Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penyelenggaraan Formula E Jakarta boleh tidak memberi untung bagi PT Jakarta Propertindo (Jakpro) yang berstatus sebagai BUMD DKI. Hal ini diungkapkan oleh peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Ahmad Heri Firdaus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ahmad mengutarakan BUMD atau BUMN boleh tak meraup untung dari terselenggaranya suatu program asal ekonomi bergerak. Sebab, BUMD atau BUMN berperan sebagai agen pembangunan yang bertugas menggerakkan ekonomi rakyat.
"Jadi ada penugasan untuk menyelenggarakan program yang bertujuan untuk menggerakkan ekonomi masyarakat, sehingga dalam beberapa hal boleh tidak untung," kata dia usai diskusi publik tentang dampak ekonomi Formula E Jakarta di GoWork Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis, 23 Juni 2022.
Ahmad mencontohkan pembangunan jembatan jalan tol oleh BUMN. Dia mempertanyakan apakah pembangunan tersebut menggerakkan perekonomian, sehingga fungsi perusahaan sebagai agen pembangunan terwujud.
Sementara itu, soal Formula E Jakarta, menurut Ahmad, Jakpro tidak perlu mengembalikan biaya komitmen atau commitment fee penyelenggaraan tahun ini senilai 12 juta pound sterling atau sekitar Rp216 miliar.
Alasannya, APBD bukan laporan laba pada perusahaan pelat merah. Hal ini berbeda dengan perusahaan swasta yang perlu melaporkan laba. "APBD itu, kan, anggaran yang berfungsi untuk menstimulus ekonomi masyarakat," ujar dia.
Dampak Ekonomi dari Formula E
Indef telah melakukan kajian tentang dampak ekonomi penyelenggaraan Jakarta E-Prix 2022. Analisis riset makro dilakukan sepanjang Maret-Mei 2022 dengan mengacu pada studi kelayakan atau feasibility study (FS) dan data terkait lainnya yang diberikan PT Jakpro.
Hasil kajian tersebut adalah penyelenggaraan Formula E berpotensi menyumbang 0,08 persen terhadap pertumbuhan ekonomi Ibu Kota. Nilainya diperkirakan mencapai Rp 2,638 triliun.
Kepala Pusat Makro dan Keuangan Indef, M. Rizal Taufikurahman, menerangkan angka Rp 2,638 triliun merupakan dampak ekonomi total penyelenggaraan Formula E mulai dari persiapan hingga penyelenggaraan balapan. Angka ini terdiri dari dampak ekonomi langsung dan pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jakarta atas terselenggaranya Jakarta E-Prix 2022.
Rizal menyampaikan potensi pertumbuhan PDRB Jakarta sebesar 0,105 persen atau Rp 2,041 triliun. Pertumbuhan ini terbentuk dari sejumlah indikator, yakni konsumsi rumah tangga naik 0,485 persen; investasi naik 0,32 persen; inflasi meningkat 0,034 persen; penyerapan tenaga kerja naik 0,091 persen; dan upah riil meningkat 0,121 persen.
Sementara dampak ekonomi langsung Formula E diproyeksikan mencapai Rp 597 miliar. Komponen dampak ekonomi langsung terdiri dari nilai belanja modal atau capex (Rp 213 miliar), belanja operasional atau opex (Rp 112 miliar), biaya komitmen Formula E (12 juta pound sterling atau Rp 216 miliar), dan transaksi pengunjung UMKM (Rp 4,54 miliar).
Ada juga komponen pengeluaran pengunjung dan pembelian tiket Formula E yang totalnya Rp 52,4 miliar. Menurut Rizal, pengeluaran pengunjung yang menonton balap mobil listrik internasional itu menyentuh Rp 30,2 miliar.
Dia menuturkan perhelatan Formula E menggerakkan ekonomi daerah pada pelbagai sektor, seperti rekreasi dan jasa lainnya, komunikasi, jasa bisnis, transportasi, akomodasi dan restoran, serta lainnya. "Jadi total ekonominya yang diperoleh dari kegiatan itu bukan ke perusahaan, tapi justru ke perekonomian Jakarta," jelas dia.
Tak cuma mengkaji dampak ekonomi langsung, Indef juga menganalisis kepuasan pengunjung terhadap gelaran Formula E. Indef menghimpun data-data dari 1.555 responden untuk pendekatan kuantitatif dan 71 responden untuk pendekatan kualitatif.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.