Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Mobil listrik hibrida masih menjadi primadona pasar lokal.
Tren penjualan mobil listrik terus meningkat.
Indonesia dianggap sebagai pasar potensial bagi merek full EV yang sudah populer di negara lain.
MOBIL hibrida elektrik atau hybrid electric vehicle (HEV) berpeluang mencuri perhatian pasar otomotif domestik pada tahun ini. Meski upaya pemerintah untuk mengakhiri dominasi mobil internal combustion engine (ICE)—kendaraan berbahan bakar minyak—masih jauh panggang dari api, produk hibrida yang laris manis pada 2023 dianggap sebagai transisi terbaik menuju era kendaraan setrum.
Wakil Presiden PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam mengatakan manufaktur selalu didesak untuk mengembangkan varian kendaraan listrik, seiring dengan gencarnya kampanye emisi bersih pada 2026. Sayangnya, pasar otomotif masih sulit beralih dari segmen konvensional. Terbukti dari lambatnya adopsi battery electric vehicle (BEV) atau kendaraan bermotor listrik berbasis baterai di Tanah Air. Segmen hibrida lantas menjadi peluang terbaik untuk memancing transisi tersebut. “First buyer (pembeli pertama) belum memilih EV murni, tapi mereka mulai percaya pada hybrid,” katanya kepada Tempo, akhir pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perilaku first buyer, menurut Bob, selalu menjadi penentu arah pasar otomotif. Indikator itu dipakai untuk menakar keberhasilan varian kendaraan baru. Dalam konteks EV, katanya, mobil hybrid yang digerakkan dengan ICE sekaligus motor traksi belakangan diburu oleh first buyer. Produk hybrid Toyota, Innova Zenix Hybrid dan Yaris Cross Hybrid, bahkan sudah mengisi etalase otomotif di luar negeri. Sebanyak 8.000 unit Inova Zenix sudah masuk ke pasar Timur Tengah dan Amerika Latin mulai Februari 2023. Empat bulan kemudian, ada juga 23.400 unit Yaris Cross yang diekspor ke 25 negara di kedua kawasan tersebut. Jumlah itu sudah mencakup tipe yang masih bermesin BBM.
Mekanik menyelesaikan konversi mobil biasa ke mobil listrik di bengkel kerja Spora EV kawasan Lengkong, Tangerang Selatan, Banten, 3 Februari 2023. TEMPO/Tony Hartawan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Toyota Manufacturing menargetkan produksi 47 ribu kendaraan hybrid baru sampai akhir 2023. Manufaktur yang berbasis di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, itu hanya mengekspor 9.000 unit dari jumlah tersebut. Sisanya untuk penjualan domestik. Bob memastikan entitasnya masih akan mengejar pasar hybrid di Indonesia pada tahun ini, sambil bertahap merambah ke model BEV. “Kita bersikap realistis dulu. Jangan sampai lengah melepas ikan di tangan.”
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) juga membuktikan musim semi mobil hybrid di Indonesia. Pada 2021, hanya ada 3.192 unit mobil listrik yang terjual, didominasi model hibrida yang menyumbang 2.472 unit. Produk EV berbasis baterai kemudian naik daun, lalu merajai penjualan kendaraan setrum pada 2022. Saat itu terdapat 10.327 unit BEV yang laku. Sedangkan model hybrid hanya terjual 5.100 unit, setara dengan 33,03 persen.
Pada Januari-November 2023, terdapat total 60.287 unit mobil listrik yang terjual, artinya naik 290 persen secara tahunan atau year on year. Kendaraan listrik hibrida ternyata kembali mendominasi pasar dengan angka penjualan 46.309 unit atau 76,8 persen dari total penjualan. Porsi penjualan BEV pada tahun lalu hanya 22,9 persen atau sebanyak 13.852 unit, sedangkan mobil listrik plug-in hybrid (PHEV) terjual sebanyak 126 unit.
Direktur Marketing Toyota Astra Motor (TAM) Anton Jimmi Suwandy mengklaim penjualan EV Toyota meningkat enam kali lipat dibanding 2022, dari kisaran 4.000 unit menjadi 33.693 ribu unit hingga November 2023. Produk elektrifikasi itu berkontribusi 11 persen terhadap total sales TAM. “Industrinya terus berkembang karena banyak pemain yang langsung menyasar EV,” tuturnya.
Bila digabung, pangsa pasar merek EV Toyota di Indonesia, baik BEV, hybrid, maupun plug-in EV, sudah menyundul 54 persen. Mobil hibrida Toyota bahkan menguasai 34,3 persen pasar BEV. Selama 11 bulan 2023, Toyota menjual 31.560 unit EV, dari Innova, Yaris Cross, Alphard, Corolla, hingga Camry. Jumlah penjualan jauh meninggalkan produsen lain. Di tempat kedua, Suzuki menjual 12.134 unit mobil listrik, seperti Ertiga dan XL-7 Hybrid.
Sebuah mobil listrik dalam pameran Indonesia International Motor Show (IIMS) 2023 di JIExpo, Kemayoran, 16 Februari 2023. TEMPO/Tony Hartawan
Mobil Hibrida Menjadi Transisi Pasar
Founder dan Presiden Institut Otomotif Indonesia, I Made Dana Tangkas, menganggap mobil hibrida cocok untuk mengisi transisi pasar yang masih menunggu pengembangan infrastruktur pengisian daya (SPKLU). Sampai bulan lalu, baru ada 624 SPKLU yang beroperasi di 411 lokasi secara nasional, jauh dari target 5.573 SPKLU sampai 2024. “Hybrid jadi pilihan ketika infrastruktur belum mencukupi karena konsumen tak perlu mengubah kebiasaan (ketika memakai mobil BBM),” katanya.
Tawaran produk hybrid pun dinilai sesuai dengan daya beli pasar mobil. Harga model hybrid yang banyak ditawarkan ke pasar berkisar Rp 300-600 juta. Jumlah variannya pun menyamai mobil ICE, seperti vehicle (MPV) tujuh penumpang maupun sport utility vehicle (SUV).
Direktur Inovasi Bisnis, Pemasaran, dan Penjualan Honda Prospek Motor (HPM), Yusak Billy, mengatakan penjualan retail CR-V Hybrid sudah menembus 1.000 unit. Varian hibrida mobil Honda itu menguasai 70 persen penjualan model All New CR-V. Perusahaan baru akan menggeber wholesale Honda Accord—hybrid dengan motor listrik penggerak roda depan—pada bulan ini, sambil mengembangkan desain BEV untuk tahun-tahun mendatang. “Kami akan terus mengenalkan model elektrifikasi lainnya,” ucap Yusak kepada Tempo.
Saat ini Honda masih menjaga minat konsumen di segmen mobil ramah lingkungan (low-cost green car). City car seperti Honda Brio tercatat sebagai mobil terlaris oleh Gaikindo pada Januari-November 2023. Penjualan wholsales Brio mencapai 58.860 unit, menyumbang hampir separuh total penjualan Honda.
Dia tak menampik bahwa pasar otomotif bisa terpengaruh oleh gejolak politik dan situasi ekonomi global. Namun perusahaan optimistis bisa menjaga minat pembeli melalui produk baru, dari seri All New CR-V sampai New Accord. “Kami terus mempelajari tren dan menyesuaikan strategi pada 2024.”
Adapun PT Hyundai Motors Indonesia langsung mengincar pasar mobil listrik berbasis baterai. Meski tidak menawarkan hibrida di Indonesia, Hyundai masuk ke pasar hybrid secara global lewat model Kona Tucson dan beberapa lainnya. Chief Operating Officer PT Hyundai Motors Indonesia, Fransiscus Soerjopranoto, mengatakan Ioniq 5, model BEV yang disubsidi pemerintah, menjadi satu dari tiga produk terbaik Hyundai pada 2023. “Cocok untuk pasar 2024 karena masyarakat semakin akrab dengan mobil listrik,” ujarnya kepada Tempo.
Dengan diskon pajak pertambahan nilai (PPN) 10 persen—konsumen hanya perlu membayar 1 persen—penjualan wholesales Hyundai Ioniq 5 mencapai 6.552 unit, menjadi yang terlaris di kalangan BEV. Volume penjualan itu meningkat empat kali lipat dibanding 2022. Hyundai pun menjual Ioniq 6, BEV kelas premium yang harganya mencapai Rp 1,19 miliar. Produk ini terjual hingga 84 unit dalam Gaikindo International Auto Show (GIIAS) pada Agustus 2023.
Dia mengatakan pengembangan mobil listrik murni selalu sejalan dengan tren teknologi tinggi. Sebagai contoh, beberapa produk Hyundai sudah dipasangi Bluelink, fitur penghubung telepon seluler dengan sistem interior kendaraan. Jauh sebelum Ioniq 5, mobil unggulan Hyundai, seperti Creta dan Stargazer, sudah dilengkapi teknologi ini. “Kami juga membuat aplikasi My Hyundai untuk kebutuhan informasi, misalnya lokasi charging station terdekat.”
Geliat mobil listrik menambah optimisme pasar kendaraan di Indonesia secara keseluruhan. Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, meyakini penjualan mobil nasional pada 2023 bakal menembus 1 juta unit. Saat ini Gaikindo hanya perlu melengkapi data penjualan Desember, sebelum mengumumkan kinerja tahunan. Selama 11 bulan, penjualan wholesales mobil domestik sudah mencapai 920.758 unit. Angka itu turun 2,3 persen dibanding 2022, tapi sudah mendekati target. “Adanya merek-merek baru juga menjadi dorongan menuju angka tersebut (1 juta unit)," ujarnya.
Pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Martinus Pasaribu, meminta pemerintah tidak pelit mengguyur insentif kendaraan listrik. Indonesia, kata dia, bisa mengamati Thailand yang membutuhkan waktu setahun untuk mendongkrak market share mobil listrik, dari 2 persen menjadi 8 persen. “Inspirasi dari negara tetangga seharusnya bisa membuat EV menembus volume 1 persen dari total penjualan kendaraan lokal,” katanya kepada Tempo.
Pada 2024, kata Yannes, subsidi mobil listrik dari pemerintah yang baru diserap Hyundai dan Wuling Motors berpeluang ditangkap pemain lain. Indonesia dianggap sebagai pasar potensial bagi merek full EV yang sudah populer di negara lain. VinFast asal Vietnam, sebagai contoh, berencana masuk ke ekosistem EV di Indonesia dengan investasi jangka panjang senilai US$ 1,2 miliar atau sekitar Rp 18,4 triliun. Penjajakan serupa pun sedang dilakukan produsen lain dari Cina, Jepang, Prancis, Italia, dan beberapa lainnya. “Kemungkinan salah satu seri Tesla termurah bisa masuk ke Indonesia. Kita menunggu limpahan teknologi dan desain baru dari pemain asing.”
YOHANES PASKALIS | DICKY KURNIAWAN | ANTARA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo