Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kota Bekasi Mulai Gelar Belajar Tatap Muka

Belajar secara tatap muka ini baru sebatas simulasi dan hanya digelar di enam sekolah secara terbatas.

5 Agustus 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pemerintah Kota Bekasi mulai menggelar simulasi belajar secara tatap muka sejak Senin lalu.

  • Setiap sekolah yang mengikuti simulasi hanya boleh membuka tiga kelas dengan jumlah siswa maksimal 18 orang.

  • Target dari simulasi ini, kata dia, memberikan pengalaman praktik pengelolaan dan penyelenggaraan tatap muka, baik pendidik, tenaga pendidikan, maupun peserta didik.

BEKASI – Pemerintah Kota Bekasi mulai menggelar simulasi belajar secara tatap muka sejak Senin lalu. Ada enam sekolah yang melaksanakan simulasi ini, yaitu tiga sekolah dasar dan tiga sekolah menengah pertama. "Perlu dicatat, ini hanya sebatas simulasi," kata Pelaksana Harian Kepala Dinas Pendidikan Kota Bekasi, Uu Saiful Mikdar, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Enam sekolah itu adalah SD Negeri Pekayon VI, SD Negeri Jaticempaka VI, SD Islam Al Azhar Jakapermai, SMP Negeri 2, SMP Nassa, dan SMP Victory Plus. Adapun simulasi dijadwalkan sampai dengan 28 Agustus mendatang setiap Senin-Jumat pada pukul 08.00-11.15. Karena hanya sebatas simulasi, kata Uu, jumlah peserta didik dibatasi. Begitu juga dengan jam belajar untuk setiap mata pelajaran hanya berlangsung selama 30 menit.

Menurut Uu, setiap sekolah yang mengikuti simulasi hanya boleh membuka tiga kelas dengan jumlah siswa maksimal 18 anak. Siswa yang mengikuti belajar tatap muka digilir, sehingga setiap hari meraka yang berada di kelas selalu berbeda. "Satu siswa bisa seminggu sekali, dua minggu sekali, bahkan sebulan sekali mengikuti simulasi ini," kata Uu.

Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi sebelumnya mengatakan sekolah yang menggelar belajar tatap muka ini akan dijadikan percontohan. Ia juga sudah mengajukan izin kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sekolah-sekolah yang dijadikan percontohan itu, kata Rahmat, memiliki sarana dan prasarana yang dinilai mendukung pelaksanaan protokol kesehatan untuk belajar secara tatap muka.

Simulasi belajar tatap muka ini dipastikan tidak menggantikan belajar dari rumah secara daring. Belajar jarak jauh di enam sekolah tersebut tetap berjalan, sesuai dengan arahan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Adapun pelaksanaan simulasi belajar tatap muka, kata Uu, merujuk pada Keputusan Bersama Empat Menteri tentang panduan penyelenggaraan pembelajaran pada tahun ajaran 2020/2021 pada masa pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Pemerintah daerah, kata dia, memutuskan delapan kegiatan yang menjadi protokol kesehatan wajib. "Mulai dari masuk gerbang, masuk kelas, selama kegiatan belajar, baik pendidik maupun peserta didik, sampai selesai dan pulang," ucap dia.

Target simulasi ini, kata dia, memberikan pengalaman praktik pengelolaan dan penyelenggaraan tatap muka, baik pendidik, tenaga kependidikan, maupun peserta didik. Serta melatih kebiasaan baru sesuai dengan keputusan bersama empat menteri tersebut.

Menurut Uu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mengizinkan sekolah di jenjang pendidikan dasar menggelar kegiatan belajar secara tatap muka pada September mendatang. Namun dengan catatan wilayah tersebut berada di zona hijau. "Sekarang baru enam sekolah, meskipun ada pengajuan lagi sebelas sekolah," ucap dia.

Kepala SMP Negeri 2 Samsu mengatakan di sekolahnya terdapat 1.108 siswa. Tapi tidak semuanya mengikuti simulasi belajar tatap muka. Sebab, izin tertulis dari wali murid menjadi syarat utama siswa dapat mengikuti kegiatan tersebut. "Paling banyak kelas VII, yaitu siswa baru," kata Samsu.

Menurut dia, di kelas VII, yang mendapatkan izin dari orang tua sebanyak 67 persen atau 244 siswa. Sedangkan di kelas VIII sebanyak 16 persen atau 59 siswa, dan di kelas IX ada 17 persen atau 63 siswa. "Sistem belajarnya secara paralel karena terbatas satu jenjang satu kelas dengan kapasitas 18 siswa," kata Samsu.

Hesra, siswa kelas VII di SMP Negeri 2, mengakui lebih mudah belajar di sekolah ketimbang secara online. Alasannya, di sekolah ia bisa langsung bertanya kepada guru. "Di rumah susah, belum lagi kuota mahal, sinyal juga susah," ujar pelajar yang tinggal di Bantargebang ini.

Ketua Komisi 4 DPRD Kota Bekasi Sardi Effendi mengatakan penerapan protokol kesehatan menjadi perhatian khusus selama pelaksanaan simulasi belajar secara tatap muka di sekolah. Sebab, angka penularan virus corona masih cukup tinggi. "Sejak berangkat dari rumah, di sekolah, lalu pulang lagi," kata Sardi.

ADI WARSONO | SUSENO

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus