Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Mendadak Bertani di Tengah Pandemi

Petani kebun rumahan menjamur di Kabupaten Tangerang. Ikut mengurangi frekuensi belanja warga di masa wabah corona.

12 Oktober 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pegiat perkebunan di rumah menjamur di Kabupaten Tangerang selama pandemi virus corona.

  • Telah terbentuk 154 kelompok wanita tani di 174 desa di Kabupaten Tangerang.

  • Dinas Pertanian memberi penyuluhan dan bibit.

TANGERANG – Waktu panen telah tiba. Sejumlah wanita paruh baya memetik sayur-sayuran yang tertanam rapi di pekarangan rumah mereka di Desa Daru, Kecamatan Jambe, Kabupaten Tangerang, Kamis pekan lalu. Tangan mereka silih berganti memetik cabai merah, tomat, terong ungu, kacang panjang, dan kangkung yang tumbuh subur.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Sejak pandemi Covid-19 ini kami sudah tidak lagi pergi ke pasar. Kebutuhan sayur-mayur dan dapur lainnya tinggal ambil dari pekarangan rumah sendiri," ujar Kumalasari, Ketua Kelompok Wanita Tani Dewi Hanum, kepada Tempo di lokasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kelompok Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK) itu beranggotakan 30 orang. Mereka terdiri atas ibu rumah tangga yang mulai memanfaatkan pekarangan rumah untuk ditanami bahan pangan sejak Juli lalu. "Kami muncul saat pandemi dan ini sangat kami rasakan manfaatnya," kata Kumalasari.

Kumalasari menanami lahan miliknya yang terbentang lebih-kurang 700 meter di depan rumahnya. Dulu, tanah kosong itu tak terurus dan ditumbuhi rumput liar. Bersama rekan-rekan PKK-nya, dia menanam kangkung, bayam, sawi, terong ungu, cabai, tomat, serta beternak lele dan nila. Ibu-ibu yang tidak punya lahan menanam beragam sayur-mayur di pot dan polybag di rumah masing-masing dengan rak bertingkat.

Dalam hitungan bulan, hasilnya bisa mereka tuai. Dua pekan sekali, mereka memanen kangkung, bayam, ataupun sawi. Tomat, cabai, terong, jahe, kunyit, serai, dan jeruk lemon bisa dipetik saban pekan. "Selain dinikmati bersama, ada yang dijual," ujar Kumalasari. Hasil jualannya—mereka juga menjual bibit—disimpan di kas kelompok wanita tani tersebut.

Mereka juga menyumbangkan hasil panen ke anak-anak stunting di Desa Daru. "Ibunya kami ajak ikut pelatihan," ujar Kumalasari.

Meski baru berjalan empat bulan, Kelompok Dewi Hanum berhasil meraih gelar juara pertama Pekarangan Pangan Lestari tingkat provinsi. "Dan mewakili Banten ke tingkat nasional," kata Sutejo, petugas penyuluhan tani Kecamatan Jambe.

Selain di Desa Daru, di Perumahan PWS Margasari Tigaraksa banyak ditemui perempuan yang mendadak menjadi petani. Di sini, Kelompok Hijau Asri menaungi sekitar 20 ibu rumah tangga memanfaatkan pekarangan rumah mereka yang sempit menjadi kebun sayur-mayur dan tanaman apotek hidup. Aneka jenis tanaman organik ditanam di pot dan polybag hingga pipa paralon yang didesain untuk tanaman hidroponik. "Panennya bisa setiap hari, dinikmati anggota dan warga lainnya," ujar Rima Yulita, Ketua KWT Hijau Asri di Tigaraksa. "Kami jadi jarang ke pasar dan ini mengurangi frekuensi keluar rumah sejak pandemi corona."

Manfaat yang sama dirasakan Kelompok Ketapang Kencana, Kelurahan Sukabakti, Curug, yang kebanyakan menanam jahe merah, serai, temulawak, dan lemon. "Untuk ramuan meningkatkan imun tubuh pada masa wabah Covid-19 ini," ujar Aida Ningsih, Ketua KWT Ketapang Kencana.

Fetty Ratu Permata, Kepala Seksi Keamanan Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Tangerang, mengatakan kegiatan Pekarangan Pangan Lestari sengaja menyasar ibu rumah tangga sebagai agen perubahan. "Agar program ini bisa menular lebih luas lagi, ketahanan pangan bisa dimulai dari setiap rumah," ujar dia. Dinas Pertanian memberikan bantuan bibit, pembinaan, dan penyuluhan. "Warga cukup menyiapkan lahan."

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang, Azis Gunawan, mengatakan program Desa Mandiri Pangan ini juga bertujuan mengubah sudut pandang masyarakat mengenai lahan kosong. "Sekarang mereka merasakan manfaat dari pekarangan rumahnya," katanya.

Per pekan lalu, terdapat 154 kelompok wanita tani dari 174 desa di Kabupaten Tangerang. Setiap kelompok terdiri atas 20-30 orang. "Target kami, seluruh desa memiliki KWT," kata Azis.

JONIANSYAH HARDJONO (TANGERANG) | REZA MAULANA


Empat Manfaat Pekarangan Rumah

Kepala Seksi Keamanan Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Tangerang, Fetty Ratu Permata, mengatakan pemanfaatan pekarangan rumah punya banyak manfaat, baik dari sisi kesehatan maupun perekonomian. Selain untuk mengedukasi masyarakat mengenai cara berbudi daya hortikultura dan tanaman obat keluarga (toga), kegiatan ini dapat mengubah sudut pandang masyarakat mengenai pekarangan. Berikut ini di antaranya. 

- Warung hidup: Hasil panen sayur dan buah bisa dijual ke warga sekitar, langsung dari pekarangan rumah. 

- Apotek hidup: Berbagai tanaman obat dan jamu, seperti jahe, kunyit, dan sirih, dapat digunakan untuk kebutuhan kesehatan keluarga. 

- Lumbung keluarga: Berbagai sumber karbohidrat, seperti ubi kayu, ubi jalar, dan jagung, bisa digunakan sebagai pengganti beras. 

- Bank hidup: Hasil panen dapat dijual untuk menambah penghasilan keluarga. 

JONIANSYAH

 

 

 

 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus