Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kgb, menurut yang punya cerita

Seorang anggota dinas rahasia uni soviet (kgb), ilyas grigorevich dzhirkvelow membelot ke inggris th 1981. pada wartawan new straits times, john dickie, ia menceritakan pengalamannya sebagai anggota.

26 September 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NAMANYA sebetulnya bagus. KGB. Singkatan dari Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti, Komite Kemanan Negara. Tapi inilah konon "dinas rahasia paling keji di dunia." Setidak-tidaknya menurut versi Barat. Sejarahnya bermula dari kemenangan revolusi Bolsyewik di Rusia, 1917. Begitu berkuasa, pemerintah proletar ketika itu mendirikan Cheka, Chrezvychaynaya Komissiya Po Borbes Kontrrevolyutsiyey I Sabotazhem. Tugasnya: "mengganyang setiap bentuk kontrarevolusi dan sabotase." Lima tahun kemudian Cheka didandani. Namanya ditukar menjadi GPU, Gosudarstvennoye Politicheskoye Upravlaniye. Tahun 1934 GPU diperbarui dan mendapat nama NKVD, Narodny Komisariat Vnutrennikh Del. Selama Perang Dunia II, beberapa instansi intel dan spionase tumbuh di Soviet. Salah satu di antaranya MGB, Ministerstvo Gosudarstvennoy Bezopasnosti. Terakhir muncul KGB, bentuk yang dianggap paling sempurna. Sejak itu ia merupakan badan intel yang paling ampuh sepanjang sejarah Rusia dan Uni Soviet. Sebagian pengamat menyebut KGB kekuatan nomor dua--setelah Angkatan Bersenjata -- dalam struktur kekuasaan Soviet. Kesimpulan ini masih bisa dipersoalkan. Menurut taksiran Encyclopaedia Britannica edisi XV, 1977, KGB mempekerjakan lebih 100 ribu tenaga. Perkiraan lain di Barat menyebut angka setengah juta. Tapi, "menurut perhitungan saya, jumlah sesungguhnya lebih dari 700 ribu, dan senantiasa bertambah dari tahun ke tahun." tutur Dzhirkvelov, seperti dikutip wartawan John Dickie untuk harian New Straits Times bulan kemarin. Siapa orang ini? Dengan hak apa ia bicara mengenai "salah satu organisasi sekuriti terbesar yang pernah dikenal dunia" ini? llya Grigorevich Dzhirkvelov adalah salah seorang "operator internasional KGB cabang atas", dengan pengalaman lebih 30 tahun. Ia digembleng dalam pelbagai tingkat latihan dan sekolah spionase. Terlibat dalam "semua jenis aktivitas KGB." Dipilih melaksanakan berbagai mission di dalam dan luar tanah air. Dan membelot ke Inggris 28 Maret tahun kemarin. Kini ia hidup tenang di Inggris Tenggara. Menikmati babakan baru bersama keluarga, di sebuah rumah tepi kota dengan halaman luas dan suasana yang teduh. Tapi penuh kewaspadaan--sebagai layaknya seorang intel kawakan: Siapa tahu seorang 'kamerad lama' datang bertamu, sembari mengantarkan 'upah' yang disediakan bagi setiap pengkhianat. John Dickie sudah menghabiskan waktu berminggu-minggu sebelum berhasil mendapat persetujuan Dzhirkvelov untuk berbincang-bincang. "Kami berjumpa di berbagai tempat dan kesempatan yang berbeda-beda," tulisnya. Dan dalam setiap pertemuan itu "Dzhirkvelov tampak dalam kewaspadaan mutlak terhadap setiap hal dan setiap orang dalam radius 30 meter." BERDASAR, penuturan Dzhirkyelov KGB ternyata menjadi incaran banyak pencinta karir di Soviet. Sebab di situ terbuka kesempatan menikmati peradaban dan kemewahan Barat--yang di Soviet merupakan barang langka--atau ditempatkan di salah satu pos diplomatik di luar negeri. "Tapi kami juga dilatih membunuh," ucap Dzhirkvelov, dengan tekanan suara yang sukar ditafsirkan. Ia mengangkat dan memperhatikan tangannya yang mulai gemetar oleh usia tua. "Tangan ini pernah dilatih untuk membunuh," desisnya. "Membunuh dengan cepat dan senyap." Setiap kader KGB ditempa dalam masa persiapan yang gencar, namun penuh kesabaran. Mereka fasih dalam pelbagai bahasa asing, lihai memecahkan sandi, tangkas berpolitik, bahkan kadang bijak berfilsafat. Di sana terhimpun ilmuwan, ahli sejarah, dan peneliti. "Tapi juga penyelundup, maling, aktor, dan penipu," tulis Dickie. KGB juga memiliki sejumlah 'karyawan sipil'. Terdiri dari opas, kerani, pengelola arsip, penerjemah, peneliti, dan jurutulis khusus yang bertugas menyalin tumpukan catatan yang berhasil dihimpun. Berapa dana yang disediakan untuk menggerakkan 'mesin raksasa' ini? "Di Rusia tidak ada persoalan biaya hila masalahnya menyangkut kepentingan negara," jawab Dzhirkvelov. Dana KGB tidak terbatas. CIA pernah menaksir budet KGB sekitar Rp 1,49 trilyun setahun. "Kenyataanya mungkin dua kali lipat," kata Dzhirkvevov. Tapi ia Juga mengakui, ada yang tahu persis". Angka-angka seperti itu selalu dirahasiakan. Tak seorang berhak mempertanyakannya. Betapa pentingnya badan ini, bisa dilihat dari kekariban para pemimpinnya dengan tokoh-tokoh presidium tertinggi Uni Soviet. Kepala KGB Yuri Andropov "mempunyai hubungan langsung dengan Brezhnev." Kedua orang itu duduk berdampingan di Politbiro. "Perkataan mereka menjadi sabda," tutur Dzhirkvelov. Itulah sebabnya KGB punya kekuasaan luar biasa. Mereka mengawasi secara ketat setiap pendatang yang mencurigakan. Entah delegasi serikat buruh, pedagang, wartawan, seniman-seniwati, entah tokoh dari proesi lain. Setiap kamar hotel dipasang alat pelacak Tidak hanya di Moskow, melainkan di setiap hotel pariwisata yang mungkin dikunjungi pelancong. Tembok dan langit-langit kamar menyembunyikan tape recorder yang mampu merekam pembicaraan maupun percakapan telepon. KGB menguntit orang asing yang santap di restoran, di tempat-tempat mewah sekitar Moskow, bahkan sampai ke kota-kota provinsi seperti Kiev, Tashkent atau Tbilisi. Di tempat tertentu mereka memiliki kamar khusus dengan kamera di belakang tembok. "Cara ini sebetulnya tidak istimewa," kata Dzhirkvelov. "Tapi saya khawatir orang-orang di Barat meremehkan skala aktivitas mereka." DAN "skala" itu memang sulit digambarkan. Ia, misalnya, meliputi sekian mil pita rekaman, ribuan juru ketik penyalin manuskrip, dan ralusan pekerja tekun yang 'merayap' di atas tumpukan data dan informasi--yang tidak akan pernah d ianggap lengkap sampai dunia kiamat. Llya Grigorevich Dzhirkvelov terjun ke dunia mata-mata Januari 1944. Ketika itu Perang Dunia II sedang berkecamuk, dan ia berusia 17 tahun. Dia bukan orang Rus. Melainkan pribumi Georgia, sebuah 'republik' di selatan dengan kebanggaan yang khas akan bahasa dan budayanya. Dari wilayah ini juga datang Stalin, dan kepala polisi Soviet yang pertama, Beria. Masa sekolahnya terputus oleh invasi tentara Jerman ke selatan, yang mengancam langsung jantung Georgia. Llya masuk Komsomol--Liga Komunis Muda yang terkenal patriotik berapi-api. Dalam organisasi inilah ia pertama kali bekerja membantu tentara. Dan terlibat dalam kegiatan pengintaian di belakang garis pertahanan Jerman. Untuk keberanian itu ia mengantungi sejumlah medali dan penghargaan. Ketika tiba saatnya resmi menjadi tentara, Llya didaftarkan ke dalam unit KGB Berseragam. Tahun 1945 unit-unit KGB dibubarkan. Tapi para prajurit dengan reputasi prima dipilih untuk "sebuah program di masa depan." Dalam memilih orang, KGB tidak sembarangan. Badan ini memiliki sejumlah pencari bakat yang mengendus kian ke mari. Akademi dan perguruan tinggi termasuk sasaran 'perburuan' mereka. Misalnya Institut Luar Negeri Moskow, yang lebih terkenal dengan sebutan GIMO. Mereka hampir tidak punya kesulitan merekrut calon kader. Llya sendiri senang bukan buatan ketika ia diterima sebagai anggota tetap. Pada usia 18 tahun ia dikirim ke sekolah KGB di Moskow. "Letaknya di Bolshoi Kiselny Pereulok, dekat Lapangan Dzerzhinsky," tuturnya. Akan sebutan lapangan itu, Dzerzhinsky, patut diingat: nama tersebut ddalah nama sahabat terpercaya Lenin, itu 'Bapak Rohani Revolusi Proletar Sejagat'. Dialah yang ditugasi membentuk Cheka, hanya tiga minggu setelah pemerintah Soviet berdiri. Diterima menjadi anggota KGB berarti lulus dari seleksi berlapis-lapis. "Mereka mengecek setiap detil calon anggota. Latar belakang keluarga, catatan sekolah, kesetiaan kepada partai (komunis)," tutur Llya. Dan hasil pengecekan itu diuji berulang-ulang. Loyalitas total merupakan syarat yang tak bisa ditawar. "Sekali anda masuk, kesempatan keluar hampir mustahil." Tidak ada istilah "minta berhenti." DI sekolah KGB itu mereka mempelajari sejarah partai komunis, sejarah Uni Soviet, dan sejarah pelbagai negeri. Ada kelas yang khusus mengajarkan matematika, fisika, dan kesusasteraan Rusia. Begitu pula dengan pelajaran bahasa asing. Tersedia banyak pilihan, tergantung kebutuhan dan tugas yang bakal diemban. Di situ diajarkan bahasa-bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Spanyol, Turki dan Parsi. "Kami juga mempelajari 'disiplin khusus' nomor satu, dua dan tiga," sambung Llya. Masing-masing untuk pekerjaan "intelijen, kontraintelijen, dan latihan fisik." Setiap anggota KGB dilatih membunuh, memang. Baik dengan pistol maupun pisau. Begitu pula penggunaan rupa-rupa racun, untuk rupa-rupa keperluan. "Kami dilatih menembak dalam gelap." Mereka dimasukkan ke dalam kamar tanpa cahaya. Ketika terdengar gerakan di kamar itu, tembakan dilepaskan. Begitu pula ketika tiba-tiba dibersitkan seberkas cahaya. Latihan ini sulit, tapi para siswa menyenanginya. Juga berbagai teknik menculik--tanpa bisa dilacak. Gemblengan itu makan waktu lima tahun. Dan lulusannya bukan saja dinilai berpendidikan tinggi. Melainkan juga memiliki ketangkasan fisik serta pengetahuan yang luas akan bahasa asing, kebuduyaan dan perabadan Barat. Dzhirkvelov kemudian ditempatkan 10 tahun di markas besar KGB di Moskow, sebuah gedung besar berwarna kelabu, masih di kawasan Lapangan Dzerzhinsky. "Ribuan orang bekerja di bangunan utama gedung ini," tuturnya. Gedung itu dikawal ketat. Tanpa sertifikat KGB, tak seorang bisa masuk. Tapi bangunan utamanya lebih tertutup. Bahkan anggota staf tidak diizinkan ke sana, tanpa izin khusus. KGB memiliki tiga divisi utama. Satu di antaranya berkantor di bangunan terpisah, sekitar 40 kilometer di luar Kota Moskow. aitu Divisi Induk Pertama. Divisi ini mengkoordinasikan unit intel gabungan. Termasuk kegiatan spionase di luar negeri. Divisi Induk Kedua menangani bidang kontraintelijen. Mereka memonitor kegiatan semua orang asing yang berada di Soviet. Tapi juga 'turut memikirkan' perkembangan negeri-negeri Eropa-Timur, khususnya anggota Pakta Warsawa. Divisi Induk Ketiga bertanggungjawab atas urusan kontraintelijen dalam tubuh Angkatan Bersen jata Soviet. Jaringannya sampai ke barak-barak para serdadu di seluruh negeri. Di samping itu terdapat berbagai direktorat dan departemen dengan tugas berbeda-beda. Ada yang khusus mencegah sabotase ekonomi, melindungi tokoh partai dan pemerintah, mengamankan bangunan, membayangbayangi oknum yang dicurigai, atau menyimak telegram. Ada pula departemen khusus yang lihai membangkitkan kerusuhan. Direktur KGB, Yuri Andropov berkantor di lantai tiga dan lantai empat bangunan utama. Jendelanya berhadapan dengan monumen Dzerzhinsky, dengan latar belakang pemandangan yang elok. A, dan para deputinya, mempunyai pintu masuk tersendiri: Pintu Satu. Tak ada orang lain yang boleh melewati pintu itu. "Dia orang yang sangat berkuasa," tutur Llya. "Tangan kanan Kepala Negara Uni Soviet." Llya mengaku tak pernah berhasil mendekati tokoh itu. Tapi "dari cerita teman-teman dekat, Andropov orang yang sangat cerdas." Ketika dibawa Brezhnev ke dalam lingkungan penguasa Soviet, 15 tahun lampau, Andropov hanya anggota partai. Tapi ia segera mafhum aksi apa yang dibutuhkan untuk "melindungi Politbiro dan pemerintah Soviet." Dengan GRU (Glavnoye Razvedyvatelnoye Upravleniye)--dinas intel tentara--KGB melakukan operasi terpisah. Kebanyakan anggota GRU bekerja di bawah perlindungan Kedubes Soviet. "Lihatlah misalnya daftar nama diplomat Soviet di London" kata Llya. Dari 40 nama, 10 terdaftar sebagai atase pertahanan. "Mereka orang GRU." Di lantai dasar Gedung Dzerzhinsky terdapat ruangan yang mengerikan. Inilah memang pusat tahanan dan interogasi. Pengelolaannya diserahkan kepada sebuah "Departemen Untuk Jiwa-Jiwa Sesat." "Orang yang ditahan di situ pasti akan mendekam lama," tutur Llya. Seorang sahabatnya pernah disekap empat tahun di sana, sebelum diajukan ke pengadilan. Penjara pertama, dalam kompleks itu, dinamakan Vnutrennaya Tyurma. Khusus untuk "orang-orang paling berbahaya". Misalnya warganegara Soviet yang dicurigai sebaga mata-mata asing. Ketika bertugas di markas besar, kerap kali Llya berkunjung ke tempat itu. "Di sana ada tenaga dokter yang menjalankan tindakan-tindakan psikiatris untuk memaksakan pengakuan para tertuduh." Penjara kedua bernama Lefortovo. Di sini ada perlengkapan khusus untuk menganiaya, antara lain seperangkat perkakas listrik. Ada pula kamar spesial, tempat tahanan diinterogasi sembari duduk di meja. Untuk jawaban mana saja yang tidak memuaskan, interogator bisa memencet tombol. Maka melesatlah sebuah bola kayu bertatahkan timah tepat ke perut korban. "Permainan itu bukan main bahayanya," kenang Llya. Tidak jarang yang diperiksa meninggal akibat luka luar-dalam di perut. Tapi tak seorang perwira KGB pernah memikirkan hal ini--termasuk Llya Dzhirkvelov sendiri. Mereka terlalu sibuk membangun karir masing-masing. Permainan asmara orang KGB pun tak bisa dilepaskan dari 'tugas mulia' mereka. Mereka bisa sangat mudah jatuh (dan putus) cinta. Tergantung pada kebutuhan. Tak ada anggota KGB menikah tanpa izin atasan. Sebaliknya, di luaran mereka tidak sulit mencari pasangan hidup. Setiap gadis Soviet yang ingin bermewahmewah pasti memilih taruna KGB sebagai suami. MAKA tatkala Dzhirkvelov jatuh cinta, ia mengajukan permohonan tertulis. Atasannya langsung mengerahkan sejumlah agen--untuk menyelidiki sang pacar. Segalanya diteliti dengan seksama. Masa sekolahnya, pekerjaannya, bahkan kegiatan keluarganya dua generasi ke belakang. Setelah upacara perkawinan, biasanya mcmpelai wanita dipanggil ke kantor. Di sana ia diberitahu betapa penting pekerjaan suaminya demi menyelamatkan negara. Karena itu ia diminta jangan menambah beban sang suami . Dzhirkvelov langsung menikah setelah lulus sekolah. Ia menerima penghasilan tiga kali gaji dokter, insinyur, atau dosen yang sudah mapan. - Padahal sebetulnya gaji tidak begitu penting untuk orang KGB. Prasarana yang disediakan untuk kehidupan mereka sudah hampir tidak terbatas. Mereka punya klinik-klinik khusus, dan berhak mendapat perlakuan istimewa di rumah sakit. Sanatorium mereka terdapat di pantai Laut Hitam dan di berbagai tempat lain. Di Moskow ada toko spesial untuk mereka. Di situ dijual wiski, jin, atau brendi Prancis--barang yang hampir mustahil diperoleh kawula Soviet yang lain. Ada cuti khusus seanak-bini. Tiket gratis pesawat terbang tersedia menuju Sochi di pantai Laut Hitam. Mereka juga bisa membeli mobil jauh lebih gampang dari orang penting Soviet yang lain. Perumahan bukan perkara sulit. Dulu mereka tinggal berkelompok di sebuah blok di Sadovoe Kolco, Maskow. Tapi tempat itu berhasil dicium intelintel Barat--yang lalu rajin datang ke sana, memotret kian ke mari, purapura belagak pilon. Blok itu langsung dibubarkan, penghuninya dipencar. Memesan tempat di restoran, orang KGB punya cara tersendiri. Misalkan pemilik restoran mengatakan tempat sudah penuh. Si jagoan akan berkata, dengan lemah lembut: "Batalkan salah seorang langganan anda. Nanti hubungi saya pada telepon nomor 2245678. Memang itu nomor saya di markas besar KGB." Pasti pemilik restoran tergugup-gugup dan jadi sangat patuh. Teknik itu juga lazim digunakan perwira KGB dan istrinya bila memesan barang di toko--dan mereka akan mendapat kesempatan pertama membeli barang impor terbaik dan paling baru. KGB punya klub khusus--di Jalan Raya Nijinsky "Bangunan itu meliputi dua restoran mewah, sebuah bioskop, dan tempat yang bagus untuk berdansa," tutur Dzhirkvelov. Film yang diputar di sana jauh mendahului bioskop umum mana pun. Termasuk film asing dan film untuk anak-anak. Orang KGB yang doyan sport, boleh datang ke Klub Olahraga Dinamo, salah satu yang terbaik di Uni Soviet. Untuk anak-anak mereka tersedia sekolah-sekolah khusus. SEMUA kedutaan besar Barat di Moskow diawasi KGB terus menerus," katanya Dzhirkvelov. Semuanya dicara ditempuh. Mulai penggunaan-penggunaan peralatan mutakhir, wajah cantik, sampai pada penyusupan langsung. Nah. Cara terakhir ini merupakan salah satu keahlian Llya. Dan ia pun bercerita tentang penyusupan yang pernah dilakukannya kedalam Kedutaan Besar Turki diMoskow. "Tim khusus kami terdiri dari enam perwira, dipimpin Kolonel Artem Davidyan," tutur Llya mengawali cerita. Rencana dan persiapan disusun matang. Pengecekan dan latihan memakan waktu tiga bulan. Ada empat target operasi ini. Pertama: mencari bukti keterlibatan beberapa warga Soviet dalam kegiatan para perwira intel Turki. Kedua, mencari berkas-berkas pertukaran informasi antara sumber intel Turki dan Amerika. Ketiga, memotret susunan kunci sandi Turki yang baru. Dan terakhir mengecek alat-alat perekam yang dipasang di sana oleh agen KGB terdahulu. Waktunya dipilih bertepatan dengan masa cuti Duta Besar dan sebagian stafnya. Personil yang tinggal saat itu hanya seorang konsul dan dua sekretaris pertama. Di Moskow, sebagian besar kontak sosial dengan para diplomat diatur KGB. Mulai kegiatan yang ada hubungannya dengan kebutuhan seks, sampai pada penyusunan acara yang disengaja bisa menyebabkan seorang diplomat meninggalkan rumahnya. Pada penyusupan ke Kedubes Turki itu, penghuninya lebih dulu diundang menghadiri sebuah jamuan makan malam. Tempatnya dirancang begitu rupa sehingga membutuhkan waktu tiga jam berkendaraan mobil. "Ketika kami tiba di sana," tutur Dzhirkvelov, "sejumlah ahli sudah menunggu." Yaitu orang-orang yang mampu membuka pelbagai kunci dalam waktu singkat dan tidak banyak ribut. Dan dalam waktu singkat antara tujuh sampai delapan ribu berkas berhasil dipotret. Tapi tiba-tiba terdengar laporan radio: salah seorang diplomat Turki itu meninggalkan pesta lebih dulu dan langsung menuju kedubesnya. Kolonel Davidyan, pemimpin tim, segera menghubungi pos komando KGB. Ia memesan "Tindakan Satu". Artinya: sebuah kecelakaan lalu lintas. Nomor mobil diplomat itu sudah di tangan KGB. Maka sebuah mobil khusus KGB menyongsong diplomat itu dalam perjalanan pulang, dan melakukan tabrakan yang tampaknya tidak dibuat-buat. Kerusakannya tak boleh berat. Tujuannya juga sekedar mengulur-ulur waktu. Sudah tentu sudah dipersiapkan beberapa saksi, dan seorang polisi lalu lintas--dari KGB. Meski orang Turki itu menunjukkan kartu diplomatiknya, ia tetap dibujuk singgah ke pos polisi terdekat untuk keperluan membuat laporan. Dan urusan itu ternyata makan waktu satu jam. Saksi-saksi berlagak pikun dan bolak-balik keliru menyebut nama dan alamat masing-masing. Dan dengan demikian tim Kolonel David yang sempat menyelesaikan tugasnya. Tapi penyusupan ke Kedubes Barat umumnya lebih sulit. "Anda tidak bisa menyusup ke Kedubes Amerika," kata Dzhirkvelov. Di sana, "semua dokumen ditempatkan dalam ruangan khusus yang dikawal, di lantai tiga." Pada umumnya sasaran dipusatkan pada perwakilan-perwakilan Dunia Ketiga. "Diplomat-diplomat Timur Tengah dan Afrika biasanya kurang profesional dan tidak begitu serius," kata Llya. Para diplomat muda dari Asia, Afrika dan Amerika Latin, juga umumnya merupakan sasaran empuk KGB. Lebih lagi di negeri-negeri yang sedang berkembang, KGB punya agen yang siap memberikan laporan mengenai personil kementerian luar negeri negara itu--yang bakal ditempatkan di Moskow. Lengkap dengan data pribadi. Makanya begitu seorang diplomat baru tiba di Moskow, ia sudah ada "di peta". Mereka tahu kegemarannya dan kecenderungannya--dalam hal politik, kesenian, anggur, kesukaan pada perempuan, ataupun uang. Sinisme Dzhirkvelov masih terasa, ketika ia berkata kepada wartawan John Dickie: "Semua orang suka duit." Dan KGB mampu membayar. Di dalam maupun di luar Uni Soviet. Tapi mereka menagih kwitansli, memang. Sederhana saja. Cukup asal dituliskan bahwa "saya telah menerima US$ 5000, atau US$ 25.000, atau berapa pun jumlah yang dibayarkan." Tentu agak sulit meminta orang menandatangani kwitansi macam ini. Tapi lama-lama berhasil juga. "Ibarat menjala ikan," kata Llya, "diperlukan kesabaran sebelum ia menggelepar di jaring anda." Adakah uang merupakan umpan paling ampuh? Ternyata tidak juga. Kalah dibanding seks. Dan KGB punya pengalaman dan sarana yang sangat ampuh dalam bidang ini. "Wanita-wanita yang kami gunakan Sebagai layaknya organisasi berdisiplin ketat, KGB menggunakan seks semata-mata untuk tujuan ke luar. Ke dalam barisan sendiri, KGB bertindak puritan dan sangat tertib. Anggota KGB yang rumahtangganya cekcok saja bakal dicurigai. Kalau sampai bercerai, di akan dinilai sebagai orang yang tidak serius. Jadi, wanita-wanita yang digunakan sebagai umpan memang khusus disewa. Meski demikian tidak sembarang perempuan bisa dipanggil. Mereka dipilih dari file KGB secara seksama. Dan wanita-wanita yang pernah terlibat dalam kejahatan kecil, atau putus asmara, ternyata lebih disukai. Kemudian mereka dilatih. "Dilatih seperti halnya para germo melatih lonte di dunia Barat," katanya. Bedanya, wanita-wanita KGB inidiajari bahasa asing, kemampuan berpura-pura, dan--tentu saja--permainan mengesankan di ranjang. Setelah lulus mereka menempati apartemen bagus. Diberi uang dan pakaian. Acapkali pula disetujui menjalankan praktek persundalan, dengan sasaran pokok para pengusaha Barat. Dalam kasus "perangkap seks" ini, Ilya menuturkan sebuah cerita. Tersebutlah seorang diplomat muda Afrika, bernama Joe (bukan nama asli). "Ia datang ke mari dengan pengetahuan bahasa Rus yang baik," kata Ilya. Ramah, mudah bersahabat. Ia bujangan, suka makan di luar dan menyapa orang-orang di restoran. Ia segera berteman dengan gadis-gadis Rus. Beberapa di antaranya menjadi kawan kencannya secara tetap. "Tapi tak ada di antara gadis-gadis itu yang bisa dijadikan umpan," tutur llya. Maka "kami menugasi Annasalah seorang umpan KGB yang cantik dan terlatih." Anna hanya membutuhkan waktu setengah jam untuk menarik hati Joe dalam pertemuan di sebuah rumah makan. Keduanya segera akrab. "Langkah selanjutnya ialah menyeret Joe ke sebuah apartemen untuk bermain cinta," sambung Llya. Tidak terlalu sulit. Anna menggiring diplomat Afrika itu ke sebuah kamar yang sudah diperlengkapi alat perekam suara dan gambar. Semua 'permainan' mereka didokumentasikan. PADA tahap ini muncullah Llya dan seorang perempuan sewaan KGB. Mereka, berlagak sebagai sepasang suami-istri teman-teman lama Anna. Dan keempat orang itu kemudian sering terlihat bepergian ke mana-mana. Setelah beberapa waktu, Anna mulai diperintahkan membuat ulah. Memancing-mancing pertengkaran dengan pacar Afrika-nya. Sampai pada suatu malam, Joe kehilangan kesabaran dan menonjok si cewek. Memang itulah yang ditunggu-tunggu. Anna segera melapor kepada polisi. Dan orang-orang KGB yang berlagak sebagai petugas kepolisian, segera mengusut Joe. Saat itulah Llya datang--sebagai "teman beberapa orang berpengaruh." Ia meyakinkan Joe, bahwa diplomat itu dalam kesulitan besar. Ia juga mulai menyingkapkan: mereka punya pita-suara dan film yang merekam semua tingkah Joe dan Anna. Kalau sampai jadi perkara, barang-barang ini pasti menjadi bukti yang sungguh tak sedap. Tapi Llya juga mengaku "punya kontak dengan penguasa." Jadi, "segalanya bisa diatur, asal anda bersedia memberikan informasi kepada kami," katanya kepada Joe. Diplomat itu sadar bahwa ia diperas. Tapi tak ada jalan lain. Daripada kehilangan karir diplomatik dan dimaki-maki di negerinya, lebih baik membantu KGB secara diam-diam. "Dia kemudian menjadi Dubes, dan sekarang tokoh penting Deplu negerinya," tutur Llya. Nama lengkap orang itu sudah diberikan Llya kepada dinas rahasia Inggris, ketika Llya membelot ke negeri ini. TAPI Llya Dzhirkvelov sendiri menempuh jalan panjang dan berliku-liku sebelum berhasil lolos ke Barat. Ia mengalami ditempatkan di berbagai pos di luar negeri Kadang sebagai diplomat, acap pula sebagai wartawan. Tahun-tahun terakhir menjelang pembelotannya, llya bertugas sebagai wartawan Tass, kantor berita resmi Uni Soviet. Empat tahun yang lalu ia ditempatkan sebagai press officer WHO di Jenewa. "Kot itu sekarang merupakan pusat operasi spionase Soviet untuk Eropa Barat," katanya. Dengan menyediakan lokasi bagi sejumlah badan PBB di sana, Jenewa menampung ribuan pekerja internasional. Banyak di antaranya orang Rusia. Dan dalam presentase yang cukup tinggi, orang-orang KGB menyelip di sana-sini. Mulanya Llya mengharapkan suasana tenang dan damai di Swiss. Tapi "ternyata Jenewa kampung para spion." Lebih banyak agen KGB yang bekerja di sini ketimbang kota mana pun di Barat atau Dunia Ketiga. Mereka ambil bagian dalam semua organisasi internasional. Mulai dari pusat kegiatan PBB di Palais des Nations, sampai pada organisasi semacam ILO, WMO, ITU, atau bahkan Palang Merah Internasional. Salah satu sukses Soviet, menurut Llya ialah karena kepala personalia PBB di sana seorang Rusia. Namanya Geli Dneprovsky. Konon ketika Sekjen PBB Kurtaldheim berkunjung ke Jenewa, ia pernah ditanya mengenai kemungkinan Dneprovsky anggota KGB. Waldheim dikabarkan mengangkat bahu seraya berkata, "Saya tidak tahu, saya tidak punya bukti." Sekitar 300 meter dari kantor WHO di Rue de la Paix, terletaklah pos komando intelijen Soviet. Yaitu wisma perwakilan Uni Soviet yang dibantu sekitar 125 orang perwira terlatih. Tiap minggu ada pertemuan bergantian untuk intel Soviet dari rupa-rupa kegiatan. Hari Selasa khusus untuk intel-intel yang bekerja di WHO. Esoknya untuk mereka yang "dikaryakan" di Palais des Nations. Sekali sebulan semuanya berkumpul merancang langkah. Sejak hari pertama di Jenewa, 1977, Dzhirkvelov diberitahu bahwa tugas pokoknya adalah untuk pemerintah Soviet--bukan WHO. Pada pertemuan pertama dengan Sekjen Partai Komunis di Jenewa, Herman Kondakov, ia diminta melaporkan kegiatan perwakilan negeri lain di WHO. Pemimpin tertinggi mereka di wilayah ini ialah seorang perwira senior KGB, Kolonel Italy Pochankin. "Anda akan dinilai bukan dari reputasi sebagai pegawai WHO," kata Llya menirukan Kondakov. "Melainkan dari laporan yang anda kirim ke Moskow" la dipesankan untuk lebih memperhatikan orang dari negeri sedang berkembang. Maka dalam setahun, "ada 900 laporan terpisah dikirimkan ke Moskow oleh agen-agen yang bekerja di WHO saja," tutur Llya. Tapi di Jenewa pula Dzhirkvelov mulai muak terhadap sistem yang diabdinya. "Korupsi merajalela," katanya. "Dan nepotisme diperagakan secara terbuka." Tokoh-tokoh Partai Komunis Uni Soviet ternyata berebutan menempatkan sanak-familinya di Jenewa. Dubes Soviet di Jepang, Dimitri Bolyianski, misalnya, mati-matian berusaha mencarikan pos untuk anaknya di situ. Ada lagi contoh lain--menyangkut anggota Komite Sentral Partai Komunis Uni Soviet, Biryokove. Anak perempuannya bertugas sebagai dokter gigi di perwakilan Soviet di Jenewa --dengan perlengkapan modern dari uang negara. "Tapi orang perwakilan yang sakit gigi harus berobat ke dokter Swiss dan mengeluarkan duit," kata Llya. Begitu pula Aleksander Kiselev, konsul perwakilan Soviet di Jenewa. Ia berhasil menempatkan istrinya sebagai penerjemah di WHO. "Padahal perempuan itu tak becus berbahasa Inggris maupun Prancis." Tapi rupanya kegusaran Llya mulai dicium para kamerad. Ia dibayang-bayangi. Bulan Maret tahun lalu, kebetulan ia mengalami kecelakaan lalu lintas ringan di Jenewa. Peristiwa ini segera dilaporkan ke Moskow--dan menjadi alasan untuk memanggilnya pulang. Pada 22 Maret 1980 ia tiba di Moskow dengan kepercayaan yang besar kepada diri sendiri. Tapi rupanya, intrik sudah berkembang. Ia telanjur dicap sebagai penyebar desas-desus. Dan diperintahkan untuk tidak kembali ke Jenewa. Bahkan dilarang menjemput istri dan anak perempuannya yang masih tinggal di sana. Sebagai anggota KGB dengan pengalaman 35 tahun, Llya Dzhirkvelov langsung mafhum malapetaka yang sedang mengincarnya. Sikap yang diambilnya ialah: di depan para atasannya, ia taat. Tak sepatah kata pun membantah. Ia pulang dengan tenang ke apartemen di Moskow. Tapi dari sana, melalui jalan lain ia langsung ke lapangan terbang. Dengan menggunakan paspor diplomatiknya, ia membeli tiket pesawat ke Wina. Ia bertaruh dengan kemungkinan: orang-orang kantornya tak akan menyangka ia bertindak demikian cepat. Dan ternyata benar. Di Wina llya menyewa mobil. Lewat jalan pegunungan ia mencapai Swiss. Tiba di Jenewa, ia lebih dulu mengawasi apartemennya dari luar. Dan baru menyelinap masuk pada dinihari. Sampai detik itu hampir lima hari ia tak tidur. KEPADA istrinya diceritakannya dengan cepat apa yang sedang dan bakal terjadi. "Tidak ada yang dapat dilakukan kecuali membelot," katanya. "Tidak ada hari depan untuk kita selain minggat--ke Inggris." Beberapa jam kemudian mereka sudah berada di kendaraan. Menyeberangi perbatasan menuju Prancis--dan membuka konhk dengan dinas rahasia Inggris. Ilya Grigorevich Dzhirkvelov, Kapten KGB itu, menyatakan belot dari tanah airnya dan memohon tanah air dan hidup yang baru. Sesuai dengan prosedur ia tentu saja diinterogasi "pihak lawan" ini. Berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Sampai kemudian segalanya dinyatakan selesai. Ia mendapat nama baru, kampung halaman baru, perlindungan sebisa-bisanya, dan kesempatan beroleh penghasilan. Sebagai imbalannya, mungkin saja Llya menurunkan semua simpanan pengetahuannya tentang KGB, tempat ia mengabdi sejak berusia belasan tahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus