Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEHARI setelah Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian terbang ke Yordania, kerusuhan meletup di Rumah Tahanan Markas Komando Brigade Mobil Kepolisian RI, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat. Mantan Kepala Detasemen Khusus Antiteror ini ke Yordania untuk menjadi pembicara tentang strategi pemberantasan terorisme dan memenuhi undangan Raja Yordania Abdullah II. Ia kembali ke Tanah Air setelah aksi pendudukan penjara oleh ratusan tahanan dan narapidana selama tiga hari itu berakhir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setiba di Tanah Air, Kamis sore pekan lalu, Tito langsung mendatangi lokasi kejadian dan menjenguk empat anak buahnya yang terluka di Rumah Sakit Bhayangkara Brimob. Keesokan harinya, ia mengunjungi rumah polisi yang tewas, kemudian menuju Istana Bogor untuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo. Di tengah kesibukannya pada Jumat pekan lalu, Tito bersedia diwawancarai Linda Trianita dari Tempo melalui pesan percakapan WhatsApp.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kapan Anda mengetahui peristiwa kerusuhan itu?
Kejadian itu sudah saya ketahui sejak Selasa malam. Ketika sedang di Amman, Yordania, saya menerima laporan dari Komandan Korps Brimob Inspektur Jenderal Rudy Sufahriadi dan Kepala Detasemen Khusus Antiteror Inspektur Jenderal Muhammad Syafii.
Komandan Korps Brimob juga sedang di luar negeri saat peristiwa itu terjadi. Anda meminta dia pulang ke Tanah Air?
Dia saat itu sedang menghadiri pameran peralatan kepolisian dan militer di Uni Emirat Arab. Saya perintahkan pulang secepat mungkin. Dia sampai Jakarta pada Rabu siang.
Apa yang Anda lakukan setelah itu?
Saya langsung menugasi Wakil Kepala Kepolisian RI (Komisaris Jenderal Syafruddin) datang ke lokasi dan segera mengendalikan situasi di sana. Wakapolri langsung datang ke lokasi kejadian bersama sejumlah perwira polisi.
Kenapa Anda tidak mempercepat kunjungan dan segera kembali ke Indonesia?
Saya tidak mendapatkan pesawat.
Sehari setelah kejadian, kami mendapat informasi bahwa Presiden mencari Anda untuk mengetahui informasi kerusuhan.
Saya sedang di Amman dan tetap melaporkan informasi ke Presiden.
Apa yang Anda laporkan ke Presiden?
Saya melaporkan situasi. Presiden meminta saya bertindak tegas, cepat, dan jangan ragu-ragu. Presiden sampai tiga kali menyampaikan agar polisi bertindak tegas. Presiden juga menyampaikan bahwa negara tidak boleh kalah oleh terorisme.
Anak buah Anda menyatakan kerusuhan terjadi karena persoalan kiriman makanan dari keluarga yang tak sampai ke tahanan?
Masalah makanan hanya alasan pemicu. Mereka ingin berjihad sesuai dengan versinya dengan melakukan kekerasan terhadap orang yang dianggap kafir. Polisi sasaran utama karena dianggap kafir harbi atau kafir yang memerangi mereka.
Mereka begitu mudah menguasai rumah tahanan yang lokasinya berada di jantung markas pasukan elite kepolisian. Kenapa ini bisa terjadi?
Mereka sudah mempelajari kelemahan struktur rumah tahanan yang rentan karena memang peruntukannya bukan buat narapidana teroris, yang selayaknya maximum security. Manajemen rumah tahanan juga tidak terlalu rigid membatasi mereka.
Setelah menguasai penjara, beberapa tahanan begitu leluasa mengunggah aksi mereka ke media sosial. Polisi terkesan tak bisa mengantisipasi soal ini....
Awalnya memang tidak dilakukan pengacakan sinyal, sehingga mereka bisa berkomunikasi dengan dunia luar. Sudah saya perintahkan untuk mengusut kenapa telepon seluler bisa masuk. Setelah didatangkan alat pelacak sinyal, komunikasi mereka dengan pihak luar bisa dilokalisasi.
Sumber kami menyebutkan tahanan menyandera polisi dengan tuntutan bisa bertemu dengan Aman Abdurrahman, yang juga menghuni penjara Brimob….
Dia memang pemimpin Jamaah Ansharut Daulah paling berpengaruh, pendukung ISIS dengan doktrin takfiri (doktrin yang menganggap orang lain di luar kelompoknya sebagai kafir).
Dalam kasus Rumah Tahanan Brimob, polisi memanfaatkan Aman dengan cara merekam pernyataannya untuk diperdengarkan kepada pengikut dia yang menduduki penjara….
Saya akan menceritakan tekniknya pada saat yang tepat. Cara ini hanya dipahami mereka yang paham tentang norma dan kultur eksklusif komunitas ini. Kalau diceritakan sekarang, akan tidak efektif lagi di masa mendatang untuk menangani insiden sejenis.
Apa hanya karena rekaman itu tahanan dan narapidana menyerahkan diri?
Mereka juga sudah diultimatum. Kalau tidak menyerah, Kamis pagi akan diserbu.
Kalau Aman tetap disatukan dengan anak buahnya di penjara yang sama, kasus di Rumah Tahanan Brimob bisa kembali terulang….
Dia harus ditahan dalam penjara maximum security seperti di Gunung Sindur, Bogor, di mana komunikasi dengan dunia luar minimum.
Apakah jaringan Aman ini masih banyak?
Sel Aman masih berkembang dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi serta website radikal dan lain-lain. Mereka juga memanfaatkan kelemahan undang-undang yang memberi celah bahwa sepanjang tidak melakukan teror atau mendukung terorisme, mereka tidak dapat diproses hukum.
Seperti apa jaringannya?
Ada yang aktif dan ada yang sleeping cell.
Kelompok Aman sedikitnya sudah dua kali melakukan teror ketika Anda sedang ke luar negeri, yakni kasus bom Kampung Melayu dan kerusuhan Rumah Tahanan Brimob….
Saya pribadi berpendapat tidak ada hubungannya. Kebetulan saja. Wallahualam bissawab.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo