 persen, Erick Thohir 6,1 persen, hingga Basuki Tjahaja Purnama dengan 4,3 persen. Nama Puan Maharani juga muncul dengan elektabilitas 3,2 persen.
EGI ADYATAMA | ADYA NUR (MAGANG) | HELMALIA PUTRI (MAGANG)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo