Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Haji Isam menggeluti bisnis tambang batu bara, perkebunan, hingga penyewaan jet pribadi.
Haji Isam beberapa kali disebut dalam berbagai perkara hukum.
Haji Isam menjadi anggota tim pemenangan Jokowi-Ma'ruf dalam pemilihan presiden 2019.
Andi Syamsuddin Arsyad atau lebih dikenal sebagai Haji Isam kembali menjadi sorotan ketika perusahaan miliknya, PT Jhonlin Baratama, terseret kasus suap Angin Prayitno Aji, Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian Direktorat Jenderal Pajak. Konsultan pajak perusahaan batu bara itu diduga menyuap Angin Rp 30 miliar untuk merekayasa pajak tahun 2016 dan 2017.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Isam dikenal sebagai saudagar yang menggeluti berbagai bisnis, dari tambang batu bara, perkebunan sawit, perkebunan tebu, hingga penyewaan jet pribadi. Ia lahir di Batulicin, Kotabaru, Kalimantan Selatan, pada 1 Januari 1977, putra dari pasangan Andi Arsyad dan Wardatul Wardiyah. Andi Arsyad merupakan pedagang tembakau asal Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Ia merantau ke Kalimantan, lalu menikah dengan Wardatul pada 1975.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kiprah bisnis Haji Isam merangkak dari bawah. Setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas I Batulicin, Kotabaru, Kalimantan Selatan, pada 1996, Isam mencari nafkah dengan menjadi sopir truk pengangkut kayu. Tiga tahun bekerja di atas truk, Isam banting setir menjadi penambang batu bara lokal dan mendirikan PT Jhonlin Baratama.
Awalnya, Jhonlin hanya menambang 5.000 ton batu bara per bulan. Lalu meningkat 10 ribu ton per bulan hingga bisa membeli alat berat. Kini, Isam dikenal sebagai pengusaha yang sukses di Pulau Borneo. Jhonlin Baratama memulai bisnis dari jasa kontraktor pertambangan batu bara. Perlahan, perusahaan itu naik kelas menjadi pemegang izin penambangan dan melebarkan sayapnya ke sektor pengangkutan.
Di bidang transportasi laut, Isam memiliki belasan armada tongkang melalui PT Jhonlin Marine and Shipping. Bisnisnya turut menjangkau transportasi udara dengan bendera PT Jhonlin Air Transport. Taipan ini juga menguasai pertambangan nikel serta perkebunan sawit dan tebu di sejumlah provinsi.
Bisnis Isam yang menggurita kerap disebut-sebut sebagai hasil kedekatannya dengan banyak pejabat. Pada 2011, Jhonlin disebut-sebut memberikan gratifikasi kepada Bupati Lampung Selatan Zainudin Hasan. Pemberian itu diduga sebagai balas budi terkait dengan pemberian izin pinjam-pakai kawasan hutan seluas 490 hektare di Kalimantan Selatan oleh Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan.
Isam juga terhubung dengan mantan Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, ketika mengembangkan perkebunan tebu dan pabrik gula di Bombana, Sulawesi Tenggara. Investigasi majalah Tempo mencatat Amran bersama Isam pernah menumpang helikopter pribadi saat berkunjung ke Pulau Aru, Maluku, untuk membuka peternakan sapi pada 2017.
Di Kalimantan Selatan, Gubernur Sahbirin Noor merupakan paman Isam, sekaligus bekas direktur utama anak usaha Jhonlin Group.
Selain sebagai pengusaha, Isam merambah dunia politik ketika menjadi anggota tim pemenangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla dalam pemilihan presiden 2014 serta Jokowi dan Ma’ruf Amin dalam pemilihan presiden 2019. Isam menjadi wakil bendahara umum dalam tim kampanye nasional Jokowi-Ma'ruf Amin dalam pemilihan presiden itu.
Di luar urusan bisnis dan politik, nama Isam juga sempat dikaitkan dengan sejumlah kontroversi dalam berbagai perkara hukum. Pada 2004, seorang guru tewas diduga karena memprotes ulah penambang yang ingkar janji untuk menyiram jalan yang berdebu ketika truk melintas. Salah satu perusahaan penambang yang diprotes adalah milik Isam.
Jurnalis yang juga Pemimpin Redaksi Banjarhits.com, Diananta P. Sumedi, juga sempat dipenjara karena memuat berita yang berjudul "Tanah Dirampas Jhonlin, Dayak Mengadu ke Polda Kalsel".
Amran Sulaiman (kiri) yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pertanian, Andi Syamsuddin Arsyad, dan Bupati Kepulauan Aru, Johan Gonga, di Aru, Oktober 2017. Istimewa
Deretan kontroversi Isam bertambah panjang saat nama Jhonlin Group terseret dalam skandal keuangan global #FinCenFiles, tahun lalu. Data Financial Crimes Enforcement Network (FinCEN)—lembaga Kementerian Keuangan Amerika Serikat yang bocor ke publik—mencatat pengiriman uang yang mencurigakan senilai US$ 47,9 juta atau sekitar Rp 710 miliar ke rekening Jhonlin Group di Bank Mandiri.
Isam kembali menuai kontroversi saat perusahaannya terseret kasus suap Angin Prayitno Aji. KPK menetapkan Angin Prayitno Aji dan Dadan Ramdani, Kepala Subdirektorat Kerja Sama dan Dukungan Pemeriksaan Direktorat Jenderal Pajak, sebagai tersangka. Keduanya diduga menerima suap dan gratifikasi mencapai Rp 50 miliar dari tiga perusahaan, salah satunya Jhonlin Baratama.
Isam tidak menjawab sejumlah pertanyaan yang dilayangkan Tempo. Ia juga tidak menjawab permintaan konfirmasi seputar transaksi mencurigakan yang melibatkan perusahaannya. Tapi ia pernah membantah bahwa bisnis perkebunan tebu dan pabrik gulanya di Bombana, Sulawesi Tenggara, itu terjalin karena hubungan dekatnya dengan mantan Menteri Pertanian, Amran Sulaiman. "Kalau sudah tidak mampu lagi, ya, ditutup saja," kata Isam.
Dalam wawancaranya dengan majalah Tempo, Haji Isam mengatakan publik hanya mengetahui informasi jumlah aset ataupun konglomerasinya di berbagai sektor. Namun, "Mereka tidak tahu berapa pinjaman saya di bank," tutur dia.
ROBBY IRFANY | MAJALAH TEMPO
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo