PEMBANGUNAN kolam renang dan loncat indah di Samarindah telah
selesai. Warga masyarakatnya sudah tak sabar lagi ingin berenang
di kolam yang konon termegah di Kalimantan itu. Kolam yang
dibangun April lalu dan sempat dihebohkan karena dianggap tidak
memenuhi persyaratan untuk kepentingan olahraga itu, dikerjakan
oleh PT Bangun Cipta Sarana, kontraktor dari Jakarta yang sering
membuat iri para kontraktor daerah.
Sebelumnya, beberapa pihak pernah mencemaskan status kolam
tersebut. Bahkan KONI Pusat menuding bahwa kolam itu tak bisa
dijadikan tempat pertandingan atau latihan. Kecuali buat
rekreasi. (TEMPO 6 Mei 1978).
Tapi sampai awal Juli tadi tempat rekreasi yang sudah rampung
itu masih terlarang dimasuki umum. Bahkan belum terdengar kabar
kapan akan diresmikan. "Masih diperlukan beberapa perbaikan.
Soalnya pada dasar kolam mengalami retak berat," ujar ir
Priyatman Patmadireja, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kalimantan
Timur. Menurut Priyatman, keretakan itu disebabkan tekanan air
yang menyembul dengan keras dari bawah tanah. Akibatnya kolam
jadi bocor. Maklum lokasinya terletak di atas danau. Bahkan di
kiri kanan kolam penuh rawa.
Kejadian itu tak ayal mengundang perhatian beberapa anggota DPRD
Kal-Tim. Misalnya, mengapa tidak dilakukan survey sebelum
pembuatan dilakukan.
Padahal pihak DPU tahu sekali daerah itu merupakan sumber
penampungan air hujan. "Yang memilih lokasi di sini Pemda," ucap
Priyatman di hadapan DPRD. Priyatman juga tak lupa menjelaskan
bahwa semula yang menghendaki tempat itu gubernur (waktu itu
Wahab Syahrani).
Sesungguhnya, ketak-sepakatan soal lokasi itu sempat melahirkan
polemik tak enak antara beberapa pihak. HM Kadri Uning, Walikota
Samarinda semula sudah menyediakan tanah kosong di Temindung,
dekat bangunan Gedung Wanita. "Di sana tempatnya lebih
strategis. Lagi pula kan cuma buat rekreasi," kata Kadri. Selain
itu Kadri berpendapat, idenya itu cocok dengan rencana perluasan
kota. Tapi kolam itu sudah terlanjur dibangun dekat lapangan
bola Segiri.
Karena kebocoran itu air kolam tampak menguning, bercampur
lumpur. Instalasi pembersih yang dipasang di sana ternyata tak
bisa menolong banyak. Bahkan berkali-kali dilakukan penyedotan
keadaannya tetap parah.
Cakar Ayam
Sementara warga kota makin tak sabar, Priyatman belum juga
memberikan kepastian apakah keretakan dasar kolam bisa diatasi.
Hanya katanya "perbaikan masih terus dilakukan. " Tapi kabarnya
pihak pemborong sudah mulai mengeluh karena Rp 372 juta biaya
yang tercantum dalam tender sudah ludes. Bahkan sudah terdengar
sas-sus pihak pemborong akan mengajukan klaim. Sementara sumber
TEMPO di DPRD menyebutkan, DPU juga sudah siap dengan anggaran
barunya, yaitu sebesar Rp 40 juta untuk menghadapi klaim
pemborong.
Sementara itu beberapa pemborong lain mengatakan bahwa kebocoran
kolam itu disebabkan kecerobohan dalam pemasangan alat yang
lazim disebut cakar ayam pada pondasi dasar. Cakar ayam yang
dimaksudkan untuk menekan menyembulnya air itu semestinya
panjang 2,4 meter. Semula DPU memang sudah menginstruksikan agar
cakar ayam dipasang sesuai ukuran. Tapi entah kenapa pihak
pemborong memotongnya jadi 1,8 meter saja. "Satu-satunya jalan
hanyalah mengganti cakar ayam itu," ucap seorang pejabat di DPU.
Dan ini tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit pula.