Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Ikhtiar Air Rebusan Bawang Putih

Yurry Apreto mencoba ramuan rebusan bawang putih yang mampu membuat demam di tubuhnya menurun.

2 Maret 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Direktur GM Production Yurry Apreto tertular Covid-19 di tengah kesibukannya menggelar acara di Jakarta.

  • Yurry mencoba ramuan air rebusan bawang putih untuk menurunkan gejala Covid-19.

  • Yurry, yang sembuh dari Covid-19, kemudian menggagas program sosial Sego Sopo Ngiro.

Yurry Apreto tak menyangka air rebusan bawang putih bisa membuat panas tubuhnya menurun. Setiap kali menyeruput air rebusan bawang putih yang disiapkan istrinya, penyintas Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) ini merasa lebih segar. Tubuhnya berkeringat. “Meski demamnya datang lagi, air ini membuat badan segar,” kata Yurry kepada Tempo, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Yurry terinfeksi virus corona setelah berkunjung ke Jakarta pada Desember tahun lalu. Saat itu, Direktur GM Production, salah satu event organizer di Yogyakarta, ini hendak menghadiri sejumlah rangkaian acara di Jakarta pada 5-22 Desember.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Yurry, di tengah kesibukannya mempersiapkan acara konferensi internasional pada 6 Desember, dia mendapat informasi pamannya meninggal karena Covid-19 di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD Gatot Soebroto). Berita duka itu menghampirinya saat tengah malam ketika ia hendak tidur. Karena posisinya dekat dengan RSPAD Gatot Soebroto, malam itu juga Yurry meluncur ke rumah sakit bersama tiga saudaranya.

Saat tiba di rumah sakit, jenazah paman Yurry masih berada di ruang perawatan khusus alias intensive care unit (ICU). Ia dan tiga saudaranya harus keluar-masuk ruang unit gawat darurat untuk mengurus dokumen-dokumen. "Setelah itu, dua saudara saya dites. Hasilnya, positif Covid-19," kata Yurry.

Direktur GM Production, Yurry Apreto menjalani perawatan Covid-19 di RS Siloam, Yogyakarta, Desember 2020. Dok. Pribadi

Lima hari kemudian, Yurry merasa tidak enak badan. Ia pun pulang ke Yogyakarta pada 11 Desember, tapi tak ke rumah. Yurry memutuskan melakukan isolasi mandiri di hotel. "Saya kira waktu itu hanya masuk angin," ujar dia.

Pada 14 Desember, Yurry memutuskan untuk uji swab. Pagi ia dites, sore hasilnya keluar dan dia dinyatakan positif Covid-19. Hari itu juga ia mencari rumah sakit, tapi tidak ada yang kosong. Yurry memutuskan keluar dari hotel dan pulang ke rumahnya sembari menunggu ada kamar kosong di rumah sakit. "Saya minta bantuan saudara saya, seorang dokter di Rumah Sakit Siloam. Tapi katanya belum ada kamar kosong," ucap Yurry.

Saat melakukan isolasi mandiri di rumah, Yurry tinggal di lantai dua. Sedangkan anak dan istrinya di lantai satu. Semua kebutuhan Yurry disiapkan keluarga dan diletakkan di depan kamar Yurry. Tak sekali pun Yurry bersentuhan langsung dengan anak dan istrinya.

Tak jua mendapat kamar di rumah sakit, gejala yang dialami Yurry makin menjadi-jadi. Dari demam tinggi, vertigo, hingga muntah-muntah. Asam lambungnya juga naik karena ia stres dan takut. Setiap empat jam, Yurry minum parasetamol. Tapi obat penurun panas itu tak ampuh meredakan demam.

Dua hari di rumah, Yurry kehilangan indra penciumannya. Mulutnya tak henti berzikir karena tak ada yang bisa dilakukan. "Saya khawatir menularkan virus kepada istri dan anak," ucap Yurry. 

Keluarga Yurry kemudian mencoba ramuan dengan memberinya air rebusan bawang putih untuk menurunkan demam. Rupanya ramuan ini efektif membuat badan Yurry mengeluarkan keringat meski tak bertahan lama.

Pada 19 Desember, kerabat Yurry mengabari ada kamar kosong di Rumah Sakit Siloam Yogyakarta. Hari itu juga ia diboyong ke rumah sakit untuk menjalani perawatan intensif. Sampai di sana, Yurry kaget karena perawatan untuk penderita Covid-19 ternyata tak sederhana. Belasan butir obat dan vitamin harus ia telan setiap hari.

Dua hari pertama, Yurry diminta menelan delapan butir obat sekali minum dengan dosis dua kali sehari. Hari ketiga, dosis menurun menjadi tiga tablet obat sekali minum. Belasan obat yang ia minum itu belum termasuk vitamin dan suplemen lain. "Rasanya semua dibuat melebihi dosis,” ujar dia.

Tiga hari dirawat di rumah sakit, demam Yurry mulai turun. Tiga hari berikutnya, ia tak mengalami gejala apa pun. Yurry lalu diperbolehkan pulang pada 25 Desember. Yurry masih positif corona, namun rumah sakit mengizinkannya pulang karena virus di tubuhnya dianggap sudah tak menular. Yurry baru dinyatakan negatif Covid-19 pada 7 Januari lalu.

Direktur GM Production, Yurry Apreto (kedua dari kiri) berbincang tentang konsep wisuda virtual dengan Rektor Universitas Islam Indonesia di Sleman, Yogyakarta, Februari 2021. Dok. Pribadi

Setelah sembuh dari infeksi virus corona, Yurry menyadari betapa minimnya pengetahuan masyarakat dalam menghadapi wabah. Menurut dia, koar-koar pemerintah agar masyarakat tetap menjaga imunitas tak disertai dengan panduan konkret tentang suplemen apa saja yang harus dikonsumsi, khususnya bagi penderita Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri di rumah. Untuk itu, ia berinisiatif memandu teman-teman dan kerabatnya yang terkena Covid-19 dan melakukan isolasi mandiri di rumah. "Saya pantau mereka. Saya sering video call. Saya kirimi madu dan susu," ucap dia.

Selain memberikan edukasi ke teman-teman yang baru tertular Covid-19, Yurry menggagas program "Sego Sopo Ngiro". Ini merupakan program bantuan makanan untuk warga di sekitar rumahnya yang terpaksa menjalani isolasi mandiri di rumah akibat Covid-19. Ia mengajak tetangga-tetangga sekitar rumahnya untuk memasak makanan bagi mereka yang membutuhkan.

Nama program Sego Sopo Ngiro diambil lantaran donaturnya berasal dari orang-orang yang tak terduga. Yurry mengatakan pemberi makanan gratis dari program yang ia gagas bukan berasal dari kalangan mampu atau orang kaya, melainkan dari orang-orang yang tak terduga, seperti pedagang sayur di sekitar rumahnya.

Semula, Yurry meminta sumbangan dari pedagang-pedagang sayur di sekitar rumahnya berupa sisa dagangan yang tak laku hari itu. Ternyata respons para pedagang melebihi ekspektasi Yurry. Para pedagang itu, kata Yurry, menolak memberikan sisa sayur yang tak laku hari itu. "Karena untuk sedekah, mereka tidak mau memberikan yang jelek. Mereka malah bilang kita butuh apa, nanti disiapkan," ujar dia.

Bahan masakan itu lantas diolah di garasi rumah warga yang digunakan menjadi posko relawan. Ada sekitar 15 orang yang memasak di dapur bersama untuk memberikan makanan gratis setiap Senin dan Kamis. Sekali masak, biasanya program ini menghasilkan 300 bungkus makanan gratis. Bungkusan ini diprioritaskan kepada warga yang melakukan isolasi mandiri. Jika ada sisa, kata Yurry, mereka memberikan kepada petugas kebersihan, kuli bangunan, penjahit keliling, atau orang-orang yang membutuhkan.

MAYA AYU PUSPITASARI

 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus