Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan langsung sibuk di hari pertama bekerja di Balai Kota Jakarta, Selasa, 17 Oktober 2017. Pers membombardir dia dengan pertanyaan seputar penyebutan berkali-kali kata pribumi dalam pidato pertamanya setelah dilantik pada Senin malam.
Dalam pidato selama sekitar 22 menit tersebut, Anies Baswedan menyinggung perjuangan kaum pribumi melawan kolonialisme dan pribumi harus menikmati buah perjuangannya di negeri sendiri. Ada juga frasa “pribumi ditindas."
Kontroversi di media sosial pun merebak. Sebagai pejabat negara, Anies dianggap kurang peka dan melanggar Instruksi Presiden Nomor 26 Tahun 1998 tentang Penghentian Penggunaan Istilah Pribumi dan Non Pribumi Dalam Semua Perumusan dan Penyelenggaraan Kebijakan, Perencanaan Program, Ataupun Pelaksanaan Kegiatan Penyelenggaraan Pemerintahan.
Bagaimana jawaban Anies? Apakah dia dan timnya tak mempertimbangkan tentang aturan penggunaan istilah pribumi dan nonpribumi itu?
Anies tak menjawab pertanyaan wartawan tersebut. Cucu pejuang kemerdekaan Abdurrahman Baswedan itu hanya bungkam. "Cukup, sudah ya," ujar Anies Baswedan mengakhiri wawancara.
Sejak Senin malam, 16 Oktober 2017, saluran media sosial Twitter, Faceboook, hingga Instagram dipenuhi kontroversi pidato Anies tadi. Pengkritik menyebut itu membuktikam bahwa Anies rasial dan memecah belah masyarakat. Apalagi, sebelumnya pendukung Anies membeber spanduk raksasa di sekitar Balaikota yang menyebut Anies dan Sandiaga Uno adalah representasi pribumi muslim.
Menurut Anies, sesuai konteks pidatonya istilah itu mengacu pada masa kolonial, bukan masa kini. Anies menegaskan, dibanding dengan kota-kota lain di Indonesia, masyarakat Jakarta memang paling terkena imbas dari penjajahan. "Yang lihat Belanda dari dekat siapa? Jakarta,” katanya.
Tak kalah sengit, pendukung Anies menilai pengkritik berlebihan dan menganggap kontroversi ini adalah residu puncak Pilkada DKI Jakarta 2017 yakni Ahok vs Anies. Kaum pengkritik dituding tak rela Anies menduduki kursi DKI-1. Mereka pun mengunggah pernyataan sejumlah tokoh yang pernah menyebut pribumi dalam pernyataan atau pidato mereka.
Anies Baswedan lantas menegaskan jika kemudian istilah “pribumi“ dalam pidatonya dianggap bentuk tindakan rasial maka itu terjadi karena ada media online yang salah menangkap isi pidatonya kemudian menyiarkannya. Namun, dia tak menyebutkan nama media online yang dimaksudnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini