Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Canyoning awalnya diperkenalkan di Bali oleh pegiat canyoning asal Prancis pada 2009.
Banyak tempat di Indonesia yang bisa dipakai untuk canyoning.
Makin banyak rintangan dengan jarak berdekatan, ada air serta kolam, canyoning makin seru.
Warga Ibu Kota tak perlu jauh-jauh ke Bali untuk mencoba canyoning atau canyoneering. Aktivitas menyusuri aliran air di ngarai ini telah tersedia di kawasan Bojong Koneng, Kabupaten Bogor. Tepatnya di Curug Cibingbin. Tempo menjajal olahraga alam bebas ini menggunakan jasa tur yang disediakan Canyoning Sentul pada Kamis, 7 Desember 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perjalanan ke sana hanya memakan waktu sekitar satu jam dari Jakarta menggunakan mobil. Tiba di Curug Cibingbin, Tempo bertemu dengan pemilik Canyoning Sentul, Dadan Anwarudin alias Edo. Pria 42 tahun itu bercerita bahwa wisata olahraga canyoning baru dibuka pada 2021. “Kita mau coba menghadirkan wahana baru untuk kegiatan petualangan,” kata Edo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Canyoning sebelumnya hanya populer di Bali. Hal ini wajar mengingat kegiatan susur ngarai yang mengkombinasikan beberapa aktivitas, termasuk mendaki, menuruni tebing dengan tali, dan meluncur, ini memang bermula di Pulau Dewata. Olahraga ini diperkenalkan oleh seorang canyoneer (pegiat canyoning) asal Prancis pada 2009.
Melihat tingginya jumlah peminat canyoning di Bali, Edo pun terinspirasi membuka paket wisata serupa di Sentul untuk menjangkau wisatawan di kawasan Jabodetabek. Harga tripnya cukup variatif, bergantung pada jumlah peserta dalam satu grup, yakni Rp 450-850 ribu per orang. Tarif ini sudah termasuk retribusi kawasan wisata, pemandu, air mineral, minuman hangat, makanan ringan, peralatan dan perlengkapan pelindung diri, serta asuransi.
Lokasi Canyoning Sentul di kawasan Curug Cibingbin, Sentul, Jawa Barat, 7 Desember 2023. TEMPO/Ijar Karim
Dalam paket itu, ada lima curug yang menjadi tujuan, yakni Curug Cibingbin dengan ketinggian 22 meter, Perawan 3 meter, Tiga Perjaka 23 meter, Cisalada 10 meter, dan Ngumpet 14 meter. Rutenya dimulai dengan trekking dari area parkir ke Curug Cibingbin, mendaki ke Curug Ngumpet, lalu melakukan rappelling atau menuruni tebing.
Selanjutnya menyusuri sungai untuk menuju Curug Cisalada. Sesampai di sana, kegiatan menuruni tebing kembali dilakukan. Kegiatan dilanjutkan dengan menyusuri sungai, melintasi bebatuan, dan melewati Curug Tiga Perjaka sampai ke Cibingbin. Di curug terakhir ini, kegiatan ditutup dengan rappelling.
Kendati ada puluhan curug yang tersedia di Kabupaten Bogor, Edo memilih Curug Cibingbin sebagai lokasi canyoning. Alasannya, aksesnya mudah dijangkau. “Bisa dengan trekking, pakai sepeda motor juga bisa sampai sini. Cuma, harus reservasi lebih awal,” katanya.
Pertimbangan lainnya adalah Curug Cibingbin dan sekitarnya memiliki grand canyon atau lembah bebatuan. Edo menilai kondisi air terjun tersebut berbeda dengan curug lain yang dipenuhi tumbuh-tumbuhan. Selain itu, tingkat kesulitan dari rangkaian aktivitas canyoning hingga ketinggian curug, kata Edo, masih termasuk level dasar sehingga cocok untuk pemula. “Kalaupun ada yang advance, ada yang 80 meter. Tapi bukan di sini. Beda kecamatan.”
Selain di Bogor, ada air terjun di Cianjur, Jawa Barat, yang dijadikan destinasi wisata canyoneering, yaitu Curug Cikondang. Salah satu penyedia jasa yang menawarkan wisata ini adalah Tripacker. Pemiliknya, Angga Pratama, mulai menawarkan paket canyoneering sebelum masa pandemi. Tapi peminatnya saat itu belum terlalu banyak. Baru pada 2021, mulai banyak orang yang mengetahui olahraga ekstrem ini dan tertarik mencoba.
Peserta canyoneering di Curug Cikondang, Cianjur, Jawa Barat bersama operator Tripacker. Dok Tripacker
Mulanya, Angga memilih Curug Cikoneng di kawasan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Namun, karena debit air yang kecil dan tidak begitu deras, peminat wisata canyoneering pun sepi. Akhirnya pilihan jatuh pada Curug Cikondang di Cianjur. Pria 41 tahun ini menuturkan Curug Cikondang memiliki debit air yang bisa diatur. “Ada sistem buka-tutup air. Kalau terlalu deras, kita tutup supaya di jalur canyoneering enggak terlalu deras,” katanya. Selain itu, area curug memudahkan evakuasi bila terjadi sesuatu.
Angga menawarkan paket open trip seharga Rp 550 ribu per orang bila berangkat dari Jakarta dan Rp 350 ribu bagi yang langsung ke lokasi. Jadwal keberangkatan hanya pada akhir pekan. Tarif sudah termasuk transportasi pergi-pulang Jakarta-Cianjur, perlengkapan dan peralatan, pemandu, makan siang, perizinan kegiatan, serta dokumentasi foto.
Karena jarak dari parkir ke curug hanya 50 meter, Angga mengatakan tidak ada kegiatan trekking. Dengan demikian, aktivitas hanya dipusatkan pada kegiatan rappelling di Curug Cikondang.
Wakil Ketua Asosiasi Canyoning Indonesia Abraham Firmansyah. Dok pribadi
Wakil Ketua Asosiasi Canyoning Indonesia Abraham Firmansyah mengatakan umumnya banyak tempat di Indonesia yang bisa dipakai untuk canyoning. Namun tak semua lokasi bisa dijadikan kawasan wisata. Wisata khusus canyoning, kata Abraham, harus berlokasi di tempat yang komplet. Misalnya, akses yang mudah dijangkau serta antara satu obstacle atau rintangan dan yang lainnya berdekatan. “Jadi supaya orang bisa merasakan pengalaman semua aktivitasnya,” katanya.
Abraham mencontohkan, bila di satu tempat terdapat air terjun, dalam jarak 20-30 meter terdapat air terjun lagi. Lalu 30 meter berikutnya ada rintangan sehingga aktivitas seperti rappelling, lompat, dan seluncur tidak terputus. Bisa juga di beberapa lembah bebatuan terdapat 1-2 rintangan, lalu trekking 10 menit, dan bertemu rintangan lagi. Makin banyak rintangan dengan jarak berdekatan, ada air serta kolam, kegiatan canyoning bakal makin seru.
FRISKI RIANA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo