Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kegelisahan Suryaningsih muncul setelah menonton berita di televisi. Seorang pengojek online mengeluh pendapatannya menurun drastis sejak pemerintah menyerukan social distancing (pembatasan interaksi sosial) dan work from home (bekerja dari rumah). “Jangankan untuk kebutuhan lain, untuk makan saja susah,” kata ibu rumah tangga yang berdomisili di Cibinong, Kabupaten Bogor, itu, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Suryaningsih memahami bahwa seruan social distancing itu menjadi salah satu upaya pemerintah untuk membendung penyebaran virus corona atau Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Namun, di sisi lain, kebijakan itu ternyata berimbas pada pekerja harian, termasuk pengojek online. “Saya merasa terenyuh dan berinisiatif membantu mereka,” kata perempuan yang biasa disapa Cici itu.
Cici kemudian mengajak sejumlah tetangganya untuk ikut membantu para pekerja harian tersebut. Tetangganya banyak yang mendukung. Dalam waktu dua hari terkumpul sejumlah bahan kebutuhan pokok dan uang sebesar Rp 2 juta. Semua uang yang terkumpul lalu dibelanjakan beras, gula, teh, dan mi instan. “Kami kemas dalam bentuk paket, lalu dibagi-bagikan,” katanya.
Menurut Cici, sekitar sepuluh lokasi didatangi untuk membagikan paket-paket itu. Selain pengojek online, paket diberikan kepada penjaga warung dan pedagang asongan. “Ada yang menangis saat menerima bantuan itu,” kata Cici. “Ada yang langsung pulang, mungkin ingin buru-buru dikasih ke keluarganya.”
Gerakan serupa juga dilakukan oleh Ria Rusty Yulita, mahasiswi pascasarjana Sekolah Bisnis IPB Baranangsiang, Kota Bogor. Lewat media sosial, ia menyerukan gerakan Stay at Home by Healthy dan meminta dukungan dana dari teman-temannya. Hanya dalam waktu delapan jam, dana yang terkumpul mencapai Rp 15 juta. “Aku kaget, ternyata banyak teman dan relasi yang langsung transfer,” kata Rusty.
Rusty menargetkan dana yang terkumpul mencapai Rp 50 juta. Dana itu akan dibelanjakan bahan kebutuhan pokok dan dikemas dalam 500 paket. Ia juga berencana menggandeng perusahaan retail untuk pengadaan paket tersebut. “Donasi masih dibuka sampai 3 April,” ujar Rusty. “Nanti pembagiannya akan dikoordinasikan dengan koordinator di Kota dan Kabupaten Bogor.”
Lembaga sosial Sekolah Relawan juga turut ambil bagian untuk membantu kaum marginal yang terkena dampak social distancing. Lembaga ini menyasar para pengamen jalanan dan tunanetra di kawasan Duri, Jakarta Barat.
Staf Bidang Kemitraan dan Hubungan Kemasyarakatan Sekolah Relawan, Agil Mulqi Syahrial, mengatakan total 60 paket bantuan yang sudah disalurkan kemarin. “Sebanyak 30 paket untuk pengamen dan 30 untuk tunanetra,” kata Agil kepada Antara.
Agil menjelaskan, Sekolah Relawan mendapat permintaan dari jejaring relawan terkait dengan keberadaan pengamen yang kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sejak pembatasan sosial diberlakukan. Begitu pula para tunanetra, yang biasa bekerja sebagai tukang pijat, tidak lagi mendapat penghasilan. Adapun bantuan ini berisi paket bahan pokok yang terdiri atas beras, gula, minyak goreng, mi, sarden kaleng, susu cair, teh, dan bumbu masak.
M.A. MURTADHO | INGE KLARA SAFITRI
Berbagi Lewat Potong Gaji
DI BULAN muda ini, keras berkumandang seruan potong gaji untuk berbagi. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengajak semua pegawai menyisihkan pendapatannya. Sumbangan itu sepenuhnya digunakan untuk mempercepat penanganan wabah virus corona.
Pegawai negeri sipil di Gedung Sate, Bandung, 2016.
Pelaksana tugas Kepala Biro Humas Kementerian Kominfo, Ferdinandus Setu, menuturkan uang yang terkumpul akan digunakan untuk membeli alat pelindung diri dan pemenuhan kebutuhan logistik tenaga medis di rumah sakit. “Donasi diterima paling lambat 7 April 2020,” ujar Ferdinan, kemarin.
Panggilan serupa juga dipekikkan oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Kepala daerah yang juga arsitek itu menyatakan bakal memotong gajinya selama empat bulan. Begitu pula dengan gaji wakil gubernur dan aparat sipil negara di lingkungan pemerintah Jawa Barat. “Untuk mengurangi beban masyarakat dan percepatan penanggulangan penyebaran Covid-19,” kata Ridwan Kamil melalui akun Instagram-nya, kemarin. Menurut dia, pemotongan gaji itu akan dilakukan secara adil dan proporsional.
Ridwan Kamil juga meminta masyarakat ikut ambil bagian dalam aksi sosial ini. Mereka diminta menyumbangkan sedikit harta untuk masyarakat yang kurang mampu. “Mari kita bersama-sama menyumbang kepada perjuangan melawan virus ini dan menolong masyarakat yang tidak mampu melalui kesetiakawanan sosial.”
Pemerintah Jawa Barat saat ini tengah mempersiapkan kampanye sosial yang disebut “Two in One”. Lewat kampanye ini, pemerintah berharap satu keluarga yang memiliki kemampuan secara ekonomi dapat membantu dua keluarga miskin. “Insya Allah bisa,” kata Ridwan.
ALFI SALIMA PUTERI | EKO WAHYUDI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo