Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
NAMANYA sebetulnya bagus. KGB. Singkatan dari Komitet
Gosudarstvennoy Bezopasnosti, Komite Kemanan Negara. Tapi
inilah konon "dinas rahasia paling keji di dunia."
Setidak-tidaknya menurut versi Barat.
Sejarahnya bermula dari kemenangan revolusi Bolsyewik di Rusia,
1917. Begitu berkuasa, pemerintah proletar ketika itu mendirikan
Cheka, Chrezvychaynaya Komissiya Po Borbes Kontrrevolyutsiyey I
Sabotazhem. Tugasnya: "mengganyang setiap bentuk kontrarevolusi
dan sabotase."
Lima tahun kemudian Cheka didandani. Namanya ditukar menjadi
GPU, Gosudarstvennoye Politicheskoye Upravlaniye. Tahun 1934 GPU
diperbarui dan mendapat nama NKVD, Narodny Komisariat
Vnutrennikh Del.
Selama Perang Dunia II, beberapa instansi intel dan spionase
tumbuh di Soviet. Salah satu di antaranya MGB, Ministerstvo
Gosudarstvennoy Bezopasnosti. Terakhir muncul KGB, bentuk yang
dianggap paling sempurna.
Sejak itu ia merupakan badan intel yang paling ampuh sepanjang
sejarah Rusia dan Uni Soviet. Sebagian pengamat menyebut KGB
kekuatan nomor dua--setelah Angkatan Bersenjata -- dalam
struktur kekuasaan Soviet. Kesimpulan ini masih bisa
dipersoalkan.
Menurut taksiran Encyclopaedia Britannica edisi XV, 1977, KGB
mempekerjakan lebih 100 ribu tenaga. Perkiraan lain di Barat
menyebut angka setengah juta. Tapi, "menurut perhitungan saya,
jumlah sesungguhnya lebih dari 700 ribu, dan senantiasa
bertambah dari tahun ke tahun." tutur Dzhirkvelov, seperti
dikutip wartawan John Dickie untuk harian New Straits Times
bulan kemarin.
Siapa orang ini? Dengan hak apa ia bicara mengenai "salah satu
organisasi sekuriti terbesar yang pernah dikenal dunia" ini?
llya Grigorevich Dzhirkvelov adalah salah seorang "operator
internasional KGB cabang atas", dengan pengalaman lebih 30
tahun. Ia digembleng dalam pelbagai tingkat latihan dan sekolah
spionase. Terlibat dalam "semua jenis aktivitas KGB." Dipilih
melaksanakan berbagai mission di dalam dan luar tanah air. Dan
membelot ke Inggris 28 Maret tahun kemarin.
Kini ia hidup tenang di Inggris Tenggara. Menikmati babakan baru
bersama keluarga, di sebuah rumah tepi kota dengan halaman luas
dan suasana yang teduh.
Tapi penuh kewaspadaan--sebagai layaknya seorang intel kawakan:
Siapa tahu seorang 'kamerad lama' datang bertamu, sembari
mengantarkan 'upah' yang disediakan bagi setiap pengkhianat.
John Dickie sudah menghabiskan waktu berminggu-minggu sebelum
berhasil mendapat persetujuan Dzhirkvelov untuk
berbincang-bincang. "Kami berjumpa di berbagai tempat dan
kesempatan yang berbeda-beda," tulisnya. Dan dalam setiap
pertemuan itu "Dzhirkvelov tampak dalam kewaspadaan mutlak
terhadap setiap hal dan setiap orang dalam radius 30 meter."
BERDASAR, penuturan Dzhirkyelov KGB ternyata menjadi incaran
banyak pencinta karir di Soviet. Sebab di situ terbuka
kesempatan menikmati peradaban dan kemewahan Barat--yang di
Soviet merupakan barang langka--atau ditempatkan di salah satu
pos diplomatik di luar negeri.
"Tapi kami juga dilatih membunuh," ucap Dzhirkvelov, dengan
tekanan suara yang sukar ditafsirkan. Ia mengangkat dan
memperhatikan tangannya yang mulai gemetar oleh usia tua.
"Tangan ini pernah dilatih untuk membunuh," desisnya. "Membunuh
dengan cepat dan senyap."
Setiap kader KGB ditempa dalam masa persiapan yang gencar, namun
penuh kesabaran. Mereka fasih dalam pelbagai bahasa asing, lihai
memecahkan sandi, tangkas berpolitik, bahkan kadang bijak
berfilsafat. Di sana terhimpun ilmuwan, ahli sejarah, dan
peneliti. "Tapi juga penyelundup, maling, aktor, dan penipu,"
tulis Dickie.
KGB juga memiliki sejumlah 'karyawan sipil'. Terdiri dari opas,
kerani, pengelola arsip, penerjemah, peneliti, dan jurutulis
khusus yang bertugas menyalin tumpukan catatan yang berhasil
dihimpun.
Berapa dana yang disediakan untuk menggerakkan 'mesin raksasa'
ini? "Di Rusia tidak ada persoalan biaya hila masalahnya
menyangkut kepentingan negara," jawab Dzhirkvelov. Dana KGB
tidak terbatas.
CIA pernah menaksir budet KGB sekitar Rp 1,49 trilyun
setahun. "Kenyataanya mungkin dua kali lipat," kata
Dzhirkvevov. Tapi ia Juga mengakui, ada yang tahu persis".
Angka-angka seperti itu selalu dirahasiakan. Tak seorang berhak
mempertanyakannya.
Betapa pentingnya badan ini, bisa dilihat dari kekariban para
pemimpinnya dengan tokoh-tokoh presidium tertinggi Uni Soviet.
Kepala KGB Yuri Andropov "mempunyai hubungan langsung dengan
Brezhnev." Kedua orang itu duduk berdampingan di Politbiro.
"Perkataan mereka menjadi sabda," tutur Dzhirkvelov.
Itulah sebabnya KGB punya kekuasaan luar biasa. Mereka mengawasi
secara ketat setiap pendatang yang mencurigakan. Entah delegasi
serikat buruh, pedagang, wartawan, seniman-seniwati, entah tokoh
dari proesi lain.
Setiap kamar hotel dipasang alat pelacak Tidak hanya di Moskow,
melainkan di setiap hotel pariwisata yang mungkin dikunjungi
pelancong. Tembok dan langit-langit kamar menyembunyikan tape
recorder yang mampu merekam pembicaraan maupun percakapan
telepon.
KGB menguntit orang asing yang santap di restoran, di
tempat-tempat mewah sekitar Moskow, bahkan sampai ke kota-kota
provinsi seperti Kiev, Tashkent atau Tbilisi.
Di tempat tertentu mereka memiliki kamar khusus dengan kamera di
belakang tembok. "Cara ini sebetulnya tidak istimewa," kata
Dzhirkvelov. "Tapi saya khawatir orang-orang di Barat meremehkan
skala aktivitas mereka."
DAN "skala" itu memang sulit digambarkan. Ia, misalnya, meliputi
sekian mil pita rekaman, ribuan juru ketik penyalin manuskrip,
dan ralusan pekerja tekun yang 'merayap' di atas tumpukan data
dan informasi--yang tidak akan pernah d ianggap lengkap sampai
dunia kiamat.
Llya Grigorevich Dzhirkvelov terjun ke dunia mata-mata Januari
1944. Ketika itu Perang Dunia II sedang berkecamuk, dan ia
berusia 17 tahun.
Dia bukan orang Rus. Melainkan pribumi Georgia, sebuah
'republik' di selatan dengan kebanggaan yang khas akan bahasa
dan budayanya. Dari wilayah ini juga datang Stalin, dan kepala
polisi Soviet yang pertama, Beria.
Masa sekolahnya terputus oleh invasi tentara Jerman ke selatan,
yang mengancam langsung jantung Georgia. Llya masuk
Komsomol--Liga Komunis Muda yang terkenal patriotik berapi-api.
Dalam organisasi inilah ia pertama kali bekerja membantu
tentara. Dan terlibat dalam kegiatan pengintaian di belakang
garis pertahanan Jerman. Untuk keberanian itu ia mengantungi
sejumlah medali dan penghargaan.
Ketika tiba saatnya resmi menjadi tentara, Llya didaftarkan ke
dalam unit KGB Berseragam. Tahun 1945 unit-unit KGB dibubarkan.
Tapi para prajurit dengan reputasi prima dipilih untuk "sebuah
program di masa depan."
Dalam memilih orang, KGB tidak sembarangan. Badan ini memiliki
sejumlah pencari bakat yang mengendus kian ke mari. Akademi dan
perguruan tinggi termasuk sasaran 'perburuan' mereka. Misalnya
Institut Luar Negeri Moskow, yang lebih terkenal dengan sebutan
GIMO. Mereka hampir tidak punya kesulitan merekrut calon kader.
Llya sendiri senang bukan buatan ketika ia diterima sebagai
anggota tetap. Pada usia 18 tahun ia dikirim ke sekolah KGB di
Moskow. "Letaknya di Bolshoi Kiselny Pereulok, dekat Lapangan
Dzerzhinsky," tuturnya.
Akan sebutan lapangan itu, Dzerzhinsky, patut diingat: nama
tersebut ddalah nama sahabat terpercaya Lenin, itu 'Bapak Rohani
Revolusi Proletar Sejagat'. Dialah yang ditugasi membentuk
Cheka, hanya tiga minggu setelah pemerintah Soviet berdiri.
Diterima menjadi anggota KGB berarti lulus dari seleksi
berlapis-lapis. "Mereka mengecek setiap detil calon anggota.
Latar belakang keluarga, catatan sekolah, kesetiaan kepada
partai (komunis)," tutur Llya. Dan hasil pengecekan itu diuji
berulang-ulang.
Loyalitas total merupakan syarat yang tak bisa ditawar. "Sekali
anda masuk, kesempatan keluar hampir mustahil." Tidak ada
istilah "minta berhenti."
DI sekolah KGB itu mereka mempelajari sejarah partai
komunis, sejarah Uni Soviet, dan sejarah pelbagai negeri. Ada
kelas yang khusus mengajarkan matematika, fisika, dan
kesusasteraan Rusia.
Begitu pula dengan pelajaran bahasa asing. Tersedia banyak
pilihan, tergantung kebutuhan dan tugas yang bakal diemban. Di
situ diajarkan bahasa-bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Spanyol,
Turki dan Parsi.
"Kami juga mempelajari 'disiplin khusus' nomor satu, dua dan
tiga," sambung Llya. Masing-masing untuk pekerjaan "intelijen,
kontraintelijen, dan latihan fisik."
Setiap anggota KGB dilatih membunuh, memang. Baik dengan pistol
maupun pisau. Begitu pula penggunaan rupa-rupa racun, untuk
rupa-rupa keperluan.
"Kami dilatih menembak dalam gelap." Mereka dimasukkan ke dalam
kamar tanpa cahaya. Ketika terdengar gerakan di kamar itu,
tembakan dilepaskan. Begitu pula ketika tiba-tiba dibersitkan
seberkas cahaya. Latihan ini sulit, tapi para siswa
menyenanginya. Juga berbagai teknik menculik--tanpa bisa
dilacak.
Gemblengan itu makan waktu lima tahun. Dan lulusannya bukan
saja dinilai berpendidikan tinggi. Melainkan juga memiliki
ketangkasan fisik serta pengetahuan yang luas akan bahasa
asing, kebuduyaan dan perabadan Barat.
Dzhirkvelov kemudian ditempatkan 10 tahun di markas besar KGB di
Moskow, sebuah gedung besar berwarna kelabu, masih di kawasan
Lapangan Dzerzhinsky. "Ribuan orang bekerja di bangunan utama
gedung ini," tuturnya.
Gedung itu dikawal ketat. Tanpa sertifikat KGB, tak seorang bisa
masuk. Tapi bangunan utamanya lebih tertutup. Bahkan anggota
staf tidak diizinkan ke sana, tanpa izin khusus.
KGB memiliki tiga divisi utama. Satu di antaranya berkantor di
bangunan terpisah, sekitar 40 kilometer di luar Kota Moskow.
aitu Divisi Induk Pertama. Divisi ini mengkoordinasikan unit
intel gabungan. Termasuk kegiatan spionase di luar negeri.
Divisi Induk Kedua menangani bidang kontraintelijen. Mereka
memonitor kegiatan semua orang asing yang berada di Soviet. Tapi
juga 'turut memikirkan' perkembangan negeri-negeri Eropa-Timur,
khususnya anggota Pakta Warsawa.
Divisi Induk Ketiga bertanggungjawab atas urusan kontraintelijen
dalam tubuh Angkatan Bersen jata Soviet. Jaringannya sampai ke
barak-barak para serdadu di seluruh negeri.
Di samping itu terdapat berbagai direktorat dan departemen
dengan tugas berbeda-beda. Ada yang khusus mencegah sabotase
ekonomi, melindungi tokoh partai dan pemerintah, mengamankan
bangunan, membayangbayangi oknum yang dicurigai, atau menyimak
telegram. Ada pula departemen khusus yang lihai membangkitkan
kerusuhan.
Direktur KGB, Yuri Andropov berkantor di lantai tiga dan lantai
empat bangunan utama. Jendelanya berhadapan dengan monumen
Dzerzhinsky, dengan latar belakang pemandangan yang elok. A, dan
para deputinya, mempunyai pintu masuk tersendiri: Pintu Satu.
Tak ada orang lain yang boleh melewati pintu itu. "Dia orang
yang sangat berkuasa," tutur Llya. "Tangan kanan Kepala Negara
Uni Soviet."
Llya mengaku tak pernah berhasil mendekati tokoh itu. Tapi "dari
cerita teman-teman dekat, Andropov orang yang sangat cerdas."
Ketika dibawa Brezhnev ke dalam lingkungan penguasa Soviet, 15
tahun lampau, Andropov hanya anggota partai. Tapi ia segera
mafhum aksi apa yang dibutuhkan untuk "melindungi Politbiro dan
pemerintah Soviet."
Dengan GRU (Glavnoye Razvedyvatelnoye Upravleniye)--dinas intel
tentara--KGB melakukan operasi terpisah. Kebanyakan anggota GRU
bekerja di bawah perlindungan Kedubes Soviet.
"Lihatlah misalnya daftar nama diplomat Soviet di London" kata
Llya. Dari 40 nama, 10 terdaftar sebagai atase pertahanan.
"Mereka orang GRU."
Di lantai dasar Gedung Dzerzhinsky terdapat ruangan yang
mengerikan. Inilah memang pusat tahanan dan interogasi.
Pengelolaannya diserahkan kepada sebuah "Departemen Untuk
Jiwa-Jiwa Sesat."
"Orang yang ditahan di situ pasti akan mendekam lama," tutur
Llya. Seorang sahabatnya pernah disekap empat tahun di sana,
sebelum diajukan ke pengadilan.
Penjara pertama, dalam kompleks itu, dinamakan Vnutrennaya
Tyurma. Khusus untuk "orang-orang paling berbahaya". Misalnya
warganegara Soviet yang dicurigai sebaga mata-mata asing.
Ketika bertugas di markas besar, kerap kali Llya berkunjung ke
tempat itu. "Di sana ada tenaga dokter yang menjalankan
tindakan-tindakan psikiatris untuk memaksakan pengakuan para
tertuduh."
Penjara kedua bernama Lefortovo. Di sini ada perlengkapan khusus
untuk menganiaya, antara lain seperangkat perkakas listrik. Ada
pula kamar spesial, tempat tahanan diinterogasi sembari duduk di
meja.
Untuk jawaban mana saja yang tidak memuaskan, interogator bisa
memencet tombol. Maka melesatlah sebuah bola kayu bertatahkan
timah tepat ke perut korban. "Permainan itu bukan main
bahayanya," kenang Llya. Tidak jarang yang diperiksa meninggal
akibat luka luar-dalam di perut.
Tapi tak seorang perwira KGB pernah memikirkan hal ini--termasuk
Llya Dzhirkvelov sendiri. Mereka terlalu sibuk membangun karir
masing-masing.
Permainan asmara orang KGB pun tak bisa dilepaskan dari 'tugas
mulia' mereka. Mereka bisa sangat mudah jatuh (dan putus) cinta.
Tergantung pada kebutuhan. Tak ada anggota KGB menikah tanpa
izin atasan.
Sebaliknya, di luaran mereka tidak sulit mencari pasangan hidup.
Setiap gadis Soviet yang ingin bermewahmewah pasti memilih
taruna KGB sebagai suami.
MAKA tatkala Dzhirkvelov jatuh cinta, ia mengajukan permohonan
tertulis. Atasannya langsung mengerahkan sejumlah agen--untuk
menyelidiki sang pacar. Segalanya diteliti dengan seksama. Masa
sekolahnya, pekerjaannya, bahkan kegiatan keluarganya dua
generasi ke belakang.
Setelah upacara perkawinan, biasanya mcmpelai wanita dipanggil
ke kantor. Di sana ia diberitahu betapa penting pekerjaan
suaminya demi menyelamatkan negara. Karena itu ia diminta jangan
menambah beban sang suami .
Dzhirkvelov langsung menikah setelah lulus sekolah. Ia menerima
penghasilan tiga kali gaji dokter, insinyur, atau dosen yang
sudah mapan.
- Padahal sebetulnya gaji tidak begitu penting untuk orang KGB.
Prasarana yang disediakan untuk kehidupan mereka sudah hampir
tidak terbatas.
Mereka punya klinik-klinik khusus, dan berhak mendapat perlakuan
istimewa di rumah sakit. Sanatorium mereka terdapat di pantai
Laut Hitam dan di berbagai tempat lain.
Di Moskow ada toko spesial untuk mereka. Di situ dijual wiski,
jin, atau brendi Prancis--barang yang hampir mustahil diperoleh
kawula Soviet yang lain.
Ada cuti khusus seanak-bini. Tiket gratis pesawat terbang
tersedia menuju Sochi di pantai Laut Hitam. Mereka juga bisa
membeli mobil jauh lebih gampang dari orang penting Soviet yang
lain.
Perumahan bukan perkara sulit. Dulu mereka tinggal berkelompok
di sebuah blok di Sadovoe Kolco, Maskow. Tapi tempat itu
berhasil dicium intelintel Barat--yang lalu rajin datang ke
sana, memotret kian ke mari, purapura belagak pilon. Blok itu
langsung dibubarkan, penghuninya dipencar.
Memesan tempat di restoran, orang KGB punya cara tersendiri.
Misalkan pemilik restoran mengatakan tempat sudah penuh. Si
jagoan akan berkata, dengan lemah lembut: "Batalkan salah
seorang langganan anda. Nanti hubungi saya pada telepon nomor
2245678. Memang itu nomor saya di markas besar KGB." Pasti
pemilik restoran tergugup-gugup dan jadi sangat patuh.
Teknik itu juga lazim digunakan perwira KGB dan istrinya bila
memesan barang di toko--dan mereka akan mendapat kesempatan
pertama membeli barang impor terbaik dan paling baru.
KGB punya klub khusus--di Jalan Raya Nijinsky "Bangunan itu
meliputi dua restoran mewah, sebuah bioskop, dan tempat yang
bagus untuk berdansa," tutur Dzhirkvelov. Film yang diputar di
sana jauh mendahului bioskop umum mana pun. Termasuk film asing
dan film untuk anak-anak.
Orang KGB yang doyan sport, boleh datang ke Klub Olahraga
Dinamo, salah satu yang terbaik di Uni Soviet. Untuk anak-anak
mereka tersedia sekolah-sekolah khusus.
SEMUA kedutaan besar Barat di Moskow diawasi KGB terus
menerus," katanya Dzhirkvelov. Semuanya dicara ditempuh. Mulai
penggunaan-penggunaan peralatan mutakhir, wajah cantik, sampai
pada penyusupan langsung. Nah. Cara terakhir ini merupakan salah
satu keahlian Llya.
Dan ia pun bercerita tentang penyusupan yang pernah dilakukannya
kedalam Kedutaan Besar Turki diMoskow.
"Tim khusus kami terdiri dari enam perwira, dipimpin Kolonel
Artem Davidyan," tutur Llya mengawali cerita. Rencana dan
persiapan disusun matang. Pengecekan dan latihan memakan waktu
tiga bulan.
Ada empat target operasi ini. Pertama: mencari bukti
keterlibatan beberapa warga Soviet dalam kegiatan para perwira
intel Turki. Kedua, mencari berkas-berkas pertukaran informasi
antara sumber intel Turki dan Amerika. Ketiga, memotret susunan
kunci sandi Turki yang baru. Dan terakhir mengecek alat-alat
perekam yang dipasang di sana oleh agen KGB terdahulu.
Waktunya dipilih bertepatan dengan masa cuti Duta Besar dan
sebagian stafnya. Personil yang tinggal saat itu hanya seorang
konsul dan dua sekretaris pertama.
Di Moskow, sebagian besar kontak sosial dengan para diplomat
diatur KGB. Mulai kegiatan yang ada hubungannya dengan
kebutuhan seks, sampai pada penyusunan acara yang disengaja
bisa menyebabkan seorang diplomat meninggalkan rumahnya.
Pada penyusupan ke Kedubes Turki itu, penghuninya lebih dulu
diundang menghadiri sebuah jamuan makan malam. Tempatnya
dirancang begitu rupa sehingga membutuhkan waktu tiga jam
berkendaraan mobil.
"Ketika kami tiba di sana," tutur Dzhirkvelov, "sejumlah ahli
sudah menunggu." Yaitu orang-orang yang mampu membuka pelbagai
kunci dalam waktu singkat dan tidak banyak ribut.
Dan dalam waktu singkat antara tujuh sampai delapan ribu berkas
berhasil dipotret. Tapi tiba-tiba terdengar laporan radio: salah
seorang diplomat Turki itu meninggalkan pesta lebih dulu dan
langsung menuju kedubesnya.
Kolonel Davidyan, pemimpin tim, segera menghubungi pos komando
KGB. Ia memesan "Tindakan Satu". Artinya: sebuah kecelakaan lalu
lintas.
Nomor mobil diplomat itu sudah di tangan KGB. Maka sebuah mobil
khusus KGB menyongsong diplomat itu dalam perjalanan pulang, dan
melakukan tabrakan yang tampaknya tidak dibuat-buat.
Kerusakannya tak boleh berat. Tujuannya juga sekedar
mengulur-ulur waktu.
Sudah tentu sudah dipersiapkan beberapa saksi, dan seorang
polisi lalu lintas--dari KGB. Meski orang Turki itu menunjukkan
kartu diplomatiknya, ia tetap dibujuk singgah ke pos polisi
terdekat untuk keperluan membuat laporan.
Dan urusan itu ternyata makan waktu satu jam. Saksi-saksi
berlagak pikun dan bolak-balik keliru menyebut nama dan alamat
masing-masing. Dan dengan demikian tim Kolonel David yang sempat
menyelesaikan tugasnya.
Tapi penyusupan ke Kedubes Barat umumnya lebih sulit. "Anda
tidak bisa menyusup ke Kedubes Amerika," kata Dzhirkvelov. Di
sana, "semua dokumen ditempatkan dalam ruangan khusus yang
dikawal, di lantai tiga."
Pada umumnya sasaran dipusatkan pada perwakilan-perwakilan Dunia
Ketiga. "Diplomat-diplomat Timur Tengah dan Afrika biasanya
kurang profesional dan tidak begitu serius," kata Llya. Para
diplomat muda dari Asia, Afrika dan Amerika Latin, juga umumnya
merupakan sasaran empuk KGB. Lebih lagi di negeri-negeri yang
sedang berkembang, KGB punya agen yang siap memberikan laporan
mengenai personil kementerian luar negeri negara itu--yang bakal
ditempatkan di Moskow. Lengkap dengan data pribadi.
Makanya begitu seorang diplomat baru tiba di Moskow, ia sudah
ada "di peta". Mereka tahu kegemarannya dan
kecenderungannya--dalam hal politik, kesenian, anggur, kesukaan
pada perempuan, ataupun uang.
Sinisme Dzhirkvelov masih terasa, ketika ia berkata kepada
wartawan John Dickie: "Semua orang suka duit." Dan KGB mampu
membayar. Di dalam maupun di luar Uni Soviet.
Tapi mereka menagih kwitansli, memang. Sederhana saja. Cukup
asal dituliskan bahwa "saya telah menerima US$ 5000, atau US$
25.000, atau berapa pun jumlah yang dibayarkan."
Tentu agak sulit meminta orang menandatangani kwitansi macam
ini. Tapi lama-lama berhasil juga. "Ibarat menjala ikan," kata
Llya, "diperlukan kesabaran sebelum ia menggelepar di jaring
anda." Adakah uang merupakan umpan paling ampuh?
Ternyata tidak juga. Kalah dibanding seks. Dan KGB punya
pengalaman dan sarana yang sangat ampuh dalam bidang ini.
"Wanita-wanita yang kami gunakan Sebagai layaknya organisasi
berdisiplin ketat, KGB menggunakan seks semata-mata untuk tujuan
ke luar. Ke dalam barisan sendiri, KGB bertindak puritan dan
sangat tertib.
Anggota KGB yang rumahtangganya cekcok saja bakal dicurigai.
Kalau sampai bercerai, di akan dinilai sebagai orang yang tidak
serius. Jadi, wanita-wanita yang digunakan sebagai umpan memang
khusus disewa.
Meski demikian tidak sembarang perempuan bisa dipanggil. Mereka
dipilih dari file KGB secara seksama. Dan wanita-wanita yang
pernah terlibat dalam kejahatan kecil, atau putus asmara,
ternyata lebih disukai. Kemudian mereka dilatih.
"Dilatih seperti halnya para germo melatih lonte di dunia
Barat," katanya. Bedanya, wanita-wanita KGB inidiajari
bahasa asing, kemampuan berpura-pura, dan--tentu
saja--permainan mengesankan di ranjang.
Setelah lulus mereka menempati apartemen bagus. Diberi uang dan
pakaian. Acapkali pula disetujui menjalankan praktek
persundalan, dengan sasaran pokok para pengusaha Barat.
Dalam kasus "perangkap seks" ini, Ilya menuturkan sebuah cerita.
Tersebutlah seorang diplomat muda Afrika, bernama Joe (bukan
nama asli). "Ia datang ke mari dengan pengetahuan bahasa Rus
yang baik," kata Ilya. Ramah, mudah bersahabat.
Ia bujangan, suka makan di luar dan menyapa orang-orang di
restoran. Ia segera berteman dengan gadis-gadis Rus. Beberapa di
antaranya menjadi kawan kencannya secara tetap.
"Tapi tak ada di antara gadis-gadis itu yang bisa dijadikan
umpan," tutur llya. Maka "kami menugasi Annasalah seorang umpan
KGB yang cantik dan terlatih."
Anna hanya membutuhkan waktu setengah jam untuk menarik hati Joe
dalam pertemuan di sebuah rumah makan. Keduanya segera akrab.
"Langkah selanjutnya ialah menyeret Joe ke sebuah apartemen
untuk bermain cinta," sambung Llya. Tidak terlalu sulit. Anna
menggiring diplomat Afrika itu ke sebuah kamar yang sudah
diperlengkapi alat perekam suara dan gambar. Semua 'permainan'
mereka didokumentasikan.
PADA tahap ini muncullah Llya dan seorang perempuan sewaan
KGB. Mereka, berlagak sebagai sepasang suami-istri teman-teman
lama Anna. Dan keempat orang itu kemudian sering terlihat
bepergian ke mana-mana.
Setelah beberapa waktu, Anna mulai diperintahkan membuat ulah.
Memancing-mancing pertengkaran dengan pacar Afrika-nya. Sampai
pada suatu malam, Joe kehilangan kesabaran dan menonjok si
cewek.
Memang itulah yang ditunggu-tunggu. Anna segera melapor kepada
polisi. Dan orang-orang KGB yang berlagak sebagai petugas
kepolisian, segera mengusut Joe.
Saat itulah Llya datang--sebagai "teman beberapa orang
berpengaruh." Ia meyakinkan Joe, bahwa diplomat itu dalam
kesulitan besar.
Ia juga mulai menyingkapkan: mereka punya pita-suara dan film
yang merekam semua tingkah Joe dan Anna. Kalau sampai jadi
perkara, barang-barang ini pasti menjadi bukti yang sungguh tak
sedap.
Tapi Llya juga mengaku "punya kontak dengan penguasa." Jadi,
"segalanya bisa diatur, asal anda bersedia memberikan informasi
kepada kami," katanya kepada Joe.
Diplomat itu sadar bahwa ia diperas. Tapi tak ada jalan lain.
Daripada kehilangan karir diplomatik dan dimaki-maki di
negerinya, lebih baik membantu KGB secara diam-diam.
"Dia kemudian menjadi Dubes, dan sekarang tokoh penting Deplu
negerinya," tutur Llya. Nama lengkap orang itu sudah diberikan
Llya kepada dinas rahasia Inggris, ketika Llya membelot ke
negeri ini.
TAPI Llya Dzhirkvelov sendiri menempuh jalan panjang dan
berliku-liku sebelum berhasil lolos ke Barat. Ia mengalami
ditempatkan di berbagai pos di luar negeri Kadang sebagai
diplomat, acap pula sebagai wartawan. Tahun-tahun terakhir
menjelang pembelotannya, llya bertugas sebagai wartawan Tass,
kantor berita resmi Uni Soviet. Empat tahun yang lalu ia
ditempatkan sebagai press officer WHO di Jenewa.
"Kot itu sekarang merupakan pusat operasi spionase Soviet untuk
Eropa Barat," katanya. Dengan menyediakan lokasi bagi sejumlah
badan PBB di sana, Jenewa menampung ribuan pekerja
internasional. Banyak di antaranya orang Rusia. Dan dalam
presentase yang cukup tinggi, orang-orang KGB menyelip di
sana-sini.
Mulanya Llya mengharapkan suasana tenang dan damai di Swiss.
Tapi "ternyata Jenewa kampung para spion." Lebih banyak agen KGB
yang bekerja di sini ketimbang kota mana pun di Barat atau Dunia
Ketiga.
Mereka ambil bagian dalam semua organisasi internasional. Mulai
dari pusat kegiatan PBB di Palais des Nations, sampai pada
organisasi semacam ILO, WMO, ITU, atau bahkan Palang Merah
Internasional.
Salah satu sukses Soviet, menurut Llya ialah karena kepala
personalia PBB di sana seorang Rusia. Namanya Geli Dneprovsky.
Konon ketika Sekjen PBB Kurtaldheim berkunjung ke Jenewa, ia
pernah ditanya mengenai kemungkinan Dneprovsky anggota KGB.
Waldheim dikabarkan mengangkat bahu seraya berkata, "Saya tidak
tahu, saya tidak punya bukti."
Sekitar 300 meter dari kantor WHO di Rue de la Paix, terletaklah
pos komando intelijen Soviet. Yaitu wisma perwakilan Uni Soviet
yang dibantu sekitar 125 orang perwira terlatih.
Tiap minggu ada pertemuan bergantian untuk intel Soviet dari
rupa-rupa kegiatan. Hari Selasa khusus untuk intel-intel yang
bekerja di WHO. Esoknya untuk mereka yang "dikaryakan" di
Palais des Nations. Sekali sebulan semuanya berkumpul merancang
langkah.
Sejak hari pertama di Jenewa, 1977, Dzhirkvelov diberitahu bahwa
tugas pokoknya adalah untuk pemerintah Soviet--bukan WHO. Pada
pertemuan pertama dengan Sekjen Partai Komunis di Jenewa, Herman
Kondakov, ia diminta melaporkan kegiatan perwakilan negeri lain
di WHO. Pemimpin tertinggi mereka di wilayah ini ialah seorang
perwira senior KGB, Kolonel Italy Pochankin.
"Anda akan dinilai bukan dari reputasi sebagai pegawai WHO,"
kata Llya menirukan Kondakov. "Melainkan dari laporan yang anda
kirim ke Moskow" la dipesankan untuk lebih memperhatikan orang
dari negeri sedang berkembang. Maka dalam setahun, "ada 900
laporan terpisah dikirimkan ke Moskow oleh agen-agen yang
bekerja di WHO saja," tutur Llya.
Tapi di Jenewa pula Dzhirkvelov mulai muak terhadap sistem yang
diabdinya. "Korupsi merajalela," katanya. "Dan nepotisme
diperagakan secara terbuka."
Tokoh-tokoh Partai Komunis Uni Soviet ternyata berebutan
menempatkan sanak-familinya di Jenewa. Dubes Soviet di Jepang,
Dimitri Bolyianski, misalnya, mati-matian berusaha mencarikan
pos untuk anaknya di situ.
Ada lagi contoh lain--menyangkut anggota Komite Sentral Partai
Komunis Uni Soviet, Biryokove. Anak perempuannya bertugas
sebagai dokter gigi di perwakilan Soviet di Jenewa --dengan
perlengkapan modern dari uang negara. "Tapi orang perwakilan
yang sakit gigi harus berobat ke dokter Swiss dan mengeluarkan
duit," kata Llya.
Begitu pula Aleksander Kiselev, konsul perwakilan Soviet di
Jenewa. Ia berhasil menempatkan istrinya sebagai penerjemah di
WHO. "Padahal perempuan itu tak becus berbahasa Inggris maupun
Prancis."
Tapi rupanya kegusaran Llya mulai dicium para kamerad. Ia
dibayang-bayangi. Bulan Maret tahun lalu, kebetulan ia mengalami
kecelakaan lalu lintas ringan di Jenewa. Peristiwa ini segera
dilaporkan ke Moskow--dan menjadi alasan untuk memanggilnya
pulang.
Pada 22 Maret 1980 ia tiba di Moskow dengan kepercayaan yang
besar kepada diri sendiri. Tapi rupanya, intrik sudah
berkembang. Ia telanjur dicap sebagai penyebar desas-desus.
Dan diperintahkan untuk tidak kembali ke Jenewa. Bahkan dilarang
menjemput istri dan anak perempuannya yang masih tinggal di
sana. Sebagai anggota KGB dengan pengalaman 35 tahun, Llya
Dzhirkvelov langsung mafhum malapetaka yang sedang mengincarnya.
Sikap yang diambilnya ialah: di depan para atasannya, ia taat.
Tak sepatah kata pun membantah. Ia pulang dengan tenang ke
apartemen di Moskow. Tapi dari sana, melalui jalan lain ia
langsung ke lapangan terbang.
Dengan menggunakan paspor diplomatiknya, ia membeli tiket
pesawat ke Wina. Ia bertaruh dengan kemungkinan: orang-orang
kantornya tak akan menyangka ia bertindak demikian cepat. Dan
ternyata benar.
Di Wina llya menyewa mobil. Lewat jalan pegunungan ia mencapai
Swiss. Tiba di Jenewa, ia lebih dulu mengawasi apartemennya dari
luar. Dan baru menyelinap masuk pada dinihari. Sampai detik itu
hampir lima hari ia tak tidur.
KEPADA istrinya diceritakannya dengan cepat apa yang sedang dan
bakal terjadi. "Tidak ada yang dapat dilakukan kecuali
membelot," katanya. "Tidak ada hari depan untuk kita selain
minggat--ke Inggris."
Beberapa jam kemudian mereka sudah berada di kendaraan.
Menyeberangi perbatasan menuju Prancis--dan membuka konhk dengan
dinas rahasia Inggris. Ilya Grigorevich Dzhirkvelov, Kapten KGB
itu, menyatakan belot dari tanah airnya dan memohon tanah air
dan hidup yang baru.
Sesuai dengan prosedur ia tentu saja diinterogasi "pihak lawan"
ini. Berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Sampai kemudian
segalanya dinyatakan selesai. Ia mendapat nama baru, kampung
halaman baru, perlindungan sebisa-bisanya, dan kesempatan
beroleh penghasilan. Sebagai imbalannya, mungkin saja Llya
menurunkan semua simpanan pengetahuannya tentang KGB, tempat ia
mengabdi sejak berusia belasan tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo