Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Sejumlah titik rawan menjadi ancaman bagi pemudik yang menyusuri jalan arteri atau jalur non-tol di Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur. Berdasarkan pengamatan Tempo saat menyusuri jalur mudik non-tol lintas selatan Jawa Barat hingga Jawa Tengah pada 22-24 Mei lalu, banyak jalan arteri yang sempit serta sarat tikungan dan tanjakan yang rawan kecelakaan, terutama bagi pengendara sepeda motor.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satunya jalan nasional penghubung sejumlah kabupaten dan kecamatan di Jawa Barat. Kendaraan roda empat dan sepeda motor kerap menemui tanjakan menukik dua arah dengan lebar jalan tak lebih dari 10 meter. Seperti pada jalur Lingkar Gentong di Kabupaten Tasikmalaya dan Lingkar Al Yamin di Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung. Jalur tersebut juga dilalui bus antarkota antarprovinsi (AKAP) yang melaju dengan kecepatan tinggi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Angkutan Jalan dan Multimoda Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Ahmad Yani, mengatakan sudah menyiapkan berbagai antisipasi untuk memperlancar arus mudik di jalur non-tol. Strateginya antara lain menertibkan pasar tumpah dan tempat parkir kendaraan di lokasi wisata yang bisa mengusik arus mudik hingga memasang pengaman, seperti rambu dan markah jalan di titik rawan celaka. "Di jalur seperti itu, orang lalu-lalang menyeberang jalan saja bisa membuat kemacetan panjang," kata dia kepada Tempo, kemarin.
Bersama Korps Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia, Yani mengandalkan strategi pagar betis untuk mengoptimalkan ruang jalan arteri. Langkah itu diperkuat dengan skema lawan arus atau contra flow bila sudah mendesak. "Salah satu yang kami perhatikan adalah Pasar Limbangan di Garut, yang rawan macet," ucapnya.
Tempo sempat melalui jalur yang disebutkan Yani, Jumat pekan lalu. Jalan arteri yang melintasi pasar tradisional tersebut memang padat, bahkan pada hari biasa. Truk dan bus harus antre untuk melewati jalur dua arah selebar sekitar 8 meter itu. Hal yang sama terjadi di depan Pasar Malangbong, Garut. Keduanya merupakan jalan alternatif lintas selatan menuju Jawa Tengah.
Di Jawa Tengah, dokumen Rencana Operasi Kementerian Perhubungan mencatat sejumlah titik arteri rawan macet sejak mudik Idul Fitri 2018. Contohnya adalah Simpang Maya, Tegal, yang menghubungkan jalur Pantai Utara dan Purwokerto. Kecamatan Ambarawa di Jawa Tengah pun menjadi salah satu titik rawan macet karena terdapat banyak lokasi wisata.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meminta pemudik memakai angkutan umum ketimbang sepeda motor. Apalagi, kata dia, pemerintah sudah menambah kuota angkutan mudik gratis di berbagai moda. "Motor seyogianya tidak dipakai untuk mudik karena membahayakan," tuturnya.
Dari 14,9 juta pemudik yang diperkirakan berangkat dari Jakarta dan sekitarnya, terdapat 942 ribu pengguna sepeda motor. Merujuk pada hasil survei Kementerian Perhubungan, mayoritas pemudik bersepeda motor lebih memilih jalan nasional Pantai Utara Jawa ketimbang jalur selatan.
Ketua Pengurus Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Tulus Abadi, meminta pemudik memastikan kesiapan kondisi kendaraan dan tak mengangkut beban melebihi kapasitas.
Adapun Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia, Sony Susmana, mengatakan mudik dengan sepeda motor sama bahayanya, baik dalam perjalanan siang maupun malam hari. "Malam mengantuk, sementara siang bisa kena gangguan kondisi udara, terik, juga dehidrasi," katanya. FRANCISCA CHRISTY ROSANA | KHAIRUL IMAM | YOHANES PASKALIS PAE DALE
Rute Alternatif di Luar Tol
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo