Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Merasai Diguncang Gempa Mentawai

Ribuan warga Kepulauan Mentawai mengungsi di lokasi yang penuh keterbatasan. Informasi dampak gempa Mentawai seret.

26 April 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Warga di sebagian desa di Kepulauan Mentawai masih tinggal di lokasi pengungsian yang tak memadai.

  • Perkembangan informasi data dampak gempa Mentawai terbatas.

  • Belasan gempa susulan terjadi di Kepulauan Mentawai.

KETIKA dampak gempa Mentawai digambarkan “tidak parah” di Jakarta, tak begitu yang dirasakan Fachri. Warga Desa Betaet, Kecamatan Siberut Barat, Kabupaten Kepulauan Mentawai, itu memutuskan kembali ke pengungsian. “Istri saya hamil tujuh bulan. Takut kalau terjadi gempa lagi,” kata Fachri kepada Tempo, Selasa petang, 25 April 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketika lindu dengan magnitudo 6,9 mengguncang Kepulauan Mentawai, Selasa dinihari lalu, Fachri dan istrinya tunggang-langgang menuju bukit terdekat bersama ratusan warga Betaet. Pagi buta itu, hujan sedang lebat-lebatnya. Mereka menuju salah satu lokasi evakuasi yang disiapkan pemerintah sejak gempa serupa terjadi pada pertengahan Maret 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Masalahnya, bantuan tenda untuk pengungsi yang didirikan tahun lalu di lokasi tersebut tak lagi berwujud. Jadilah malam itu Fachri dan warga Betaet berteduh di pondok yang ada di ladang milik warga setempat. “Tidak ada lagi bangunan khusus untuk mitigasi bencana di sini,” kata Fachri, yang sehari-hari menjabat Wakil Kepala SMA Negeri 1 Siberut Barat.

Menurut Fachri, para pengungsi kini terhambat minimnya sumber air bersih dan buruknya jaringan telekomunikasi. “Jika boleh meminta, ada satuan tugas yang dibentuk. Bukan pascagempa saja, melainkan standby ketika terjadi gempa untuk mengarahkan warga,” ujarnya.

Rumah yang rusak pascagempa dengan magnitudo 6,9 yang berpusat di 177 km barat laut Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat, 25 April 2023. Dok. BNPB

Fachri pantas waswas. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat 12 gempa bumi susulan atau aftershock dengan magnitudo terbesar 5,0. Adapun perkembangan informasi dampak gempa di Kepulauan Mentawai masih seret. Warta terbaru yang disiarkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kemarin petang mengambil tajuk “Dua Rumah Rusak Pascagempa M6,9 Kepulauan Mentawai”.

Lewat siaran pers itu, BNPB mengumumkan satu hunian rusak ringan itu teridentifikasi di Desa Simalegi, Kecamatan Siberut Barat, Kabupaten Kepulauan Mentawai. Satu rumah lainnya berada di Desa Hili Anombase, Kecamatan Hibala, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara. "Hingga saat ini tidak ada laporan korban jiwa akibat gempa bumi yang terjadi pada Selasa dinihari," kata pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari.

Muhari juga memaparkan jumlah pengungsi yang terkena dampak gempa, yakni sebanyak 2.443 jiwa di Desa Sigapokna, 2.294 jiwa di Desa Simalegi, dan 951 jiwa di Desa Simatalu. Tak ada informasi tentang warga Desa Betaet dalam data tersebut.

Menurut Muhari, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kepulauan Mentawai masih mendata dampak di Kecamatan Siberut Barat Daya, Siberut Selatan, Sipora Utara, dan Sipora Selatan. "Informasi secara umum, beberapa warga masih melakukan evakuasi ke tempat yang aman," kata Muhari. "Kondisi jaringan listrik di wilayah Kepulauan Mentawai masih dilaporkan padam."

Data Dampak Gempa Belum Mutakhir

Elias Piau tak kalah pusing. Kepala Desa Sigapokna, Kecamatan Siberut Barat, itu, sejak Selasa dinihari lalu, sibuk mengevakuasi warganya ke wilayah yang lebih tinggi dari perkampungan untuk mengantisipasi terjadinya tsunami. “Wilayah kami memang dekat dengan pusat gempa sehingga gempa sangat kuat terasa dan membuat masyarakat panik,” kata Elias kepada Tempo, kemarin. “Gempa kami rasakan lebih-kurang selama 30 detik dan sangat kuat.”

Dia mengeluhkan jaringan telekomunikasi yang kembang-kempis. Bagi Elias, layanan komunikasi saat ini termasuk penting karena diperlukan untuk berkoordinasi dengan pemerintah daerah, terutama untuk memastikan bantuan bagi para pengungsi. Sejak tahun lalu, kata dia, pengurus desa sudah meminta agar disiapkan bantuan tenda pengungsi untuk mengantisipasi bahala seperti yang kini terjadi. Namun bantuan tenda itu, kata Elias, tak pernah datang. “Jadi, tenda yang ada di sini dibangun menggunakan terpal milik masyarakat,” ujarnya.

Gempa Mentawai Sumatera

Gempa dangkal pada Selasa dinihari lalu itu berpusat di perairan, sekitar 177 kilometer barat laut Kepulauan Mentawai. Desa Sigapokna hanyalah satu dari deretan desa yang menghadap ke laut ini. Sedangkan guncangan gempa kali ini dilaporkan terasa dengan skala sedang hingga kuat di daratan Sumatera Barat hingga Sumatera Utara.

Menurut Elias, sebanyak 599 keluarga yang kini tinggal di pengungsian berasal dari tujuh dusun. Dia belum bisa memastikan korban jiwa dan kerusakan bangunan di Sigapokna. “Belum sempat mendata karena semuanya masih sibuk di lapangan,” ujarnya.

Kepala Desa Simalegi—tetangga Desa Sigapokna—Jaret Leto menuturkan sebagian warganya berangsur meninggalkan tempat pengungsian dan kembali ke rumah. “Di atas (pengungsian) yang masih tinggal hanya warga lansia, ibu-ibu, dan anak usia balita,” kata Jaret. Seperti Elias, dia mengeluhkan gangguan jaringan telekomunikasi. “Karena kami jadi tidak bisa terhubung dengan warga lain.”

Ketika data dampak gempa di wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai belum dimutakhirkan, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) mengumumkan telah memulihkan kelistrikan 89.158 pelanggan yang sempat terkena dampak gempa Kepulauan Mentawai. Pelanggan tersebut berada di wilayah Sumatera Barat dan Sumatera Utara. “Kelistrikan Sumatera Barat pulih 100 persen pada pukul 04.52 WIB atau kurang dari dua jam pascagempa. Sedangkan untuk Sumatera Utara dipulihkan 100 persen pada pukul 08.50 WIB,” kata Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, kemarin.

Sementara itu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan tsunami sempat melanda pesisir selatan Nias. Dwikorita menjelaskan, tsunami tersebut terjadi pada 25 April pukul 03.17 WIB, atau belasan menit sejak gempa terjadi. “Tercatat ketinggian tsunami di lokasi tide gauge Tanah Bala mencapai 11 sentimeter,” ujarnya.

Menurut Dwikorita, hasil monitoring BMKG hingga kemarin sore mencatat 12 kali gempa susulan di Kepulauan Mentawai dengan magnitudo terendah 2,8 dan tertinggi 5,0. “Tapi kondisi Kepulauan Mentawai saat ini sudah aman karena peringatan dini tsunami sudah diakhiri,” kata Dwikorita.

ANDI ADAM FATURAHMAN | FACHRI HAMZAH | FEBRIANTI 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus