Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Jurus Andalan Menjadi Peneliti Muda

Berbagai hasil penelitian dan inovasi karya mahasiswa terus menuai prestasi. Kepercayaan diri dan tekad menjadi kunci sejumlah mahasiswa melahirkan inovasi.

6 November 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bagi sebagian mahasiswa, kegiatan riset atau penelitian sangat menyenangkan. Belajar menemukan sesuatu yang baru dan mempraktikkan ilmu dari dalam kelas ke karya nyata begitu menantang. Apalagi kemudian karya riset dan inovasi tersebut mendapat ganjaran penghargaan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hal itulah yang dirasakan Fauzur Rahmat, mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Syiah Kuala. Ia dan empat rekannya memenangi medali perak dalam kompetisi 2nd International Research Invention, Innovation, and Exhibition (I-RIE 2022) di Malaysia, Juni lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Fauzur dan koleganya meneliti buah mangrove jenis Rhizophora mucronata dan pemanfaatannya sebagai kandungan produk perawatan kulit. Berdasarkan penelitian Fauzur cs, buah mangrove memiliki kandungan antioksidan.

Namun, menurut pemuda asli Aceh itu, memulai penelitian merupakan pekerjaan yang tak mudah. Ia pun paham tak sedikit mahasiswa yang urung menuntaskan riset padahal rencana besar sudah tergambar di dalam kepala. Jika sudah begini, percaya diri menjadi kunci utama. "Pokoknya harus percaya dengan kemampuan sendiri dulu," kata dia.

Ia memberi beberapa tip kepada mahasiswa lain yang ingin atau baru terjun dalam dunia penelitian. Misalnya, harus selalu berpikir positif. Nah, demi menjaga pikiran agar tetap positif, buang jauh-jauh perasaan khawatir saat memulai penelitian. "Jangan pikirkan penelitiannya bakal gagal atau dibantah orang lain." 

Mahasiswa Universitas Syiah Kuala, Fauzur Rahmat. Dok. Pribadi

Untuk meningkatkan rasa percaya diri, Fauzur menyarankan mahasiswa lain untuk bergabung dengan kelompok atau komunitas riset. Menurut dia, komunitas bakal memberikan masukan dan dukungan dalam mengerjakan sebuah riset.

Kolega Fauzur, Dini Fadhillah, menyebutkan ketenangan pikiran bisa menjadi andalan untuk menuntaskan rencana penelitian. Intinya jangan berpikir terlalu jauh dan tak mudah goyah. "Sesuatu yang besar itu datang dari hal kecil. Jadi langsung eksekusi saja kalau punya ide. Jangan banyak pikir," tutur perempuan berusia 22 tahun itu.

Sementara itu, Edysul Isdar, mahasiswa UIN Alauddin Makassar, peraih medali perak dalam kompetisi Inovasi Penemuan Internasional di Kanada atau iCAN 2022, menyebutkan ketangguhan hati menjadi andalannya selama ini. "Yang terpenting berani dulu untuk mencoba. Itu sebuah langkah bagus memulai penelitian," ujar pria berusia 20 tahun itu ketika dihubungi, Jumat lalu.

Edysul adalah pencipta Bagasse Bioelectricity, yaitu pembangkit energi listrik alternatif berbasis limbah industri pabrik gula dengan menggunakan teknologi microbial fuel cell (MFC). Berbekal ampas tebu dan bakteri dari kotoran sapi, Edysul membuat pembangkit listrik mini yang bisa menyalakan lampu LED. Bahkan purwarupa pembangkit listrik seukuran stoples itu mampu menyalakan lampu LED selama sebulan.

Menurut Edysul, kompetisi ilmiah bisa menjadi sarana tepat untuk menggembleng mental peneliti muda. Semangat berkompetisi hingga bertemu peneliti lain akan menambah pengalaman yang berguna untuk mengikis rasa kurang percaya diri. "Ikut kompetisi secara bertahap, dari lokal dulu, baru nasional dan internasional," kata mahasiswa semester tujuh Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar, tersebut.

Mahasiswa Universitas Pertamina, Muhammad Athallah Naufal. Dok. Pribadi

Sementara itu, Muhammad Athallah Naufal memberikan saran kepada mahasiswa lain agar mengubah paradigma tentang riset. Bila selama ini penelitian dianggap menyulitkan, ada baiknya melihat sebuah kegiatan riset sebagai hal yang menyenangkan.

Athallah merupakan mahasiswa Universitas Pertamina yang berhasil menginovasikan jelantah menjadi biosurfaktan, senyawa dari bahan mikroba yang dapat mengikat dan menguraikan limbah. Senyawa tersebut bisa digunakan untuk mengurai limbah lumpur yang muncul dari pengeboran minyak.

Riset dan inovasi dari Athallah berbuah juara ke-2 kompetisi bergengsi Society of Petroleum Engineer (SPE) International Student Paper Contest 2022 di Houston, Amerika Serikat, pertengahan Oktober lalu.

Selain mengubah pola pikir, konsistensi harus menjadi tumpuan peneliti muda. Konsistensi akan menjaga langkah mahasiswa yang mengerjakan penelitian tetap berada pada jalur yang benar. "Dengan konsisten pada tujuan penelitian yang diharapkan," kata pria berusia 20 tahun itu, "Cepat atau lambat, ide yang kita pikirkan bisa terwujud."

INDRA WIJAYA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus