Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat turut memberi komentar ihwal kasus pembubaran kebaktian Pulogebang di Rumah Susun Sederhana Sewa Pulogebang pada Sabtu, 23 September lalu.
Djarot mengatakan penghuni rusun harus toleran antar-sesama. Karena itu, dia meminta kepolisian memberi sanksi kepada pelaku yang melanggar toleransi. "Siapa pun yang menghuni rusun harus punya jiwa toleran," katanya di Balai Kota DKI, Selasa, 26 September 2017.
Narsoem Sulaiman alias Joker terekam dalam video tengah membubarkan kebaktian jemaat KGPM Sidang Daniel di lantai 3 blok F Rusunawa Polugebang, Jakarta Timur. Dalam video yang viral tersebut, Joker didapati mengacungkan senjata tajam berupa kapak dan gergaji ke arah jemaat sambil berteriak. Anak-anak dalam video tersebut pun ketakutan dan teriak meminta tolong.
Djarot mengatakan tindakan yang dilakukan Joker tidak mencerminkan Islam yang damai dan penuh rahmat. Terlebih, Joker melakukannya di depan anak-anak. "Saya muslim dan itu (tindakan Joker) tidak mencerminkan Islam," ujarnya.
Joker memang dikenal sebagai salah satu tokoh masyarakat yang aktif dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan di rusun tersebut. Dirinya bahkan menjadi salah satu imam salat di masjid.
Agar masalah kebaktian Pulogebang tidak semakin melebar dan berbuntut panjang, Djarot telah meminta Wali Kota Jakarta Timur Bambang Musyawardana turut menjaga kondisi di Rusunawa Pulogebang. Menurut Djarot, permintaan itu disampaikan ketika Djarot bertemu dengan Bambang dan Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Hanggoro Budi Wiryawan membahas pembebasan lahan proyek Konstruksi Utama Kereta Cepat Jakarta-Bandung di ruang rapat blok B lantai 2 Balai Kota DKI pagi tadi.
M. YUSUF MANURUNG
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini