Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kakek dan nenek berduel

Pasangan kakek & nenek, mislan dan parijah, warga desa sanggrahan, cilacap berkelahi. gara-gara keduanya saling cemburu, sejak dihadiahi ayam & kambing oleh anak-anak mereka. mereka jadi tidak saling urus.

4 Juli 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PASANGAN Mislam dan Parijah memang rukun, hingga mereka sudah gaekgaek. Mereka mempunya 11 cucu. Namun, suasana itu berubah, selama tiga tahun ini, sejak dihadiahi ayam dan kambing oleh anak-anak mereka - untuk menglsi waktu senggang. Sekarang, mereka sering perang mulut. Rupanya, warga Desa Sanggrahan, Kecamatan Jeruklegi, Glacap, itu kini saling mendendam. Puncaknya pertengahan Mei lalu. Mislam berang melihat Nek Parijah asyik terus mengurus kambing. Hingga, ia lupa menanak nasi dan emoh membuat minuman untuk kakek. Kali lain giliran Mislam pula. Ia sering absen berjualan kalau sudah berkutat dengan ayam-ayamnya yang semakin membiak. Hari itu, Parijah, 60 tahun, minta tolong ke Darwo, tetangganya, memetik beberapa kelapa. Lazimnya buah kelapa itu dijual atau digunakan sendiri. Ternyata, Parijah punya kepentingan lain. Ia memandikan kambing bandot kesayangannya dengan air kelapa. Keruan Mislam, 67 tahun, naik darah. "Sekarang, suamimu si Bandot, ya, Par," kata Mislam. "Memangnya aku sudah sinting sampai pacaran dengan kambing?" Parijah menangkis. "Mungkin kamu yang pacaran dengan ayam babonmu di kandang," ujar nenek itu lagi. Keesokan harinya Kek Mislam mengasah parang. Dan malamnya, dengan beberapa tebasan, empat kambing piaraan istrinya itu terkapar. "Waktu saya bangun, kambing yang saya pelihara sudah mati," cerita Parijah pada wartawan TEMPO Slamet Subagyo. Sebagai balasannya, Parijah kemudian membabat sepuluh ekor ayam, ketika Mislam leyeh-leyeh di pagi hari. Adu mulut akhirnya tak terhindarkan. "Kamu gila, kejam, dan tak malu cemburu sama kambing," semprot Parijah. Balasannya malah kepalan Mislam mampir ke tubuh Parijah. Merasa kesakitan Parijah gelap mata. Ia gantl menendang suaminya. Tapl Nenek Parijah menjerit-jerit ketika rambutnya dijambak dan lehernya dikunci Mislam. Teriakan itu mengundang tetangga yang segera melerai. Pasangan ini hingga kini belum akur. Mislam diungsikan ke rumah anak sulungnya. Sedang Parijah pindah ke rumah anaknya yang lain. "Bingung juga karena kedua orangtua kami itu belum bersatu kembali," kata Saminah, 35 tahun, seorang anak pasangan itu. "Saya sakit hati karena tak diperhatikan," kata Mislam seusai pertandingan tinju dengan istrinya itu. Menurut ayah enam anak ini, sejak ada kambing di rumahnya, Parijah lebih banyak memperhatikan hewan itu ketimbang kepentingannya, seperti menyediakan kopi dan memijat setelah seharian lelaki itu bekerja di sawah. Parijah juga menggugat, "Saya tak pernah dibelikan makanan, karena uangnya dipakai beli dedak untuk ayam-ayamnya."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus