Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Jam bilyar

Jam kerja rumah bilyar di surabaya yang menjamur dikurangi. selain karena banyak langganan yang pelajar dan mahasiswa, tempat permainan itu buat taruhan. banyak karyawan menganggur kembali. (kt)

24 Januari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WABAH bilyar cepat menular ke Surabaya. Mulai bulan Desember 1974, mencapai puncaknya bulan Agustus 1975. Semua berjumlah 41 tempat dengan 348 meja. "Itupun akan bertambah terus bila tak dibatasi oleh Pemda KMS" tukas seorang pejabat Kota Madya Surabaya (KMS) kepada TEMPO. Tiba-tiba, bagai geledek menyambar, tak diduga meluncur dari tangan Gubernur Noer SK. nomor 340/1975 tanggal 20 September 1975. SK tersebut berisi pengaturan jam kerja bagi rumah bilyar. Yakni: dari jam 15.00 sd 23.00. Khusus untuk pelajar dan mahasiswa antara jam 15.00 sampai jam 19.00. Mengapa gubernur turut campur? Sebab, nyatanya soal rumah bola ini jauh dari sekedar untuk rekreasi dan olah-raga. Tak sedikit yang menggunakannya untuk taruhan, ini bukan rahasia lagi. "Orang tua pada mengeluh, karena anak-anaknya seharian di situ", tutur drs. Alie Prayitno, jurubicara Balaikota. Padahal, dihitung-hitung tak kurang dar 50% pengunjung rumah bilyar itu yang pelajar dan mahasiswa. Tapi, tak kurang dari kepala-kepala kantor pula yang merajuk. Ternyata, banyak pegawainya yang bolos pada jam kerja untuk menyodok pula. Jadinya merepotkan. Itu masih ditambah lagi dengan kesukaan pengusaha-pengusaha yang suka melanggar jam kerja. Menurut SK walikotamadya Soeparno ketika memberi izin rumah bola itu, mereka hanya boleh beroperasi antara jam 10.00 -- 02.00. Nyatanya, hampir semua telah menerima tamu jam 09.00 dan baru tutup pintu menjelang fajar. Surat Pembaca Surat pembaca tak kurang ramai pula di koran-koran Surabaya soal rumah bilyar ini. Tentu saja isinya: keluhan orang tua sebab anaknya jarang pulang atau pegawai yang bolos pada jam kerja. Maka, bertolak dari SK atasannya Soeparno, segera memproklamirkan SK baru, yang sekaligus menghapus SK-nya yang lama. Tapi, sebetulnya bukan itu saja yang mendorong Pemda KMS untuk berbuat. Jauh-jauh sebelumnya, seluruh pengusaha rumah bilyar berkumpul bersama Muspida. Di sini para pengusaha diminta menandatangani pernyataan: tunduk pada jam kerja plus larangan judi. Nampaknya pengusaha tak ambil repot soal yang ini. Tapi, ketika turun SK Walikotamadya yang menyempitkan jam operasi, mereka mengeluh sesak nafas. Alasannya "banyak karyawan yang terpaksa menganggur kembali", ajuk seorang pengusaha rumah bilyar. Sebab, dengan jam kerja yang dilakukannya dulu setidak-tidaknya mereka bisa mempekerjakan 4 orang per meja, terbagi 2 pluh. Hingga, tak kurang dari 1200 karyawan yang bisa ditampung oleh 41 rumah bilyar itu. Namun, dengan turunnya dekrit Pemda KMS setidak-tidaknya separuh dari jumlah itu bakal menganggur. Itulah yang menyebabkan beberapa pengusaha atas nama seluruh karyawan menyampaikan petisi "minta hidup" pada Soeparno. Tak ayal, belum puas bertemu dengan Walikotamadya, pengusaha-pengusaha itu menyebar pula petisi itu ke surat-kabar Surabaya. Tapi, Pemda KMS tetap berpijak pada keputusannya. Malahan, beberapa saat kemudian persisnya pertengahan Desember 1975, Walikotamadya Soeparno segera membentuk Team Penertib, Pengawas, dan Penilai Rumah Bilyar dan Pinball.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus