Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nama Dr Azahari dan Noor Din M. Top muncul ke permukaan setelah bom Bali 12 Oktober 2002. Keduanya jadi buron polisi, tapi selalu lolos ketika polisi hampir menangkap mereka.
Azahari, ahli statistik lulusan Universitas Reading, Inggris, adalah pe-rakit bom yang andal. Noor Din bertugas me-rekrut sukarelawan. Kepada para pe-ngantin—sebutan untuk pelaku bom bunuh diri—Noor Din mengatakan jika mati mereka akan masuk surga.
Setelah bom Kuningan September 2003, keduanya berpisah dan melakukan koordinasi lewat kurir. Maksudnya agar tak tertangkap sekaligus. Rabu pekan lalu, Azahari tewas saat polisi menggerebek persembunyiannya di Batu, Jawa Timur. Adapun Noor Din, yang digerebek di Semarang pada hari yang sama, lolos. Berikut jejak pelarian ibu para pengantin itu.
Philipus Parera
Oktober 2002 Bom meledak di Legian, Kuta, Bali, menewaskan 202 orang. Para pelaku yang tertangkap, termasuk Amrozi dan Ali Imron, menyebut nama Azahari dan Noor Din sebagai otak.
April-Agustus 2003 Azahari dan Noor Din berada di Pekanbaru, ditemani Adung. Mereka mengontrak sebuah rumah di Jalan Delima, Kelurahan Sidomulyo. Dari sana mereka menuju ke Lampung, lalu ke Jakarta untuk meledakkan Hotel Marriott.
September-November 2003 Setelah bom Marriott meledak pada 5 Agustus, bersama Fahim, keduanya hijrah ke Bandung. Polisi menggerebek persembunyiannya di Jalan Kebon Kembang, Bandung, namun gagal.
November 2003-Februari 2004 Mereka menyingkir ke Solo dan Yogyakarta ditemani Adung dan Fahim. Lalu menuju Mojoagung, Jawa Timur, kemudian ke Surabaya dan Blitar ditemani Adung dan Hasan.
Februari 2004 Jejak Azahari menghilang. Noor Din bersama Adung tinggal di rumah Abu Fida di Kampung Sidotopo Lor, Surabaya.
Juni 2004 Noor Din bersembunyi di Gudang Gembong, Surabaya, ditemani Abu Fida, Andung, Ismail, Ubad, dan Urwah. Di Surabaya, dia menikahi Munfiatun alias Fitri di rumah Abu Fida.
Juli 2004 Noor Din dan Fitri menikah lagi di KUA Kraton, Pasuruan, Jawa Timur. Dari sini ia mendapat identitas baru. Akhir bulan, ia bergabung dengan Azahari di Cengkareng. Azahari datang dari Cisuren, Cianjur, Jawa Barat, ditemani Agus, Rois, dan Ahmad.
September 2004 Setelah bom Kuningan pada 9 September, Azahari dan Noor Din melarikan diri ke Jawa Tengah.
Oktober 2004 - Januari 2005 Keduanya berkeliaran di Jawa Tengah. Noor Din bersembunyi di rumah Joko Triharmanto (bawah) alias Jek alias Harun di Penumping dan di sebuah pesantren di Karanganyar. Azahari bersembunyi di Solo, indekos di Laweyan. Abdullah Sonata, salah seorang tersangka teroris, mengaku bertemu Noor Din pada November di Pekalongan.
Februari-Maret 2005 Noor Din dan Azahari meninggalkan Solo menuju Jawa Timur. Dia ditemani Alen alias Ahmad Rofiq Ridha, tinggal di sebuah panti asuhan di Pacet, Mojokerto.
Oktober 2005 Enam hari setelah bom Bali II, polisi menggerebek rumah Iman Zarkoni di Dusun Wates Kidul, Wonogiri, yang diduga dikontrak Noordin. Namun, Noor Din raib. Polisi mendapat informasi tempat persembunyian Azahari di Batu, Jawa Timur.
9 November 2005 Polisi menggerebek persembunyian Azahari di Perumahan Flamboyan Indah Blok A No. 7, Jalan Flamboyan Raya, Kota Batu. Azahari bersama seorang rekannya terbunuh. Malamnya, polisi menggerebek persembunyian Noor Din M. Top di Semarang. Noor Din kabur, namun kurirnya, Mujib alias Abdul Hadi serta Tomi asal Sonolayu, Boyolali, tertangkap.
Detik Terakhir Azahari
9 November Polisi menangkap Cholili, anak buah Azahari, di daerah Genuk, perbatasan Semarang dan Demak. Cholili membenarkan Azahari ada di Batu. Penggerebekan pun segera dipersiapkan.
14.00 WIB Polisi mengevakuasi warga setempat.
15.00 WIB Tim antiteror dari Detasemen 88 Mabes Polri Jakarta mulai mengepung rumah kontrakan Azahari.
16.00 WIB Azahari dan teman-teman menolak menyerah. Baku tembak diselingi ledakan bom pun tak terhindarkan. Kira-kira setengah jam kemudian, polisi menguasai situasi.
19.30 WIB Tim penjinak bom dari Kepolisian Daerah Jawa Timur menyisir sekitar rumah kontrakan Azahari, mencari sisa bom yang belum meledak.
21.05 WIB Kapolri Jenderal Sutanto tiba di tempat kejadian.
22.00 WIB Sutanto memastikan bahwa satu dari dua korban tewas adalah Azahari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo