Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KABIN pengangkut penumpang bergerak naik melintasi setiap tingkat bangunan patung Garuda Wisnu Kencana. Beberapa saat berselang, mesin yang menggerakkan kabin itu berhenti. Pintu kabin terbuka. Saat Tempo keluar dari kabin, tampak rangkaian struktur baja yang menjadi kerangka patung raksasa tersebut. "Ini lantai 20 yang berada di bawah pundak patung Dewa Wisnu," kata Djuki Ridwan, manajer proyek patung Garuda Wisnu Kencana, 28 Juli lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di dalam ruangan lantai 20 itu terdapat sepuluh lubang berbentuk lonjong yang nantinya akan dilapisi kaca untuk melihat pemandangan Bali. Ada empat lubang di bagian depan patung. Sedangkan di bagian belakang terdapat enam lubang. Para pekerja terlihat sedang menyelesaikan beberapa sudut ruangan. "Tahap selanjutnya menyelesaikan tatanan interior," ujar Djuki.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bangunan yang menyatu dengan patung Garuda Wisnu Kencana itu total terdiri atas 30 tingkat. Menurut Djuki, pengunjung nantinya diperbolehkan naik hanya sampai ke tingkat 20 atau sebatas bagian dada patung Dewa Wisnu. Pengunjung tak bisa mencapai bagian kepala karena ikon patung itu adalah Dewa Wisnu, simbol ketuhanan umat Hindu dalam Trimurti. Djuki menambahkan, bangunan lantai 21 hingga 30 akan menjadi ruang pemeliharaan struktur patung. "Tingkat paling atas adalah bagian ekor burung garuda," ucapnya.
Kunjungan Tempo pada akhir Juli lalu itu merupakan yang kedua selama masa pembangunan Garuda Wisnu Kencana. Dalam kunjungan pertama pada pengujung Oktober 2017, proses pembangunan patung tersebut baru mencapai 85 persen. Saat itu, setiap tingkat bangunan masih terbuka, belum ada dinding yang menampilkan bentuk ruangan. Kolom tiang besi juga masih tampak tersusun di beberapa lantai bangunan. "Sekarang sudah lebih dari 90 persen, sedang dalam penyelesaian," kata Djuki.
Garuda Wisnu Kencana adalah patung raksasa setinggi 121 meter dengan lebar 64 meter rancangan perupa I Nyoman Nuarta. Patung itu menjulang di area Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana di Desa Ungasan, Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali, yang luasnya 60 hektare. Adapun area lahan pijakan patung seluas 1 hektare. Patung raksasa ini merupakan bangunan baru yang letaknya terpisah dari patung torso Dewa Wisnu setinggi 22 meter dan kepala garuda setinggi 18 meter yang dibuat pada 1997. "Kami memang membuat patung baru, letaknya sekitar 300 meter dari patung lama," kata Nuarta.
Menurut Nuarta, patung torso Dewa Wisnu dan kepala garuda kadung identik sebagai daya tarik yang ditawarkan biro perjalanan wisata sehingga tidak bisa dipindahkan. Patung lama itu juga tidak dipasang di bangunan yang baru untuk dilengkapi bentuknya. "Maka, untuk proses lanjutan, saya mesti membuat lagi patung baru," ujarnya.
Garuda Wisnu Kencana, yang pembangunannya digagas Nuarta 28 tahun lalu, menghadapi sejumlah kendala sebelum mewujud sebagai patung raksasa. Salah satunya krisis moneter yang membuat pengerjaan patung itu terhenti belasan tahun. Pada 2013, pembangunan patung dimulai dari awal. Bentuk patung Garuda Wisnu Kencana yang baru itu tak berbeda dengan rancangan lama yang dibuat pada 1997. Hanya, ukuran patung yang baru direncanakan jauh lebih besar.
Nuarta membentuk tubuh Garuda Wisnu Kencana dengan struktur baja pada bagian tengahnya. Sedangkan untuk material modul atau keping sebagai komponen kulit patung, Nuarta menggunakan tembaga karena mudah dibentuk sesuai dengan kontur patung. Hanya, bentuk tembaga mudah berubah pada suhu tertentu sehingga lempengan-lempengan logam itu dipotong menjadi keping-keping segitiga, kemudian dilas dengan kuningan.
Seluruh tubuh patung Garuda Wisnu Kencana dibangun dari 754 modul. Nuarta membuat hampir semua keping kulit patung itu di studionya di Bandung. Pengangkutan modul-modul itu berlangsung setiap tiga pekan selama dua tahun. "Kami membutuhkan 500 truk untuk mengangkut ratusan modul itu dari Bandung ke Bali," kata Nuarta, 66 tahun, perupa lulusan seni patung Institut Teknologi Bandung.
Semangat dan kegigihan Nuarta menerabas banyak kendala untuk mewujudkan patung Garuda Wisnu Kencana akhirnya membuahkan hasil. Pengerjaan patung yang melibatkan sekitar 150 orang itu pun rampung pada akhir Juli lalu. "Saya terharu," ucap Nuarta seraya melihat beberapa bingkai foto yang menggambarkan tahap pembangunan patung Garuda Wisnu Kencana yang terpajang di ruang kerjanya di Bali.
l l l
PEMBANGUNAN patung Garuda Wisnu Kencana yang digagas I Nyoman Nuarta pada 1989 bermula dari pertemuannya dengan Direktur Jenderal Pariwisata Joop Ave. Saat itu, Joop Ave mengusulkan Nuarta membangun patung setinggi 5 meter sebagai ikon pariwisata yang akan ditempatkan di Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Kuta, Bali. Tapi Nuarta menolak karena usul itu berbeda dengan gagasannya membuat patung yang jauh lebih besar.
Nuarta ingin membuat patung besar sebagai ikon bagi dunia pariwisata Bali yang berakar pada tradisi. Setelah melalui perbincangan yang cukup panjang, Joop Ave menyetujui ide Nuarta. Ide itu juga mendapat sambutan Gubernur Bali Ida Bagus Oka pada 1990, yang kemudian mengajak Menteri Pertambangan dan Energi Ida Bagus Sudjana. Pada 1994, mereka berempat membawa gagasan itu kepada Presiden Soeharto.
Menurut Nuarta, pemerintah setuju dengan syarat lokasi pembangunan patung itu harus di tempat yang tidak produktif dan gersang. Nuarta kemudian memilih kawasan sekitar Pantai Balangan. Tapi, karena di sana ternyata banyak lembah dan gua, lokasi diusulkan dipindahkan. Akhirnya patung itu dibangun di Desa Ungasan, yang berjarak sekitar 5 kilometer dari Pantai Balangan.
Pada 1997, dengan bantuan pinjaman dana sebesar Rp 30 miliar melalui PT Bali Tourism and Development Corporation, Nuarta mulai membangun patung Garuda Wisnu Kencana. Modul atau keping penyusun kulit patung dibuat di studio Nuarta di Bandung. Saat itu ada 20 modul yang diangkut ke Bali menggunakan truk secara bertahap selama tiga pekan.
Namun kemudian krisis moneter mendera. Proyek patung Garuda Wisnu Kencana pun terbengkalai. Saat itu, di area Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana sudah terbangun patung berupa potongan kepala garuda serta badan dan kepala Dewa Wisnu dengan kedua tangannya yang berdiri terpisah.
Kesulitan keuangan membuat Nuarta harus nombok dengan menjual sejumlah patung karyanya. Ia pernah menjual 40 patung yang semuanya laku dalam kurun sekitar dua bulan. Padahal patung-patung itu sengaja dibuatnya sebagai koleksi kelak ketika dia memiliki museum. Bahkan dia juga harus menjual alat berat yang dimilikinya untuk mengatasi masalah tersebut.
Meski akhirnya bisa melunasi pinjaman dana untuk pembuatan patung Garuda Wisnu Kencana, Nuarta, yang telah mempekerjakan ratusan karyawan baik di Bandung maupun di Bali, sempat kelimpungan mencari sumber dana. "Proyek bangkrut. Saya butuh duit cukup buat anak buah yang banyak itu," katanya.
Krisis moneter benar-benar memaksa Nuarta berburu cara agar pembangunan patung tersebut bisa dilanjutkan. Ia sempat mendatangi sejumlah perusahaan untuk mencari bantuan dana. "Tapi semuanya tidak merespons," ujarnya.
Pada 2012, harapan Nuarta melanjutkan pembangunan patung Garuda Wisnu Kencana membubung. Saat itu ia bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam pertemuan, Nuarta menawarkan pengambilalihan pembangunan patung oleh negara. "Bila perlu, hibah saham saya 100 persen, asalkan patung Garuda Wisnu Kencana itu dibangun," tuturnya. Namun harapannya tak kunjung terwujud hingga Yudhoyono lengser.
Lalu Nuarta menemui Gubernur Bali I Made Mangku Pastika untuk membicarakan kelanjutan pembangunan patung tersebut. Saat itu, kata Nuarta, pembangunan direncanakan dilanjutkan melalui penghematan anggaran pemerintah daerah. Tapi rencana itu ditolak Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Bali.
Dalam kondisi sulit itu, Nuarta sempat berpikir untuk membatalkan proyek seni terbesarnya tersebut. Tapi akhirnya ia bertemu dengan pengusaha properti The Nin King pada 2013. The Nin King tertarik melanjutkan pembangunan patung Garuda Wisnu Kencana. Melalui PT Alam Sutera Realty Tbk, The Nin King mengakuisisi PT Nyoman Nuarta Enterprise milik Nuarta. Sejak itu, patung Garuda Wisnu Kencana menjadi proyek milik PT Alam Sutera yang dikelola anak perusahaannya, PT Garuda Adhimatra Indonesia.
Setelah mengakuisisi perusahaan Nuarta, Alam Sutera dikabarkan mengucurkan dana sekitar Rp 450 miliar untuk proyek patung tersebut. Komisaris Utama PT Alam Sutera Realty Tbk Harjanto Tirtohadiguno enggan menerangkan pendanaan itu. "Ya, kira-kira seperti angka yang lama begitu," kata Harjanto saat dihubungi Tempo via telepon pada Selasa, 7 Agustus lalu.
Nuarta juga tidak mau menjelaskan biaya pembangunan patung Garuda Wisnu Kencana. "Saya enggak mau ngomong itu, karena enggak boleh sama pemiliknya," ucapnya. Ia hanya menyebutkan biaya pembuatan patung tersebut termasuk murah. "Patung termurah di dunia."
Sejak Garuda Wisnu Kencana dimiliki Alam Sutera, posisi Nuarta hanya pembuat patung. Nuarta mengungkapkan, ketika menggagas pembangunan patung itu, ia tak pernah berniat memilikinya. "Yang penting karyanya ada di Indonesia, Bali, terutama hubungannya sebagai infrastruktur pariwisata," katanya.
l l l
PROYEK patung Garuda Wisnu Kencana yang dimulai pada 2013 akhirnya rampung. Pada 31 Juli lalu, pekerja memasang modul terakhir yang menjadi pelengkap bentuk sayap di bagian atas. Lalu, untuk menyemarakkan acara syukuran atas rampungnya pembangunan patung itu, pertunjukan seni bertajuk "Swadharma Ning Pertiwi" digelar di kawasan Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana, Sabtu malam dua pekan lalu.
I Nyoman Nuarta mengaku sangat senang dan terharu. Patung yang ia impikan sejak 28 tahun lalu itu akhirnya terwujud. Patung rancangan Nuarta tersebut lebih tinggi daripada patung Liberty di New York, Amerika Serikat, yang tingginya 97 meter. Menurut Nuarta, lebar Garuda Wisnu Kencana diperkirakan delapan kali lipat Liberty.
Tapi, Nuarta menambahkan, bukan itu tujuan utama pembuatan patung tersebut. Ia mempertimbangkan banyak aspek dalam merancang ukuran Garuda Wisnu Kencana. Ia mencontohkan, patung itu dibuat besar agar terjangkau oleh pandangan dari kejauhan, seperti dari Bandara Ngurah Rai yang berjarak sekitar 10 kilometer. "Adapun tingginya dibuat mencapai 121 meter supaya latar belakang langit kelihatan siluetnya bagus," katanya.
Nuarta bercerita, saat menuangkan ide untuk membuat patung Garuda Wisnu Kencana, ia sempat lima kali mengotak-atik modelnya. Tujuannya adalah menentukan ukuran dan bentuk agar sesuai dengan nilai keindahan patung. Selain itu, ia hendak memastikan kekokohan struktur patung. Warna patung pun ia sengaja buat tidak merata. "Supaya unsur purba itu tampak," tuturnya.
Pewarnaan patung menggunakan proses patina untuk menampilkan balutan hijau oksida dan karbonat dari tembaga. Nuarta menjelaskan bahwa warna hijau bisa saja dimunculkan melalui proses alami, tapi lebih lama. "Bisa sampai 20 tahun," katanya. Proses patina juga digunakan agar warna hijau yang muncul tidak belang atau tampak seperti meleleh. "Makanya pewarnaan kami percepat sekarang."
Adapun tekstur keping patung dibentuk dari susunan pola segitiga, meniru kulit manusia. Hal itu menjadi pertimbangan agar nilai estetis patung Garuda Wisnu Kencana tidak berkurang meski dipandang dari jarak yang sangat jauh. "Kalau permukaannya tanpa tekstur tersebut, kena sinar matahari akan memantulkan cahaya yang bisa mengubah bentuk patung," kata Nuarta.
Menurut Nuarta, Dewa Wisnu dan garuda adalah suatu bentuk kesatuan dalam mitologi Hindu kebudayaan Bali. Nuarta memaknai garuda sebagai lambang manusia yang gagah dan bertanggung jawab dalam kehidupan. Garuda sebagai makhluk mitologi digambarkan berbadan manusia, berkepala burung, serta memiliki sayap. Adapun Dewa Wisnu dipandang sebagai pemelihara semesta.
Nuarta menambahkan, nama "Kencana" pada patung karyanya berarti emas. Mahkota patung Dewa Wisnu menggunakan warna emas. Badong atau perhiasan patung Dewa Wisnu yang menghiasi bagian pundak dan dada juga berwarna emas. Kencana kreasinya, kata Nuarta, menjadi ciri khas karya patungnya itu. Namun Nuarta juga menyiapkan nama Garuda Wisnu Kencana untuk logo singkatan "GWK". "Ini simbol purba yang relevan dengan gaya kontemporer," ujarnya.
Kini patung Garuda Wisnu Kencana telah berdiri. Patung yang akan diresmikan Presiden Joko Widodo pada 22 September mendatang itu tahan terhadap guncangan gempa berkekuatan 7,5-8 pada skala Richter dan terjangan angin berkecepatan hingga 250 kilometer per jam. Daya tahan struktur patung seberat 3.000 ton itu telah diuji di Melbourne, Australia; dan Toronto, Kanada. Patung itu dinilai bisa bertahan hingga 100 tahun-standar daya tahan bagi bangunan monumen.
Menurut Harjanto Tirtohadiguno, setelah pembangunan patung Garuda Wisnu Kencana selesai, akan dibangun sarana penunjang pariwisata, seperti hotel, restoran, dan tempat belanja. "Tapi pembangunan sarana itu tidak dalam waktu dekat, menyesuaikan dengan kondisi perekonomian Indonesia. Bisa lima tahun atau bisa juga lebih cepat," ucapnya.
Adapun khusus lantai 20 bangunan patung, Harjanto menambahkan, akan didesain sebagai ruang galeri yang menceritakan perjalanan pembangunan Garuda Wisnu Kencana. "Semacam museum perkembangan Garuda Wisnu Kencana."
Bram Setiawan (Bali)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo