Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menargetkan kontribusi ekonomi digital terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2020 mencapai 11 persen. Pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia lebih besar dibanding di negara-negara lainnya di ASEAN. "Menurut riset Google Temasek dan Bain & Company, potensi ekonomi digital di Indonesia bakal menyentuh US$ 133 miliar. Jadi, dari angka itu kami bisa menghitung kontribusi ekonomi digital terhadap PDB 11 persen,” ujar dia, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Adapun pada akhir tahun ini, dia memperkirakan, kontribusi ekonomi digital Indonesia terhadap PDB berada di kisaran 9 persen. Sejatinya, target itu tak terlalu jauh dari target tahun lalu yang juga sebesar 8,5 persen. Namun, realisasinya, sepanjang tahun lalu pertumbuhan ekonomi digital lebih rendah ketimbang target. Rudiantara mencatat, pertumbuhan ekonomi digital pada 2018 hanya menyentuh 7,3 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Rudiantara, perkembangan ekonomi digital di Indonesia ditandai oleh lahirnya satu unicorn baru, yakni OVO. OVO menyusul Gojek, Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka menjadi unicorn. Perusahaan penyedia layanan pembayaran digital itu diduga telah mencapai valuasi US$ 2,9 miliar pada Maret 2019.
Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda, mengatakan bertambahnya unicorn menandakan potensi ekonomi digital di Indonesia terus tumbuh. Saat ini, banyak sektor yang masih bisa dibidik oleh perusahaan rintisan. "Mengacu laporan Google dan Temasek, besaran ekonomi digital di Indonesia menyentuh angka yang sangat besar. Hal ini akan mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi,” kata dia. FRANCISCA CHRISTY ROSANA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo