Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Syiar The Beatles ala Musikus Lokal

Kelompok musik di berbagai daerah memiliki cara sendiri dalam melestarikan lagu-lagu The Beatles.

26 November 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Penggemar The Beatles dari kalangan pemusik terus menyanyikan lagu-lagi pujaannya.

  • The Beatle Club Band terbentuk pada 2010 dari sebuah komunitas bernama Beat Night.

  • Sgt Heart Band lahir dari Jogja Beatles Community (JBC).

Suara serak basah mirip John Lennon ketika menyanyikan lagu Stand by Me menggema di area pujasera di Mall @ Alam Sutera, Tangerang, pada Kamis malam, 23 November 2023. Pemilik suara itu adalah Bayu Rosa Soelastyono. Selain Stand by Me, sejumlah lagu lawas milik The Beatles yang hit dibawakan Bayu bersama band-nya, The Beatle Club Band.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tapi ada yang berbeda dari penampilan tribute band The Beatles ini. Mereka tidak sekadar manggung dan membawakan lagu-lagu hit band rock asal Inggris itu dengan teknik permainan serupa para personelnya. Ada “interaksi” bersama penonton lewat kehadiran komunitas line dance.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam lagu Stand by Me, misalnya, sejumlah pengunjung pujasera menari dengan gerakan seperti senam mengikuti irama musik. “Kita bikin konsep yang lebih fresh dengan berkolaborasi sama line dance,” kata Bayu saat ditemui Tempo, Kamis, 23 November lalu.

Konsep ini baru sebulan terakhir diterapkan ketika mereka manggung di Alam Sutera saban Kamis. Penggagasnya tak lain adalah manajer The Beatle Club Band, Andre Susilo, yang ingin memberikan angin segar dalam aksi panggung band. Salah satunya mengajak Luci Chryz, pelatih line dance, membuat koreografi tarian khusus musik The Beatles.

Pada Kamis lalu itu, Tempo turut menjajal line dance saat The Beatle Club Band beraksi. Saat itu Bayu dkk membawakan lagu pada era 1955 berjudul Rock Around the Clock dari Bill Haley & His Comet. Lagu itu sempat di-cover Ringo Starr, drummer The Beatles, pada 2021.

Kelompok musik tribute The Beatles, The Beatle Club, tampil berkolaborasi dengan komunitas line dance di Mal @Alam Sutera, Tangerang, Banten, 23 November 2023. TEMPO/ Nita Dian

Tepat di bawah panggung, Luci memandu para pengunjung mengikuti gerakannya. Koreografinya lebih banyak bermain pada kaki. Bagi yang tak terbiasa melakukan line dance, gerakannya cukup sulit dilakukan. Apalagi bila tempo lagunya cepat.

The Beatle Club Band terbentuk pada 2010 dari sebuah komunitas bernama Beat Night. Anggotanya punya hobi menyaksikan live music yang dibawakan musikus legendaris, Abadi Soesman, di kawasan Serpong, Tangerang. Setelah berkenalan lebih jauh, rupanya anggota komunitas sama-sama memiliki hobi bermain musik dan menggemari The Beatles. Sejak saat itu, mereka suka bermain band.

Selama belasan tahun, anggota band mereka silih berganti. Formasi terakhir yang masih bertahan saat ini adalah Bayu sebagai vokalis dan gitar yang meniru John Lennon. Kemudian Azis memainkan gitar ala George Harrison, Boim berperan sebagai Ringo Starr yang menggebuk drum, dan Arief Budiman alias Abe sebagai pemain bas seperti Paul McCartney.

Nama The Beatle Club Band baru dikukuhkan setelah Bayu dkk bertemu dengan Andre yang merupakan seorang event organizer. Setelah resmi menjadi manajer mereka, Andre pun menawarkan konsep baru untuk penampilan The Beatle Club Band. Tujuannya semata-mata ingin mengenalkan lagu-lagu The Beatles kepada generasi muda lewat koreografi tari.

Luci Chryz mengatakan line dance tengah naik daun. Biasanya line dance dimainkan pada lagu-lagu yang umum. Dengan demikian, ketika diajak Andre membuat koreografi lagu The Beatles, ia merasa tertantang. “Saya yang tadinya enggak familier jadi familier. Jadi suka,” kata Luci.

Syiar tentang The Beatles di Yogyakarta

Kelompok musik tribute The Beatles, Sgt Heart Band tampil dalam acara komunitas Jogja Beatles Community, 2023. Dok. Sgt Heart Band

Tribute band The Beatles juga hadir di Yogyakarta. Salah satunya Sgt Heart Band yang lahir dari Jogja Beatles Community (JBC). Bedanya, apabila sejumlah band lain menampilkan lagu-lagu The Beatles dengan beragam genre, seperti blues ataupun punk-rock, Sgt Heart Band memilih jalur tribute band. “Karena ada kerinduan orang-orang tua di komunitas dengan musik asli The Beatles,” ujar salah satu personel Sgt Heart Band, Irvan Riyadi, saat dihubungi Tempo, Jumat siang, 24 November lalu.

Gitaris Sgt Heart Band, Lusianus Toto, adalah pencetus ide pembentukan band tribute The Beatles itu. Ia mengumpulkan anggota komunitas yang bisa bermain musik. Selain Irvan yang bermain gitar, ada Titus Putra sebagai pemain bas dan Muhammad Iqbal yang menggebuk drum. 

Bahkan semula mereka belum punya pemain bas. Titus yang basic-nya gitaris pun diminta bermain bas. Ia terus belajar dan menjadi bassist sampai sekarang. Mereka mendirikan tribute band, Belum Ada Nama (BAN), yang menjadi cikal bakal Sgt Heart Band. 

Nama Sgt Heart Band muncul dari hasil obrolan komunitas. Dicuplik dari judul salah satu lagu sekaligus nama album The Beatles, Sgt. Pepper's Lonely Hearts Club Band. “Sgt” singkatan dari “sergeant”. Lantaran judul lagu itu terlalu panjang untuk menjadi nama band, mereka pun mencuplik beberapa kata saja. Jadilah Sgt Heart Band. “Enggak apa-apa dipotong-potong, asalkan ada unsur Beatles-nya,” tutur Irvan menirukan kata Toto saat itu.

Nama tersebut dipilih lantaran para personelnya ingin mengambil jiwa kepatriotan tiap-tiap personel untuk melestarikan The Beatles. Dan semangat itu pula yang digaungkan tribute band itu setiap kali manggung

Irvan tak tahu kapan tepatnya band tribute itu berdiri. Namun mereka mulai ngumpul dan manggung sejak Maret-April 2023. Mereka biasa berpentas dalam acara-acara yang digelar JBC ataupun undangan pihak lain, asalkan masih di seputaran Daerah Istimewa Yogyakarta. Kesibukan para personel membuat mereka kesulitan mengatur jadwal sehingga belum bisa manggung di luar DIY.

Lantaran sebagai tribute band, mau tak mau penampilan mereka saat manggung semaksimal mungkin mirip band asli asal Inggris itu, dari musik hingga kostumnya. Sempat ada beberapa perbincangan agar para personelnya mengenakan rambut palsu supaya mirip personel aslinya. Irvan pun menengahi. “Kita main musik The Beatles sesuai dengan kearifan lokal yang kita punya,” kata Irvan.

Kelompok musik tribute The Beatles, Sgt Heart Band, Lusianus Toto (kiri), Titus Putra, Muhammad Iqbal, dan Irvan Riyadi. Dok. Sgt Heart Band

Sebut saja, jika The Beatles mengenakan jas tertutup yang tebal, Sgt Heart Band tak memakainya. Sebab, jas cukup menyiksa untuk dikenakan di negeri tropis ini. Paling tidak, dalam setiap penampilan, kostum mereka seragam. Terkadang juga seragam pakai turtle neck

Kemudian setiap personel memposisikan diri mereka seperti personel The Beatles. Misalnya, Toto sebagai George Harrison suka mengenakan topi ala sersan. Kemudian Irvan sebagai John Lennon mengenakan kacamata. “Tapi kadang-kadang saja pakai kacamata karena saya sehari-hari memang tak berkacamata,” ucap Irvan, lalu tertawa dari seberang sambungan telepon.

Sementara itu, untuk komposisi lagu, tetap mereka pertahankan sama. Hanya nuansa sound yang sedikit lebih modern dari zaman The Beatles. Dengan kata lain, mereka tetap berusaha membawa nuansa vintage The Beatles, tapi dengan alat musik modern. “Tapi kalau musiknya tetap versi asli. Itu yang menonjol dan kami pertahankan,” ujar Irvan. 

Sementara itu, dari sekian banyak lagu besutan The Beatles, setidaknya ada 10 lagu yang tak tergantikan bagi Sgt Heart Band. Dengan kata lain, ada lagu yang menjadi "menu wajib" setiap kali manggung. Lagu lainnya bisa berganti. Salah satunya adalah Nowhere Man. Lagu itu menjadi lagu favorit band mereka lantaran dinilai paling pas buat mengangkat mood personel dan orang-orang yang menikmatinya.

“Enggak sekadar musik, tapi juga ada harmonisasi suara yang kami sajikan. Bisa berhasil bawain itu, mood selanjutnya bisa angkat.” 

Adapun lagu lainnya antara lain Ob-La-Di Ob-La-Da, Misery, Boys, Act Naturally, dan I Saw Her Standing There. “Kalau lagu lainnya (dipilih) biar orang-orang tetap bertahan di lantai dansa,” tutur Irvan.

Meski belum genap satu tahun, Irvan dan teman-temannya berharap Sgt Heart Band tetap langgeng bermain musik di jalur The Beatles. Bagi mereka, menjadi tribute band tak sekadar melestarikan lagu-lagu The Beatles, tapi juga mengenalkan sosok-sosok personel The Beatles yang mereka nilai jenius.

Bahkan The Beatles menjadi inspirator musik-musik lainnya, seperti yang dilakukan Toto. Sebelum menyanyikan lagu, ia akan menceritakan lagu itu. Diambil dari album yang mana, kapan, siapa yang menyanyikan, dan apa kisah di balik lagu itu. “Jadi Sgt Heart Band semacam melakukan syiar tentang The Beatles.”

FRISKI RIANA | PITO AGUSTIN RUDIANA (YOGYAKARTA)

 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus